Perjalanan menuju Hong Kong dimulai dari Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya. Kami terbang menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan tiket yang sudah dibeli saat mereka mengadakan travel fair di Tunjungan Plaza. Harganya 3.5 juta per orang untuk rute pulang pergi dengan transit di bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Jakarta selama kurang lebih 2 jam. Untuk standar backpacker sih masih agak mahal, tapi karena perginya tidak sendiri dan ada orang tua serta anak kecil, faktor kenyamanan yang harus diutamakan. Dan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, maskapai yang satu ini memang terbukti punya layanan yang sangat baik.
Daftar Isi
Terhipnotis Counter Money Changer
Dengan menggunakan layanan Go-Jek saya menuju Juanda dan bertemu dengan keluarga saya. Sejak adanya ojek online, saya memang lebih memilih untuk menggunakan jasa mereka ketimbang taksi konvesional. Terlebih untuk tujuan ke bandara, yang biasanya harus merogoh kocek 80-90 ribu rupiah sekali jalan. Bandingkan dengan ojek motor yang hanya Rp 16.000,- saja.
Proses check-in berjalan lancar walau terasa agak lama. Selain karena total ada 7 orang dalam ‘grup’ kami, mbak-mbak di counter sempat keliru mengira perjalanan ke Hong Kong harus menggunakan Visa.
Sebelum melewati pemeriksaan imigrasi, saya memilih untuk menukarkan uang terlebih dahulu di counter money changer yang berada di lantai 2, tepat di depan tangga eskalator dari ruangan check-in. Saya sebelumnya sudah menukarkan sejumlah uang (rate-nya Rp 1.790 untuk HKD 1) dan membawa bekal kurang lebih HKD 1500. Namun semalam sebelum keberangkatan saya baru menyadari kalau hotel Rio yang akan saya inapi sendiri di Macau ternyata mensyaratkan deposit sejumlah HKD 1000. Jelas uang yang saya bawa kemungkinan besar tidak mencukupi.
Nah, di sini masalahnya. Sebenarnya dari rumah saya sudah niatkan untuk nantinya mengambil uang melalui ATM di Hong Kong saja. Tapi entah kenapa, saat melihat money changer tersebut, saya tergerak untuk mengambil uang di ATM sebelahnya dan langsung menukarkannya. Semacam terhipnotis. Setelah sampai di depan mas-mas penjaga counter saya baru sadar bahwa rate HKD di sana Rp 2.000,-! Mahal banget 🙁
Tapi yah, karena sudah terlanjur pegang uang dan bilang kalau mau tukar, mau gak mau transaksi must go on #gengsidong. Walau dalam hati menangis 🙁 Apalagi setelah tahu di area ruang tunggu juga ada counter money changer dengan rate yang lebih manusiawi 🙁
Tips Traveling: Selalu bawa uang secukupnya saat bepergian ke luar negeri dan untuk kebutuhan tambahan sebaiknya tarik ATM di sana. Atau bawa uang simpanan dalam bentuk USD.
Menjajal Auto Gate Imigrasi
Beberapa kali ke luar negeri saya selalu menggunakan jalur imigrasi ‘konvensional’. Kemarin saya penasaran untuk menjajal auto gate, yang katanya lebih praktis dan cepat. Sempat ragu-ragu apakah e-paspor saya bisa tembus atau tidak, tapi ternyata lancar jaya. Ayah saya yang menggunakan paspor biasa juga tidak mengalami kendala.
Berikut ini langkah-langkah menggunakan auto gate imigrasi:
- Siapkan buku paspor. Scan halaman yang berisi foto dan identitas kita di mesin scanner yang tersedia di pintu jalur auto gate.
- Jika paspor terbaca, pintu jalur auto gate akan terbuka.
- Berikutnya adalah pemeriksaan sidik jari dan foto. Di layar monitor akan muncul petunjuk sidik jari mana yang harus kita scan. Perhatikan bahwa petunjuk ini berbeda-beda ya. Saat keluar dari Indonesia saya diminta untuk meng-scan jari tengah, sementara pada saat datang kembali yang diminta adalah jari telunjuk.
- Jika sidik jari sudah terbaca, kita akan diminta untuk menghadap kamera (di bagian samping monitor) untuk difoto.
- Selesai difoto, pintu keluar auto gate akan terbuka dan proses imigrasi selesai.
Sebagai warga negara Indonesia, proses imigrasi dengan cara biasa sebenarnya juga tidak terlalu ribet. Antrinya itu aja yang males, hehehe. Selain itu, belakangan petugas imigrasi juga terkadang kepo tanya-tanya dan melakukan random check. Sudah ada beberapa kasus gagal terbang gara-gara dicurigai oleh petugas imigrasi loh. Jadi yang paling praktis (dan kemungkinan besar lolos) ya lewat auto gate ini.
Pengecualian kalau wajah atau nama teman-teman mirip dengan DPO ya. Mau lewat jalur biasa atau otomatis juga pastinya bakal kena cekal, hehehe.
Oh ya, menurut adik saya, yang terpaksa harus melalui jalur imigrasi biasa karena membawa anak kecil, halaman paspor mereka tidak distempel, baik saat keluar maupun masuk kembali. Apa mungkin sekarang sudah seperti itu prosedurnya, mengikuti jejak negara-negara lain?
FYI: Karena posisi panel monitor dan scan sidik jari yang tinggi, Auto Gate Imigrasi tidak dapat digunakan oleh anak-anak. Orang tua yang membawa anak kecil tetap harus melalui jalur pemeriksaan imigrasi biasa.
5 Jam Di Udara
Total durasi penerbangan yang harus ditempuh adalah 5 jam lebih. Rinciannya, 1 jam untuk menuju Jakarta, dan 4 jam untuk menuju Hong Kong. Biasanya saat menggunakan pesawat low cost dengan durasi perjalanan yang lama seperti ini saya mengalami mati gaya. Maklum, bukan orang yang gampang terlelap di dalam pesawat. Mau baca-baca, bosen. Mau pesen makanan, mikir duitnya. Alhasil cuman bisa bengong sambil berharap ketiduran saja, hehehe.
Untungnya ada fasilitas in-flight entertainment di semua pesawat Garuda Indonesia, tanpa mendiskriminasi kelas penumpang. Dan sejujurnya, bagi saya pribadi, ini satu-satunya alasan untuk terbang dengan menggunakan maskapai kebanggaan Indonesia tersebut. Dengan in-flight entertainment yang berupa panel monitor di bagian belakang kursi depan, saya bisa menonton film sepuasnya dan tanpa terasa pesawat sudah sampai di tujuan. Yah, biar gak rugi juga dong sudah bayar tiket mahal-mahal, hehehe.
Dalam perjalanan menuju Jakarta dan Hong Kong, saya sempat menonton film “Lego Batman The Movie”, “Kong: Skull Island”, dan “The Martian”. Yang disebut kedua lumayan keren. Apalagi lokasi syutingnya, Ha Long Bay dan Ninh Binh, baru saja saya datangi di bulan Februari lalu. Jadi lebih terasa filmnya, hehehe. “The Martian” juga oke sih sebenarnya. Saya hanya agak kurang konsen gegara ibu-ibu sebelah entah nonton film apaan sambil nangis-nangis. Kan gawat kalau sampai dituduh yang nggak-nggak…
Welcome to Hong Kong
Pesawat mendarat di bandar udara Hong Kong International Airport sekitar pukul empat sore waktu setempat. Jarak dari pesawat hingga ke area imigrasi lumayan jauh. Di satu titik nanti akan ada petugas yang akan memeriksa suhu badan pendatang. Untuk anak-anak akan langsung dicek menggunakan alat semacam termometer yang ditempel sekilas di dahi, sementara untuk orang dewasa cukup dengan melepas penutup kepala saja. Yang menggunakan jilbab dengan model dahi agak tertutup kemungkinan akan diperiksa dengan menggunakan alat termometer itu juga.
Imigrasi Hong Kong masih menerapkan sistem arrival card atau kartu kedatangan bagi siapa saja yang masuk ke negara wilayah mereka. Kartu ini sudah dibagikan di dalam pesawat saat penerbangan. Bagi yang tidak kebagian tidak perlu khawatir karena juga tersedia di dalam area imigrasi. Bentuknya seperti di bawah ini:
Baca Juga: Cara Mengisi Arrival Card Imigrasi Hong Kong
Sama sekali tidak ada masalah saat melewati counter pemeriksaan imigrasi. Petugas yang melayani saya malah terkesan ogah-ogahan, melemparkan buku paspor begitu saja setelah pemeriksaan selesai. Perlu diketahui bahwa kita tidak akan mendapat stempel saat keluar masuk wilayah Hong Kong. Sebagai gantinya, ada sebuah kertas kecil yang menunjukkan waktu kedatangan kita serta batas waktu kita bisa berada di Hong Kong.
Sama halnya dengan lembar kartu kedatangan, kertas kertas ini JANGAN SAMPAI HILANG ya. Saya hampir mendapat masalah di imigrasi Hong Kong saat kembali dari Macau gara-gara tidak langsung menunjukkan kertas tersebut, hehehe.
Octopus Card, Satu Kartu Untuk Semua
Yang pertama kami lakukan setelah mengambil bagasi adalah mengambil SIM Card lokal (yang sudah dipesan adik saya melalui Klook beberapa hari sebelumnya) serta membeli kartu Octopus. Kartu yang berisi e-money ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan selama di Hong Kong. Mulai dari naik berbagai moda transportasi hingga membayar belanjaan di toko yang mendukung. Salah satunya adalah gerai 7 Eleven. Seperti kartu sejenis pada umumnya, kita juga bisa melakukan top up maupun me-refund kartu Octopus jika dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi.
Untuk kartu SIM lokal saya sendiri memilih untuk membeli belakangan karena kebanyakan yang ditawarkan di bandara hanya memiliki masa aktif 5 hari. Sementara untuk kartu Octopus, harganya adalah HKD 150, dengan rincian HKD 50 sebagai deposit dan HKD 100 sebagai saldo awal. Deposit tersebut, beserta seluruh saldo kita yang tersisa, dapat diuangkan kembali saat kartu kita refund dengan potongan sebesar HKD 9.
FYI: Ada ibu-ibu asal Indonesia yang berjualan SIM card di area kedatangan. Kemungkinan besar beliau akan menghampiri Anda dan menawarkan ‘dagangannya’. Harganya lebih murah daripada yang ditawarkan di counter-counter SIM card bandara.
Baca Juga: Cara Mengisi Saldo Octopus Card Menggunakan Mesin Otomatis
Apartemen yang sudah kami pesan berada di area Ladies Market, tepatnya di jalan Argyle Street. Lokasinya tidak jauh dari stasiun MTR Mong Kok. Ada 2 pilihan untuk menuju ke sana, dengan menggunakan MRT jalur Airport Express atau menggunakan bus nomer A21. Berturut-turut biayanya adalah HKD 110 dan HKD 33 untuk orang dewasa. Dengan pertimbangan halte bus yang lokasinya juga tidak jauh dari TKP (plus faktor biaya), kami memilih untuk menggunakan bus.
Untuk menuju halte keberangkatan bus di bandara tidak terlalu sulit. Kita cukup mengikuti petunjuk arah yang tersedia. Nantinya akan ada dua lajur keberangkatan. Untuk bus nomer A21, lajurnya ada di sebelah kanan. Selanjutnya tinggal antri di jalur antrian yang tersedia.
Semua bus di Hong Kong kita masuki melalui pintu yang ada di bagian depan. Kita sekaligus juga melakukan pembayaran di pintu depan, baik menggunakan kartu Octopus maupun cash. Untuk pembayaran menggunakan kartu Octopus cukup dengan menempelkan kartu tersebut ke bagian sensor kartu yang ada. Sedang untuk pembayaran menggunakan cash kita tinggal memasukkan uang ke dalam kotak yang sudah tersedia.
Perjalanan dari bandara menuju area Mong Kok ditempuh dalam waktu hampir 3 jam! Bukan karena jauh, melainkan karena terjebak macet. Sepertinya sedang ada perbaikan atau pemeriksaan jembatan antar pulau. Sekedar info, Hong Kong International Airport sendiri terletak di pulau Chek Lap Kok, dimana untuk menuju Mong Kok kita masih harus menyeberangi dua pulau lainnya!
Kamar apartemen yang kami pesan berada di lantai 10. Meski host atau pemilik apartemen tidak menemui secara langsung, petunjuk yang ia berikan cukup jelas sehingga tidak ada kesulitan sama sekali dalam menemukan lokasi apartemen maupun masuk ke dalamnya.
Selain berada di area pasar Ladies Market dan pertokoan lainnya, terdapat pula tiga gerai 7 Eleven di sekitar serta restoran-restoran halal. Cukup strategis juga rupanya. Saya sempat hendak segera memulai petualangan saya di Hong Kong malam itu juga, tapi saya tunda dengan pertimbangan biaya MTR serta bus yang lumayan mahal, hehehe, rugi kalau hanya keluar sebentar. Akhirnya melipir saja ke gerai 7 Eleven terdekat untuk membeli makanan dan minuman.
Yang bikin kaget, biaya makanan di Hong Kong ternyata cukup mahal. Bahkan lebih mahal dari Jepang. Sekotak makanan frozen food harganya berkisar antara HKD 22 hingga HKD 29. Atau sekitar 38 ribu hingga 50 ribu rupiah. Air mineral paling murah dibandrol HKD 7 (12 ribu), sementara untuk teh dalam kemasan botol termurah sekitar HKD 10 (18 ribu). Ada opsi membeli lauknya saja (potongan ayam), tapi masalahnya tidak ada satu pun gerai 7 Eleven yang menjual nasinya saja.
Di sini saya sekalian membeli kartu SIM. Harganya HKD 100 dan dapat digunakan untuk membeli paket internet dengan masa aktif 30 hari. Selain itu kita juga dapat mengakses WiFI dari operator yang bersangkutan dimanapun secara gratis. Gak apa-apa deh modal banyak daripada nyasar saat lagi asyik-asyik keliling.
Rincian Pengeluaran Hari Ini
Berikut ini rincian pengeluaran pada hari pertama traveling di Hong Kong. Untuk pembayaran yang menggunakan Octopus Card tidak dicantumkan ya, karena sudah terpotong otomatis dari saldo di dalam kartu.
Aktivitas | Biaya (HKD) | Biaya (Rp) |
---|---|---|
Naik Go-Jek ke Juanda | - | Rp 16.000,- |
Beli Air Mineral di Soekarno-Hatta | - | Rp 12.000,- |
Beli Octopus Card | HKD 150 | - |
Beli SIM Card | HKD 100 | - |
Beli Makan + Minum di 7 Eleven | HKD 33 | - |
Total Pengeluaran | HKD 283 | Rp 28.000,- |
Baca Juga
Jangan lupa baca juga tulisan-tulisan lainnya dalam seri artikel perjalanan ke Hong Kong dan Macau ini.
Pengantar: Catper Traveling Hong Kong dan Macau 8D/7N
Hari ke-1: Dari Surabaya Ke Hong Kong
Hari ke-2: The Peak, Tai Cheong Bakery, dan The Clock Tower
Hari ke-3: Trekking ke Dragon’s Back
Hari ke-4: Berburu Game Center Di Ujung Jalur MRT Hong Kong
Hari ke-5: Melipir ke Macau, Mampir ke Venesia dan Paris
Hari ke-6: Jelajah Macau ala Turis
Hari ke-7: Naik Cable Car ke Ngong Ping 360
Leave a Reply