6 Pengalaman Absurd Dan Tidak Terduga Selama Traveling

Sudah biasa traveling setidaknya setahun sekali, dipaksa untuk #dirumahsaja selama pandemi terus terang bikin hasrat melancong menggebu-gebu.

Seperti menahan rindu karena tidak bertemu ayang selama sewindu.

Sampai sampai Instagram saya penuh berisi foto-foto throwback selama melakukan solo traveling dahulu.

Untuk sedikit melampiaskannya, saya coba untuk membagikan cerita dan pengalaman absurd dan tidak terduga yang pernah saya alami. Ada yang aneh, lucu, seram, bahkan nyaris berujung maut.

Begini kisahnya.

Dikira Penjual Narkoba dan Diwanti-wanti Orang Tak Dikenal di Kuala Lumpur

Saya pernah mengalami scam saat berada di Kolombo, Sri Lanka. Lebih jelasnya bisa dibaca di sini.

Namun sebenarnya ada cerita lain di balik kejadian tersebut.

Jadi, sebelum tiba di negara tersebut, saya melakukan transit di Kuala Lumpur, Malaysia.

Lumayan agak lama. Sekitar 7 jam kalau tidak salah.

Berhubung bukan orang yang betah berdiam diri di satu tempat, saya memutuskan untuk keluar dari area bandara dan berjalan-jalan ke kota sekaligus mengisi perut.

Saya lupa saat itu makan dimana. Yang jelas di sebuah restoran Indonesia yang lokasinya dekat dengan MRT.

Ketika tengah melangkah keluar dari stasiun, seorang pria tiba-tiba menghampiri saya dan berbisik. Menanyakan apakah barang biasanya masih ada atau tidak. Dengan bahasa Malaysia.

Melihat saya terbengong-bengong, pria tersebut seperti sadar kalau salah orang. Tanpa berkata apa-apa ia langsung mundur teratur.

Butuh waktu beberapa jam bagi saya untuk mencerna bahwa kemungkinan besar orang tersebut hendak membeli narkoba (atau barang terlarang lainnya).

Serem.

Tapi kejadian absurd di Kuala Lumpur tidak berhenti di situ.

Usai makan, saya mampir ke Bukit Bintang. Kebetulan jalur MRT menuju KL Sentral melewatinya.

Saya sempat beristirahat sejenak di 7-Eleven seberang Plaza Low Yat. Membeli minuman dan duduk-duduk di dalam sembari ngadem.

7 eleven seberang plaza low yat

7 eleven seberang plaza low yat

Di meja sebelah ada seorang pria berumur 50 tahunan tengah menyantap makanan yang dipanaskan.

Karena tatapan saling bertemu, kami sama-sama tersenyum dan mengangguk sebelum melanjutkan aktivitas masing-masing.

Tak lama, setelah pria tersebut menghabiskan makanannya, ia tiba-tiba berdiri dan menghampiri saya. Mengajak berbincang singkat.

Di akhir pembicaraan, ia memberi pesan terhadap saya. Bahwa dalam waktu beberapa hari ke depan, akan ada orang yang menawarkan untuk menunjukkan jalan. Saya diminta untuk berhati-hati dan mengabaikan orang tersebut.

Sebagai manusia normal, wajar dong kalau saat itu saya bingung dan menganggapnya ngelantur.

Eh lha kok bener kejadian. Seminggu kemudian saya ditipu oleh seseorang yang menawarkan untuk menunjukkan jalan ke mesjid yang tidak ramai dan beribadah sholat jum’at di sana.

Apakah pria di minimarket sebelumnya adalah cenayang? Atau malah mungkin malaikat yang menyamar?

10 Menit 2 Kali Diinterogasi Polisi Bandara di Osaka

Penasaran karena acap mengalami kejadian aneh dan tidak terduga selama solo traveling, saya sengaja melakukan perjalanan ke Jepang bersama seorang teman.

Hasilnya? Sama saja 😀

Momennya adalah pada saat hendak melakukan penerbangan pulang ke Indonesia dari bandara internasional Kansai di Osaka, Jepang.

bandara internasional kansai osaka

bandara internasional kansai osaka

Mula-mula kami didatangi oleh 2 orang yang mengaku sebagai polisi. Pakaiannya keren. Ala-ala detektif di film.

Dengan bahasa Inggris yang lumayan lancar, mereka menanyakan beberapa hal tentang aktivitas traveling kami. Termasuk juga mencatat identitas dan nomer paspor.

Ajaibnya, tidak sampai 10 menit kemudian, datang seorang yang mengaku berprofesi lama dan melakukan hal yang sama pula.

Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini.

Belakangan saya baru tahu bahwa itu adalah random check yang memang legal dan biasa terjadi di bandar udara Jepang.

Di sisi lain, yang tidak biasa dan harusnya bisa saya tolak adalah permintaan untuk mencatat nomer paspor.

Nasi sudah menjadi bubur.

Diganggu Hantu Penunggu Hotel di Yangon

Dalam perjalanan ke Yangon, Myanmar, saya menginap di sebuah guesthouse yang berlokasi dekat People’s Park. Tidak sampai 1 km jaraknya.

Namun belum apa-apa sudah dibikin deg-degan. Pasalnya, sopir taksi kala itu keliru mengantar saya ke penginapan lain yang kebetulan memiliki nama yang hampir sama.

Gak kebayang kalau malam-malam asal diturunin di sana begitu saja.

Apalagi, dalam perjalanan, taksi entah kenapa sempat dikejar oleh belasan anjing liar!

Kalau film 101 Dalmatians ada versi horor zombienya, mungkin ya seperti itu kejadiannya.

Yang tidak pernah saya sangka, momen tersebut bukanlah momen terhoror yang bakal saya alami di malam itu.

Setibanya di guesthouse, pegawai dan pemilik yang menyambut terlihat kaget dan panik mengetahui kamar yang saya booking.

Saya sendiri tidak tahu dimana permasalahannya karena mereka juga tidak mengatakan apa-apa. Saya hanya diminta untuk jangan khawatir, semuanya bisa diatur.

Apanya yang jangan khawatir? Apanya yang bisa diatur? Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Setelah mereka berkonsultasi dengan seseorang melalui telpon, pada akhirnya saya diantar ke sebuah kamar. Penampakannya sih persis sama dengan kamar yang saya pesan melalui Agoda.

kamar guesthouse di yangon

kamar guesthouse di yangon

Kondisinya juga baik-baik saja. Tidak ada kendala sama sekali. Termasuk fasilitas kamar mandi dan TV-nya.

Beberapa jam kemudian, saat hendak tidur, saya mulai merasa ada kejanggalan. Seperti ada yang mengawasi.

Dari kejauhan terdengar suara beberapa ekor anjing melolong tanpa henti.

Tak lama menyusul kasur di balik punggung bergerak. Seolah ada yang ikut nimbrung berbaring di belakang saya.

Untuk kedua hal tersebut sebenarnya saya sudah biasa mengalami. Jadi masih bisa saya coba abaikan.

Tapi kejadian berikutnya benar-benar fresh from the oven. Pengalaman pertama dan semoga terakhir.

Saya MERASA (mata dalam kondisi terpejam) tubuh saya tiba-tiba melayang dan berputar-putar perlahan di atas tempat tidur!

Namun ketika saya membuka mata, posisi saya ternyata masih tetap terbaring di tempat tidur.

Anehnya, begitu saya memejamkan mata, tidak sampai semenit kejadian yang sama terulang. Seolah melayang di udara dan berputar perlahan.

Udah kayak adegan di film-film exorcism aja, hehehe.

Yang kemudian saya lakukan adalah mengeraskan volume TV dan berusaha melanjutkan tidur. Untung berhasil 😀

Terjebak Badai di Palk Bay

Kejadian menantang maut saya alami dalam perjalanan pulang menggunakan kapal dari pulau Delft menuju daratan Sri Lanka.

Saya tidak tahu nama perairan di wilayah tersebut. Yang jelas dekat Palk Bay.

Untuk catatan perjalanan di Delft Island bisa dibaca lebih lengkap di sini, ya.

Kapal ferry yang digunakan ukurannya tidak terlalu besar. Di sisi lain, dengan jadwal yang jarang jarang, jumlah penumpangnya pun lumayan padat. Turis dan penduduk lokal berbaur menjadi satu.

kapal ferry delft island

kapal ferry delft island

Dalam perjalanan menuju daratan yang berlangsung di sore hari (sekitar pukul 15.00), kondisi cuaca saat itu terbilang tidak bersahabat.

Penumpang awalnya hanya tertawa-tawa menghadapi ombak yang mengoncang kapal. Seiring dengan goncangan yang semakin hebat, tawa dan senyum berubah menjadi kesunyian. Beberapa orang bahkan mulai terlihat pucat.

Langit menggelap dan hujan pun turun. Tidak terlalu deras, tapi lumayan bikin hati was-was.

15 menit berlalu. Lambat laun awan gelap bergeser terbawa angin, menuju arah pulau.

Ombak yang tadinya ganas turut menenang. Semua penumpang full senyum. Termasuk saya.

Kejadian serupa sempat saya alami di Sabang. Tepatnya di pulau Rubiah.

Berhubung biaya menyewa sampan untuk menyeberang ke pulau hanya berselisih sedikit dengan paket mengelilingi pulau, saya sekalian saja mengambil opsi bundling.

Di luar sepengetahuan saya, kondisi ombak di sisi timur pulau Rubiah ternyata lumayan ekstrim. Apalagi yang digunakan adalah sampan, bukan kapal feri seperti sebelumnya.

Lucunya, ada sepasang warga lokal, mungkin berusia 20 tahunan, yang ikut menumpang ke daratan. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa rutenya adalah mengelilingi pulau terlebih dahulu.

Alhasil, di saat saya menikmati uji nyali melawan kematian (note: saya TIDAK BISA berenang), keduanya sibuk berteriak ketakutan setiap kali sampan dihajar ombak, wkwkwk.

Sebuah momen yang tidak akan terlupakan.

Ditinggal Bus di Perbatasan Thailand

Pertama kalinya solo traveling sudah langsung ngalamin kejadian langka. Malem malem ditinggal bus di perbatasan Malaysia – Thailand.

Saya tidak terlalu memperhatikan lokasinya. Tapi sepertinya di pintu pengecekan imigrasi Sadao.

Kejadian bermula dari petugas imigrasi yang entah kenapa tidak mau memberi izin masuk ke Thailand. Saya diminta untuk masuk ke kantor imigrasi dan diperiksa lebih lanjut.

Sesampainya di dalam, justru atasan dari petugas itu yang bingung kenapa saya tidak diizinkan untuk masuk oleh si petugas. Nah loh.

Setelah keduanya berdebat cukup lama, akhirnya paspor saya diberi stempel.

Masalah muncul saat saya menuju tempat parkir. Bus yang seharusnya ada di sana ternyata sudah tidak ada jejaknya sama sekali.

Mana snack saya masih ada di dalam bus itu lagi.

Tapi saya percaya ketika tujuan kita baik, pasti Tuhan akan memberikan jalan.

Tak lama datang bus dari perusahaan yang sama dengan rute yang sama pula. Dari Kuala Lumpur menuju Hat Yai.

Setelah curhat ke sopir bus yang bersangkutan, saya diperbolehkan untuk menumpang bus tersebut.

Batal deh menggelandang di negeri gajah putih, hehehe.

Di-Prank Kabut Di Atas Tebing Pidurangala

Pidurangala adalah tebing atau bukit batu yang letaknya berdekatan dengan Sigiriya Rock yang tersohor.

Karena kalah pamor, biaya masuknya jauh lebih murah. Mayoritas yang datang pun warga lokal, bukan turis.

Sebagai turis kere, tentu saja yang saya pilih untuk daki adalah Pidurangala.

Berbeda dengan Sigiriya Rock yang seluruh akses hingga puncak sudah menggunakan anak tangga, ada bagian-bagian tertentu di tebing Pidurangala yang mengandalkan kemampuan atletis kita. Termasuk saat harus mendaki titik tertingginya.

Setelah bersusah payah mencapai puncak, tanpa disangka kabut turun.

Jangankan melihat pemandangan indah. Salah melangkah saja bisa bisa jatuh ke jurang.

pose di tengah kabut

pose di tengah kabut

Nah, selain bagian yang tidak terduga, ada pula momen absurd.

Di puncak saya tidak sendiri. Selain tiga orang turis asal Eropa yang saya mintai tolong untuk mengabadikan momen di atas, juga ada sekelompok remaja lokal.

Salah satunya, seorang wanita, dalam keadaan mabuk.

Dia berkali-kali berniat untuk melompat ke jurang, sementara teman-temannya berusaha untuk menahannya sembari ngedumel.

Sebuah atraksi yang menghibur sekaligus menegangkan.

Penutup

Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman unik dan membagongkan yang saya alami saat melakukan traveling. Tidak cukup jika sekaligus dituliskan di sini.

Oleh karena itu, tunggu saja bagian selanjutnya dari tulisan ini, ya.

Selamat traveling!

pengalaman absurd traveling

Leave a Reply