Dunia mistis masih menjadi suatu hal yang menarik minat masyarakat di tahun 2019 lalu. Begitu pula dengan sajian-sajian film horor lokal di bioskop. Setiap bulan tidak pernah absen menyapa pecinta film tanah air. Masalahnya, sulit dipungkiri bahwa elemen cerita masih menjadi kendala yang sulit dipecahkan. Alur yang mengada-ada, detil yang terabaikan, plot yang sulit dipercaya, dan sebagainya. Sejak rutin menonton hampir semua judul horor lokal yang ada di layar lebar pada kuartal pertama 2019, bahkan ada kalanya saya enggan untuk membeli tiket karena merasa bakal mendapat suguhan yang itu itu saja.
Untungnya, ada sebagian judul yang mampu mengobati kerinduan saya terhadap film horor lokal yang berkualitas. Memang belum ada yang sempurna, namun setidaknya mereka punya skor di atas rata-rata.
Membuka lembaran tahun 2020, dalam artikel ini saya akan menghadirkan deretan judul film horor lokal terlaris, terbaik, dan juga terburuk yang hadir di sepanjang tahun 2019. Hingga saat ini, hanya ada 4 film yang tidak sempat atau tidak bisa saya tonton. Yaitu “Roy Kiyoshi: The Untold Story”, “Suwung”, “Leak (Penangkeb)”, dan “11:11 (Apa Yang Kau Lihat)”. Sehingga, yah, bisa dikatakan pemilihan daftar di bawah hampir sepenuhnya berdasarkan pengalaman saya pribadi saat menontonnya. Tidak ada pengaruh dari review atau pendapat orang lain.
Selamat menikmati.
Daftar Isi
Film Horor Lokal Terlaris Sepanjang Tahun 2019
Pemilihan daftar pada kategori ini adalah berdasarkan jumlah penonton secara keseluruhan. Di sini saya mengambil referensi dari situs filmindonesia.or.id. Dan inilah, 3 film horor lokal terlaris sepanjang tahun 2019.
Danur 3: Sunyaruri
Ditayangkan pada tanggal 26 September 2019, film yang digosipkan sebagai judul terakhir dalam seri Danur ini masih setia dibintangi oleh Prilly Latuconsina. Hingga turun layar, film ini mampu meraup 2.4 juta penonton. Mengingat kualitas cerita yang mengalami banyak penurunan ketimbang Danur dan Danur 2, kemungkinan sebagian besar dari raihan penonton tersebut adalah fans berat Risa Saraswati dan kanal Youtube-nya Jurnal Risa.
Salah satu yang membuat saya pribadi kecewa adalah teaser trailernya yang bener-bener keren namun sama sekali tidak dimasukkan ke dalam film. Saya jadi merasa tertipu. Apalagi begitu melihat apa yang dalam film justru tidak lebih baik dari teaser trailer tersebut.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Perempuan Tanah Jahanam
Nama sutradara dan penulis Joko Anwar melambung semenjak “Pengabdi Setan” dirilis di tahun 2017. Kala itu ia ditasbihkan sebagai orang yang mampu mengangkat derajat film horor tanah air serta meletakkan titik standar ke posisi yang lebih tinggi. Banyak yang lantas membanding-bandingkan judul horor yang hadir setelahnya dengan film tersebut.
Walau kadang ada juga yang lebay karena perbandingannya tidak apple to apple.
Maka menjadi wajar ketika penikmat film tanah air berbondong-bondong ke bioskop pada tanggal 17 Oktober 2019 kala “Perempuan Tanah Jahanam”, karya terbaru Joko Anwar, mulai ditayangkan secara nasional. Dan wajar pula bahwa pada akhirnya film tersebut mampu menorehkan angka 1.7 juta penonton.
“Perempuan Tanah Jahanam” sendiri bisa dibilang nyaris sempurna. Alurnya, twistnya, jump scare-nya, karakternya, aktor dan aktrisnya, dialognya, semuanya believeable. Sayangnya, Joko Anwar seperti terpaksa memasukkan unsur mistis di babak penutup, yang justru merusak momen di sepanjang film. Tapi secara keseluruhan, judul ini sangat layak untuk berada dalam daftar film terlaris tahun 2019 lalu.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Kuntilanak 2
Kesuksesan trilogi film Kuntilanak di era tahun 2006-2008 memancing MVP Pictures untuk membuat versi barunya lebih dari satu dekade kemudian. Dimulai dari “Kuntilanak” di tahun 2018, “Kuntilanak 2” menyusul dan tayang perdana pada tanggal 4 Juni 2019. Perolehan akhir penontonnya di kisaran 1.7 penonton, hanya berselisih beberapa puluh ribu saja dengan “Perempuan Tanah Jahanam”.
Filmnya sendiri memasukkan nuansa yang lebih ceria supaya berbeda dengan trilogi Kuntilanak yang asli. Para kecil yang diadopsi dan sering bercoleteh polos menjadi sumber titik tawa. Sayangnya, itu pula yang menjadi titik lemahnya. Cerita menjadi terkesan tidak serius dan juga tidak berani menghadirkan adegan-adegan sadis yang terkadang diperlukan dalam sebuah film horor.
Bagian akhir dari trilogi Kuntilanak versi baru ini sendiri sudah disiapkan untuk tayang pada minggu terakhir bulan Januari. Dari trailernya sih terlihat cukup serius. Semoga saja memang demikian.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Yang juga laris manis pendapatannya: Ghost Writer (saya pribadi menganggap ini genrenya komedi sih), Ratu Ilmu Hitam, Dreadout
Film Horor Lokal Terbaik Sepanjang Tahun 2019
Yang berkualitas belum tentu yang banyak ditonton. Ini adalah fakta menyedihkan yang mau tidak mau harus diterima oleh para insan pembuat film. Dan inilah, 3 film horor lokal terbaik (tidak berdasar urutan tertentu) di sepanjang tahun 2019 versi Curcol.Co.
Perempuan Tanah Jahanam
Meski punya kekurangan dalam penyelesaian akhir, “Perempuan Tanah Jahanam” masih layak untuk dinobatkan sebagai salah satu film horor lokal terbaik di tahun 2019. Salah satu yang paling terasa membedakan dengan film di genre yang sama adalah dialognya yang nyaris tanpa cela. Film ini juga berani menyelipkan adegan-adegan sadis yang mungkin bakal banyak kita lihat di tahun 2020. Setidaknya “Ratu Ilmu Hitam”, yang tayang sebulan setelahnya, pun sudah melakukannya.
Pintu Merah
Dengan kualitas film horor lokal yang kebanyakan masih di bawah standar, saya biasanya datang ke bioskop tanpa berkekspektasi apa pun. Dan biasanya pula, kualitas film yang saya tonton memang sesuai dengan prediksi sebelumnya. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk “Pintu Merah”.
This movie is SURPRISINGLY GOOD! Unsur investigasi yang diselipkan cukup terasa (walau masih ada cela di satu dua titik), pun begitu dengan unsur ketegangannya. Siapa sangka, hanya dengan bermodal 2-3 lantai bangunan yang dilewati berulang-ulang saja bisa diolah menjadi adegan demi adegan yang intens dan bikin penasaran.
Dengan adegan penutup yang membuka ruang untuk sekuel, saya benar-benar berharap film “Pintu Merah” ini ada kelanjutannya.
Review film ini bisa dibaca di sini.
MatiAnak
Debut perdana Derby Romero sebagai sutradara ternyata berbuah manis. “MatiAnak” yang dirilis pada tanggal 28 Maret 2019 ini punya kombinasi cerita dan elemen horor yang seimbang. Mungkin ini juga sedikit judul dimana Cinta Laura Kiehl mampu berakting secara natural tanpa ada kesan lebay.
Ada sebagian orang yang tidak suka dengan bagian akhir cerita yang mengangkat tema sekte / pemujaan. Saya pribadi tidak mempermasalahkannya karena hal tersebut digarap dengan serius. Tidak hanya sekedar tempelan belaka atau terasa dipaksakan.
Salah satu yang membuat pengalaman tidak maksimal adalah tokoh antagonis yang menggunakan template umum. Terlalu mudah untuk ditebak sejak awal kemunculannya. Masalah yang memang banyak dialami oleh sebagian besar judul film horor lokal.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Yang juga layak ditonton: Sunyi, Ratu Ilmu Hitam, Pocong The Origin
Film Horor Lokal Terburuk Sepanjang Tahun 2019
Jika ada yang terbaik, tentu aja ada yang terburuk. Tiga di antaranya saya coba hadirkan di bawah. Tapi perlu diingat bahwa ini adalah berdasarkan pendapat saya pribadi, yang sudah pasti berbeda dengan pendapat orang lain. Maka inilah, 3 film horor lokal terburuk yang tayang pada tahun 2019.
Kain Kafan Hitam
Jika debut Derby Romero mampu membuka jalan karirnya sebagai sutradara, berbanding terbalik dengan debut Maxime Bouttier dalam “Kain Kafan Hitam”. Semuanya terasa salah dalam film ini. Saking banyaknya kejanggalan, susah dipercaya bahwa selama ini Maxime sudah berkecimpung dalam dunia perfilman tanah air.
Dirilis bertepatan dengan hari kasih sayang tanggal 14 Februari 2019, alih-alih mendapat cinta, pada akhirnya “Kain Kafan Hitam” justru dihujani hujatan.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Uka-uka the Movie: Nini Tulang
Bagi yang ingin melatih indera keenamnya, saya persilahkan untuk menonton film “Uka Uka The Movie: Nini Tulang”, yang memang terinspirasi dari reality show populer Uka Uka. Bagaimana tidak. Banyak dialog dan adegan yang tidak jelas, yang memaksa penonton untuk mengira-ngira dan menebak-nebak sendiri apa yang sedang terjadi. Para karakter seolah punya kemampuan telepati, dimana mereka sudah bisa memahami satu sama lain tanpa perlu menyampaikan dengan jelas dalam bentuk verbal.
Karakter yang lebai dan formula jump scare usang menambah kebosanan yang melanda selama film diputar. Rasanya jauh akan lebih menghargai sosok Torro Margens, host Uka Uka yang turut berperan dalam film, apabila “Uka Uka The Movie: Nini Tulang” tidak usah ditayangkan sekalian.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Ku Tidak Percaya Kamu Mati
Dari trailernya film ini memang sudah terlihat sebagai hasil produk low budget yang selevel FTV. Apesnya, keburukan “Ku Tidak Percaya Kamu Mati” tidak hanya sebatas pada sinematografinya. Melainkan turut berimbas pada alur cerita yang asal-asalan serta unsur horor yang gak ada horor-horornya sama sekali. Banyak adegan yang menimbulkan kening berkenyit. Pemilihan anak-anak sebagai pemeran utama terkadang sukses menghasilkan gelak tawa. Namun bukan karena kepolosan mereka, melainkan karena kebodohan naskah cerita.
Yang pasti, kesalahan utama film ini adalah melabeli diri sebagai film horor. Nyatanya, unsur keluarga dan persahabatan yang menonjol. Mungkin akan lebih banyak orang yang bisa menghargai “Ku Tak Percaya Kamu Mati” apabila tidak memaksakan diri untuk masuk ke ranah horor.
Review film ini bisa dibaca di sini.
Banyak reviewer yang mendapuk “Roy Kiyoshi: The Untold Story” sebagai salah satu judul film horor lokal terburuk sepanjang tahun 2019. Sayangnya, karena sampai sekarang saya belum menontonnya, saya tidak bisa memasukkan film tersebut ke dalam daftar pertimbangan saya di atas.
Leave a Reply