Tanggal 6 hingga 13 April 2018 kemarin saya baru saja melakukan traveling ke Hong Kong dan Macau bersama keluarga. Yah, tidak benar-benar bersama keluarga sih, karena sebagian besar aktivitas saya di sana terpisah dari yang lain, hehehe. Maklum, beda selera wisata. Tapi setidaknya bisa menghemat biaya akomodasi di sana, yang kalau harus ditanggung sendiri lumayan menguras dompet. Mahal bosq!
Pergi bersama orang tua dan anak kecil membuat pengaturan itinerari tidak semudah biasanya. Terutama dari segi transportasi, yang harus dipertimbangkan semaksimal mungkin, mengingat hanya sebagian saja yang mampu untuk berjalan kaki dalam jarak jauh. Gonta ganti moda transportasi maupun jalur bus / kereta juga tidak sesederhana saat traveling secara solo.
Untuk menuju Hong Kong, kami menggunakan pesawat Garuda Indonesia yang amat sangat nyaman dalam penerbangan berdurasi panjang. Tiket kami peroleh saat mereka mengadakan travel fair tahun lalu, sehingga tidak terlalu menguras kantong. Dari Surabaya, pesawat transit terlebih dahulu selama 2 jam di Jakarta, sebelum melanjutkan penerbangan langsung selama kurang lebih 4 jam ke bandara Hong Kong International Airport yang terletak di pulau buatan Chek Lap Kok.
Untuk mencapai pusat kota Hong Kong, dipilih moda transportasi bus. Tidak senyaman (dan secepat) menggunakan kereta Airport Express memang, tapi pertimbangan faktor harga yang hanya 1/3 dari biaya Airport Express serta lokasi halte yang sebelas duabelas dengan Airport Express menjadi parameter utama. Perlu diketahui, ada 5 orang dan 1 anak kecil (plus 1 bayi) dalam rombongan perjalanan ini. Lumayan sedih kan kalau seandainya harus mengeluarkan uang sejuta lebih hanya untuk tiket Airport Express?
Selama di Hong Kong, kami menginap di dua tempat. Yang pertama adalah sebuah kamar apartemen yang terletak persis di area Ladies Market yang femes itu. Hampir setiap malam saya menyempatkan diri untuk sekedar berjalan-jalan di area tersebut dan melihat-lihat barang dagangan yang ada, hehehe. Apartemen ini kami sewa melalui layanan AirBnb. Meski sama sekali tidak bertemu dengan host alias pemilik maupun penjaga apartemen, tidak ada masalah sama sekali selama kami menginap di sana.
Lokasi menginap kedua adalah di Novotel Citygate. Yang ini sengaja dipilih karena di hari terakhir ada acara main-main ke Disneyland Hong Kong (saya tidak ikutan sih) yang kebetulan berada tidak jauh dari hotel tersebut. Selain itu, lokasinya cukup dekat dengan bandara plus ada layanan free shuttle ke sana. Mengingat jadwal pagi pada saat penerbangan balik ke Indonesia, tidak ada ruginya menginap di hotel yang menyatu dengan mall Citygate ini. Lumayan, bisa sekalian belanja barang-barang bermerk dengan harga miring, hehehe.
Hong Kong sendiri bagi saya pribadi biasa-biasa saja. Stasiun MRT dan MRT-nya sendiri malah mengingatkan saya dengan negara Singapura, mirip banget. Apalagi cukup banyak pendatang asal Indonesia yang bekerja di Hong Kong. Yang saya agak kaget adalah standar harga di sana yang lebih tinggi ketimbang Jepang. Di Jepang saya masih bisa mengisi perut seharian dengan modal kurang dari seratus ribu rupiah. Di Hong Kong? Berat. Bisa sih, tapi benar-benar harus diet. Belum harus memperhitungkan ongkos transportasi yang juga tidak murah, walau sudah menggunakan moda transportasi publik.
Di sisi lain, buat yang doyan shopping, Hong Kong memang surganya. Street market bertebaran di berbagai pelosok. Yang perlu diingat, hasrat belanja di sana harus diimbangi dengan keahlian menawar yang mumpuni, karena di hampir semua tempat harganya sudah di-markup 2 sampai 3 kali lipat.
Makanan halal bukan hal yang sulit diperoleh di Hong Kong. Ada menu dimsum yang tersohor di Islamic Centre, nasi bebek super lezat di Wai Kee, masakan khas rumahan Indonesia di Warung Malang, hingga sajian nasi bungkus yang dijual oleh emak-emak asal negara kita. Kalau kepepet masih ada frozen food di jaringan minimarket 7 Eleven yang menawarkan berbagai pilihan berbahan utama ayam dan daging sapi. Asal jangan lupa baca bismillah saja supaya lebih afdol π
Highlight itinerari saya di Hong Kong mungkin adalah trekking menyusuri Dragon’s Back. TKP-nya sendiri tidak spesial sih, masih kalah jika dibandingkan dengan apa yang saya lihat saat trekking ke hutan BαΊ‘ch MΓ£, Hue, Vietnam, bulan Februari lalu. Tapi lumayan banyak hal yang bisa diamati dan dijadikan renungan hidup di perbukitan yang masuk ke dalam area Shek O Country Park itu.
Tanggal 10 April saya sempatkan untuk mengunjungi Macau. Seneng banget akhirnya bisa lihat sendiri seperti apa jeroan sebuah casino yang selama ini hanya bisa dilihat di film, hehehe. Sayangnya di sana tidak boleh foto-foto. Mau ikutan main juga mikir-mikir, budget terbatas π
Karena tidak terpikir untuk bakalan kembali lagi ke Macau, di negara kecil tersebut saya sengaja menginap di sebuah hotel berbintang yang biaya kamar semalamnya cukup lumayan, Hotel Rio. Selama saya traveling rasanya itu adalah kamar hotel termahal yang pernah saya bayar. Depositnya saja HKD 1000, hampir 2 juta rupiah. Tanpa breakfast pula. Rasanya? Yah, entah karena memang benar-benar nyaman atau efek malam sebelumnya yang kurang tidur, jadwal jalan-jalan sore di Macau terpaksa batal gara-gara ketiduran di hotel tersebut, hehehe.
Dengan waktu yang terbatas (plus drama menjelang pulang balik ke Hong Kong), tidak ada highlight khusus selama kunjungan singkat di Macau. Saya murni hanya menjadi turis di sana dan berkunjung ke tempat-tempat yang sudah mainstream. Mulai dari The Venetian sampai Senado Square. Sempat blusukan di area Penha Hill yang masih minim turis, tapi sesampainya di sana malah nyasar, gak tahu harus kemana, wkwkwkwk. Padahal gosipnya pemandangan kota Macau dari salah satu spot di sana cukup menarik.
Eniwei, apakah saya bakal balik lagi ke Hong Kong suatu hari nanti? Mungkin. Masih ada banyak tempat yang bisa dieksplor. Bahkan ke Victorian Park pun saya kemarin belum sempat. Tapi rasanya tidak dalam waktu dekat ini. Dan dalam ‘waktu dekat’ yang saya maksud barusan adalah dalam jangka waktu 5 tahun ke depan… kecuali kalau ada yang bayarin π
Untuk detil itinerari dan pengeluaran harian akan dibahas di postingan-postingan terpisah berikut ini, ya π
Hari ke-1: Dari Surabaya Ke Hong Kong
Hari ke-2: The Peak, Tai Cheong Bakery, dan The Clock Tower
Hari ke-3: Trekking ke Dragon’s Back
Hari ke-4: Berburu Game Center Di Ujung Jalur MRT Hong Kong
Hari ke-5: Melipir ke Macau, Mampir ke Venesia dan Paris
Hari ke-6: Jelajah Macau ala Turis
Hari ke-7: Naik Cable Car ke Ngong Ping 360
Leave a Reply