Page 1/16
Saya pecinta traveling. Kemana saja tidak masalah. Apalagi kalau sendiri alias solo. Lebih seru dan banyak tantangannya. Gak bosan? Ya jelas tidak, wong saya introvert, sudah biasa diem-diem sendiri di kamar, hehehe.
Perjalanan saya sebagai seorang traveler mengalami proses evolusi yang lumayan panjang. Di awal dulu lebih suka bergaya turis. Sewa mobil, duduk santai mengikuti itinerari pasaran, mendatangi spot padat wisatawan, dan tidur nyenyak di hotel yang terjamin kenyamanannya.
Lambat laun semuanya berubah. Bahkan bisa dibilang 180 derajat. Titik baliknya bisa dibilang adalah perjalanan solo super nekat ke beberapa negara sekaligus di wilayah Asia Tenggara. Sejak itu jadi ketagihan jalan-jalan ala ‘gembel’. Sebisa mungkin terlihat bagai penduduk lokal dan mendatangi tempat-tempat yang jarang didatangi turis. Semesta bahkan seolah mendukung, dimana saat traveling saya justru jarang merasa lapar. Cukup makan seadanya dan langsung ready to go. Konsep budget traveling pun bisa optimal diterapkan.
Titik balik kedua adalah saat perjalanan kedua di negara Vietnam. Saya biasa pesan tiket setahun sebelumnya tanpa peduli tanggal. Alhasil, begitu ternyata saya datang di saat imlek, seluruh itinerari di negara tersebut kacau. Sisi positifnya, saya jadi belajar cara membuat itinerari yang dinamis sehingga tidak pernah lagi menyiapkan jadwal baku hingga sekarang. Triknya bisa dibaca di sini.
Halaman ini berisi kisah-kisah perjalanan saya selama traveling, baik di dalam maupun di luar negeri. Termasuk saran itinerari, catatan perjalanan (catper), review akomodasi dan kuliner, info mengenai kota / negara / tempat tertentu, tips dan trik seputar jalan-jalan, serta artikel-artikel lain yang berhubungan dengan travel. Semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman pecinta traveling lainnya.
Selamat membaca!
Kalau hari kedua saya gunakan untuk mengunjungi area turisnya Chiang Mai, hari ketiga saya mendatangi sejumlah kuil yang ada di kota tersebut. Kebetulan, memang ada ratusan kuil yang tersebar di berbagai penjuru kota. Baik di dalam maupun di luar wilayah Old Town. Tepatnya ada 300 kuil di Chiang Mai. Atau wat dalam bahasa Thailand.
Setelah menjalani hari pertama di Chiang Mai dengan sedikit santai, saatnya untuk menyibukkan diri dengan jadwal padat di hari kedua. Tujuan utama adalah Wat Chedi Luang, yang bersebelahan dengan Wat Phantao. Tidak jauh dari penginapan. Selanjutnya bergeser menuju arah barat Chiang Mai dan lanjut menjelajahi area Nimman yang touristy.
Hari terakhir di Bangkok saya gunakan untuk mendatangi salah satu tempat yang sebelumnya belum sempat dikunjungi. Saya juga bakal memberitahu alasan kenapa pada hari-hari terakhir saya menginap di GN Luxury Hostel. Yang pasti ada hubungannya dengan ARL. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini, ya.
Bulan Oktober tahun lalu saya kembali traveling ke Thailand. Yang membedakan, kali ini saya memasukkan Chiang Mai dan Chiang Rai ke dalam destinasi. Kebetulan saya belum pernah mengunjungi kedua kota tersebut sebelumnya. Total saya akan berada di Chiang Mai selama 6 malam, semalam di Chiang Rai, serta menghabiskan sisanya di Bangkok.
Hari terakhir menjelang pulang ke Indonesia ingin saya lalui dengan sedikit santai. Platinum Fashion Mall jelas menjadi tujuan utama. Mumpung jaraknya tidak begitu jauh dari GN Luxury Hostel tempat saya menginap. Juga ada sebuah museum yang baru saya ketahui keberadaannya kemarin saat buka-buka Google Maps.
Tanggal 1 November 2022 adalah hari terakhir saya menginap di Prasuri Guest House. Sebelum meninggalkan area Khaosan, saya memutuskan untuk mendatangi satu kuil yang cukup terkenal di sana. Yaitu Wat Saket atau dikenal juga sebagai Golden Mount Temple. Hostel yang menjadi akomodasi terakhir selama perjalanan Thailand kali ini nantinya berlokasi di dekat stasiun Airport Rail […]