Trailernya yang seperti FTV membuat saya sebenarnya tidak tertarik untuk pergi ke bioskop. Namun adanya cashback dari aplikasi Dana hasil pembelian tiket di hari Rabu kemarin membuat saya akhirnya memutuskan untuk berangkat dan menonton “Ku Tak Percaya Kamu Mati” di jadwal tayangan perdana pukul 12.45 di Transmart Rungkut XXI. Kalau pun filmnya nanti jelek, toh hanya keluar duit Rp 8.400,- saja. Tak apalah. Deket rumah juga bioskopnya, hehehe.
Sinopsis Singkat
Tanggal Rilis: 10 Oktober 2019
Durasi: 85 menit
Sutradara: Wimbadi JP
Produser: R Condro Sejati
Penulis Naskah: Wimbadi JP
Produksi: Tentrem9 Film
Pemain: Raditya Evandra, Kinaryosih, Farah Maudina, Deddy Sutomo, Niniek L Karim, Pritt Timothy, WS Agantaran, Guendho Sinubo N
Suatu pagi, seorang anak SD bernama Bagong Pamungkas (diperankan oleh Raditya Evandra) menjadi korban tabrak lari. Sahabat karibnya, Fantar (diperankan oleh WS Agantaran), belum bisa menerima kepergian Bagong. Ia meyakini bahwa Bagong masih hidup, semoga terus mencoba dengan berbagai cara untuk berkomunikasi dengannya. Bagong pun memang lantas hadir kembali. Namun bukan karena belum mati, tapi karena ada urusan di dunia yang belum usai. Bersama-sama kedua sahabat itu pun berpetualang untuk membantu Bagong menuju peristirahatan terakhirnya.
Review Singkat
Dan, yah, filmnya memang sesuai dengan trailernya, sekelas FTV. FTV Azab lebih tepatnya, mengingat temanya sejalan.
Kita bahas dulu ceritanya. Banyak kejanggalan dan ketidaktelitian di dalam penggambaran cerita. Seperti TKP kecelakaan yang sama sekali tidak menunjukkan adanya bercak darah (ditambah dengan tidak adanya ambulans yang datang); karakter Kinasih yang hendak sholat lalu terganggu dengan keran air yang terbuka sendiri, namun saat melanjutkan sholat ternyata ia melakukannya di ruangan yang berbeda; karakter Tinuk yang tiba-tiba bisa mengenal Fantar dan Fando padahal sebelumnya tidak kenal; karakter Tinuk juga yang bisa percaya begitu saja saat ada Fantar yang notabene adalah anak SD datang seorang diri kepadanya dengan niat untuk membeli motor suami Tinuk; dan masih banyak lagi. Sutradara Wimbadi JP seolah tidak peduli dengan adanya lobang pada cerita dan membiarkan penonton menggunakan nalarnya untuk menambal lobang-lobang itu sendiri.
Ada twist yang mengejutkan di akhir cerita. Sayangnya, twist tersebut sedemikian mengejutkannya hingga penonton mungkin sulit untuk percaya bahwa plot tersebut sungguh nyata.
Sebagai film horor, film ini jelas gagal. Seperti yang saya prediksi di awal, dengan proses produksi yang kemungkinan di lakukan di sekitar tahun 2017 hingga 2018 awal, metode jump scare yang dilakukan sudah kelewat usang. Sekelas film jadul tahun 70an. Bahkan adegan korek api ditiup setan yang terlihat greget di trailer sama sekali tidak ada serem-seremnya di film. Diulang 3x pula.
Di sisi lain, film ini sebenarnya punya modal yang kuat sebagai sebuah film drama keluarga. Unsur persahabatan serta kecintaan terhadap sosok ibu sangat menonjol. Bisa dikata, kehadiran elemen horor justru merusak potensi dari “Ku Tak Percaya Kamu Mati”.
Keberadaan karakter yang beragam seharusnya bisa memberi warna tersendiri. Sayangnya, saya merasa hampir tidak ada karakter yang memiliki pondasi kuat. Selain Fantar dan Bagong sebagai tokoh utama, karakter-karakter lain seolah hanya pemanis dan pelengkap cerita. Apalagi dialog yang dimunculkan terbilang menyedihkan. Eman eman aktor dan aktris senior sekelas (alm) Deddy Utomo dan Niniek L Karim jadi terlihat bagai figuran tidak berarti di film ini.
Kesimpulan
“Ku Tak Percaya Kamu Mati” tidak ubahnya FTV atau sinetron yang biasa muncul di layar kaca, lengkap dengan alur cerita yang tidak konsisten serta memancing kening berkerut. Sebagai film drama sebenarnya punya modal premis yang kuat. Sebaliknya, sebagai film horor, film ini gagal di segala sudut.
Tidak recommended.
Leave a Reply