Kandy. Kota terbesar kedua di Sri Lanka. Yang pertama adalah Colombo. Letaknya di lembah dataran tinggi Central Province. Atau Provinsi Tengah. Juga merupakan ibukota provinsi tersebut. Sekaligus ibukota terakhir dari jaman raja-raja kuno Sri Lanka. Ada Tooth Relic Temple (Sri Dalada Maligawa) di sana. Tempat paling keramat bagi penganut agama Budha di Sri Lanka dan sekitarnya. Sejak 1988 sudah dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Terdengar manis. Bagai permen. Candy Kandy. Ya, kan?
Tapi tidak bagi saya.
Seharusnya saya menginap semalam di Kandy. Sudah booking kamar segala. Di Charlton Kandy City Rest & Hostel. Untungnya belum bayar. Pesennya pakai opsi Pay At Hotel. Selamatlah dana dari terbuang percuma.
Semoga saja yang punya hostel gak ngambek.
Eniwei, begini cerita selengkapnya.
Dari Dambulla ke Kandy
Banyak pilihan bus menuju Kandy. Ada yang berhenti di sana. Ada yang sekedar melewatinya. Ada yang ber-AC. Ada yang menggunakan kipas alami. Alias jendela dibuka lebar. Terserah pilih yang mana.
Halte bus bayangan ada di sekitar Bentota Bake House. Tinggal cari yang memajang papan bertuliskan Kandy. Yang saya tumpangi berbiaya 120 LKR.
Penumpang cukup padat. Ada beberapa traveler bule ikut serta. Dua di antaranya persis di bangku depan saya. Entah darimana asalnya. Saya tidak pandai menebak negara berdasarkan aksen.
Perjalanan ditempuh selama kurang lebih dua setengah jam. Memasuki pusat kota Kandy masih excited. Semua sirna saat mendekati terminal bus.
Jalanan macet total. Bus bahkan tidak bergerak sama sekali. Selama hampir 20 menit. Akhirnya saya putuskan untuk turun saja.
Keliling Kota Kandy
Tooth Relic Temple terletak beberapa ratus meter dari titik saya turun. Menuju ke sana akan melewati sebuah masjid (Malay Military Mosque), sebuah pusat perbelanjaan (Kandy City Centre), dan sebuah danau (Kandy Lake). Kombinasi yang menarik sebenarnya. Berpotensi bikin betah.
Di tikungan danau kebetulan ada toko souvenir. “Laksala” namanya. Iseng saya masuk ke sana. Harganya ternyata selangit. Saya langsung teringat. Ini adalah kota turis. Saya yakin bukan hanya sovenir saja yang di atas rata-rata harganya.
Menyeberang ke sisi danau ada sederet pedagang di trotoar. Terselip beberapa pengemis. Yang aktif meminta ‘sumbangan’. Saya mulai jengah. Teringat momen ngemper bersama puluhan gelandangan di stasiun Kolombo. Tidak satu pun yang memaksa saya berbelas kasihan.
Dari kejauhan terlihat pengunjung ramai lalu lalang di dalam kuil. Saya bukan penganut agama Budha. Jadi masuk ke Tooth Relic Temple bukan suatu keharusan. Ditambah sudah pernah melihat kuil dengan ornamen Son Goku, Luffy One Piece, dan Superman di Bangkok. Sepertinya sulit menyaksikan sesuatu yang lebih dari itu.
Saya putuskan untuk batal menginap di Kandy. Lanjut ke Colombo saja.
Tapi sebelumnya makan dulu. Gerai KFC lagi-lagi jadi tempat mengisi perut. Kebetulan tidak jauh lokasinya. Ditambah memang sudah malas berkeliling. Menu pilihan saya adalah KFC Fillet Combo. Seperti di bawah ini penampilannya.
Perut kenyang bikin saya penasaran dengan pusat perbelanjaannya. Kandy City Centre. Letaknya tepat di belakang KFC. Walau harus sedikit berjalan memutar.
Isinya ternyata cukup kekinian. Banyak brand-brand ternama. Saya sempat dikuntit seorang security dari jarak 20-an meter. Bahkan sampai ikut naik ke lantai berikutnya. Mungkin selama ini belum pernah ada pengunjung masuk sambil bawa ransel. Dipikirnya teroris.
Keputusan untuk mampir nge-mall berbuah manis. Dapet buku dongeng lokal di salah satu stand toko buku. Saya memang sedang hobi koleksi buku semacam ini.
Sebelum kembali ke halte, masjid jadi pemberhentian berikutnya. Cukup luas. Bisa jadi alternatif tempat beristirahat. Bagi yang hanya melipir sejenak ke Kandy seperti saya.
Total Pengeluaran
Berikut ini rincian pengeluaran selama beberapa jam di kota Kandy.
Keterangan | Biaya (LKR) |
---|---|
Bus -> Kandy | 120 LKR |
Makan di KFC | 750 LKR |
Beli Buku | 590 LKR |
Total pengeluaran adalah 120 + 750 + 590 = 1460 LKR atau sekitar 113 ribu dengan menggunakan kurs saat artikel ini ditulis.
Jangan lupa untuk membaca juga catatan perjalanan sebelumnya di Sri Lanka:
Leave a Reply