Hari terakhir menjelang pulang ke Indonesia ingin saya lalui dengan sedikit santai.
Platinum Fashion Mall jelas menjadi tujuan utama. Mumpung jaraknya tidak begitu jauh dari GN Luxury Hostel tempat saya menginap.
Juga ada sebuah museum yang baru saya ketahui keberadaannya kemarin saat buka-buka Google Maps.
Seperti apa perjalanan kali ini? Simak yuk detilnya di bawah ini.
Daftar Isi
Dadakan Ke Museum Tenaga Kerja
Saat mengecek Google Maps untuk membuat rencana jalan kaki yang memungkinkan untuk merekam footage, saya tidak sengaja menemukan adanya Thai Labour Museum.
Jaraknya hanya 1 kilometer saja dari stasiun Ratchaprarop.
Saya pun memutuskan untuk memulai hari dengan mendatangi museum tersebut.
Tidak menemukan banyak informasi mengenai Thai Labour Museum di dunia maya, saya justru kemudian merasa bersyukur sudah meluangkan waktu ke sana.
Sebagian dari apa yang ada di dalam ternyata berkaitan dengan Patpong Museum yang saya datangi beberapa hari sebelumnya.
Sejarah masuknya tenaga kerja asing ke Thailand dibahas lebih tuntas di museum ini.
Termasuk pula sejarah perlakuan negara terhadap tenaga kerja di negara tersebut. Yang tidak selamanya baik-baik saja.
Menariknya lagi, bangunan Museum Tenaga Kerja itu sendiri dulunya merupakan bekas sebuah pabrik mainan yang mengalami kebakaran.
Beberapa barang bekas tragedi tersebut masih disimpan dan turut dipamerkan.
Lebih lanjutnya bisa dibaca di situs resmi mereka.
Tidak ada pungutan tiket masuk di Thai Labour Museum. Bisa memberi donasi jika mau.
Dari data buku tamu, terlihat jumlah pengunjungnya sangat minim. Dalam 1 minggu pun bisa dihitung dengan jari. Sayang sekali.
Cuci Mata di Platinum Fashion Mall
Beberapa kali ke Bangkok, ini adalah kali kedua saya masuk ke Platinum Fashion Mall.
Kali pertama pada tahun 2017 atau 2018 lalu. Saat mengantar ortu ke sana.
Pusat perbelanjaan ini sendiri sangat terkenal karena sering didatangi oleh penjual baju dari Indonesia. Untuk kulakan dan tentu saja berburu model pakaian terbaru di Bangkok.
Alasannya jelas. Selain harganya murah, juga fashion-nya kekinian. Model terbaru pasti bisa ditemui.
Selain melihat-lihat, tujuan utama saya pribadi adalah untuk mencarikan baju titipan ibu saya. Sayang tidak berhasil saya temukan.
Yang terus terang baru saya ketahui, Pratunam Market, yang tepat berada di seberang Platinum Fashion Mall, ternyata menawarkan dagangan serupa dengan harga yang LEBIH MURAH LAGI.
Syaratnya satu. Harus membeli dalam jumlah banyak. Minimalnya bervariasi tergantung si penjual.
Ada satu kaos yang sempat ingin saya beli sebelumnya di tempat lain. Namun batal karena bandrolnya 250 ribu rupiah.
Kaos tersebut saya temukan di Pratunam. Harganya? Cuma 80 ribu. Namun harus membeli minimal tiga biji.
Penasaran seperti apa jeroan Platinum Fashion Mall? Silahkan ditonton langsung di bawah ini.
Main Basket Terakhir Kali Sebelum Pulang
Hari ke-18 saya tutup dengan mendatangi MBK Center dan bermain basket di sana untuk terakhir kalinya.
Terakhir kali dalam perjalanan traveling kali ini tentunya.
Agak aneh karena ternyata saya lebih muda menemukan game center di Pattaya ketimbang di Bangkok.
Mungkin itu yang akan jadi misi utama apabila saya berkunjung lagi ke kota tersebut. Untuk mencari game center sebanyak-banyaknya.
Penutup
Ini adalah bagian terakhir dari Catper Bangkok Pattaya 2022 yang lumayan panjang.
Sehari setelahnya, saya terbang ke Indonesia dengan pesawat siang hari. Sehingga tidak ada aktivitas lain yang saya lakukan sebelumnya selain berkemas dan sarapan.
Untuk menuju bandara Suvarnabhumi sendiri saya hanya perlu menuju stasiun Ratchaprarop yang berjarak beberapa ratus meter saja dari hostel.
Ada kereta di jalur Airport Rail Link yang memiliki tujuan akhir bandar udara tersebut. Praktis.
Sampai jumpa di catatan perjalanan berikutnya.
Leave a Reply