5 Alasan Traveling Ke Luar Negeri | Dari Belajar Budaya Hingga Mensyukuri Tinggal di Indonesia

Dengan mulai beralihnya pandemi Covid 19 menjadi endemi di banyak negara, aktivitas traveling ke luar negeri yang sempat terhambat kini hadir di depan mata.

Bagi kaum backpacker seperti saya lebih tepatnya. Yang berpikir ribuan kali kalau diwajibkan mengeluarkan uang banyak demi biaya karantina di hotel berbintang selama berhari-hari.

Walau mungkin masih harus menunggu beberapa bulan lagi sebelum maskapai mau mengeluarkan promo tiket penerbangan murah, setidaknya asa untuk bisa melanjutkan tradisi melancong ke manca negara setidaknya sekali dalam setahun tumbuh kembali.

Kenapa harus ke luar negeri? Apa tidak cinta dengan Indonesia?

Jangan salah. Rekam jejak perjalanan saya di dalam negeri tidak jelek-jelek amat kok. Lebih dari separuh provinsi yang ada sudah pernah saya kunjungi.

Tapi ada alasan-alasan lain di balik itu, kenapa saat ini saya lebih memilih untuk traveling ke luar negeri.

Yang jelas bukan karena keindahan alam. Karena saya yakin, semua ciptaan Tuhan, di negara manapun itu, semua sama indahnya. Tidak perlu meninggalkan tanah air kalau hanya ingin mengaguminya.

traveling ke luar negeri cuman buat foto di pesawat terbengkalai

traveling ke luar negeri cuman buat foto di pesawat terbengkalai

Nah, berikut 5 alasan kenapa saya traveling ke luar negeri (dan sebaiknya teman-teman juga melakukannya).

Belajar Budaya dan Kehidupan Bangsa Lain

Salah satu aktivitas yang selalu ada dalam itinerari saya adalah berkaitan dengan budaya maupun kehidupan sehari-hari masyarakat di negara lain.

Mulai dari sekedar naik moda transportasi umum bareng warga lokal, blusukan ke pemukiman warga yang umumnya tidak dikunjungi turis, hingga, jika memungkinkan, turut serta dalam aktivitas mereka sehari-hari.

Meski melakukan perjalanan dengan jalur backpacker, saya malah hampir tidak pernah menginap di area khusus backpacker yang biasanya ada.

Khaosan Road di Bangkok misalnya. Berkali-kali ke kota tersebut, belum sekali pun saya menginjakkan kaki di jalan yang ditasbihkan sebagai pusat backpacker tersebut.

Di Jepang, selain mampir ke sento, saya juga lebih memilih mencari tujuh patung karakter Captain Tsubasa di pinggiran kota Tokyo.

Salah satu tips bagi yang penasaran untuk melihat sisi lain dari suatu kota atau negara asing adalah dengan berkeliling pada malam atau dini hari.

Atau blusukan ke area yang dicap sebagai red district.

Percayalah. Jauh lebih seru ketimbang sekedar mengikuti itinerari standar yang dibagikan oleh pelancong di grup traveling.

Berlatih Berkomunikasi Dengan Bahasa Asing

Jika dibandingkan dengan negara lain, satu hal yang negara kita sedikit tertinggal adalah kemampuan dalam berbahasa Inggris. Terutama orang-orang yang memiliki pekerjaan terkait.

Mungkin hanya Bali yang pelaku pariwisatanya benar-benar siap untuk menerima turis dari luar negeri.

Walau sudah terbiasa berbahasa Inggris secara pasif, saya juga menyadari kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris secara aktif saya masih kurang.

Takut salah masih menjadi kendala utama.

Padahal faktanya, saat sedang berkomunikasi, satu dua kesalahan sama sekali tidak menghalangi arus informasi yang terjadi.

Tidak usah terlalu mempedulikan tenses. Yang penting penyampaian kata kerjanya jelas. Pasti beres.

Ini berlaku di banyak negara loh. Jadi jangan takut untuk mencoba berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Selain di Thailand sih. Warga negara tersebut bisa dibilang sebelas dua belas dengan Indonesia. Tidak terlalu peduli untuk belajar bahasa Inggris, hehehe.

Terkadang saya juga mempelajari sepatah dua patah kata dalam bahasa negara yang sedang dikunjungi. Jepang atau Vietnam misalnya.

Sedikit hapalan kata dalam bahasa Jepang sempat membantu saya lolos dari random check di bandara Tokyo. Saat diminta menjelaskan sebungkus abon yang saya bawa dari Indonesia.

Sayang yang di Vietnam failed. Saya pesan teh dalam bahasa setempat, eh yang diantar malah kopi.

Bersiap Menghadapi Kejadian Tidak Terduga

Jika mengalami kejadian tidak terduga saat sedang traveling di Indonesia, kita umumnya tidak terlalu panik. Kita bisa dengan mudah meminta pertolongan pada orang lain.

Berbeda dengan di negara lain dimana bahasa umumnya menjadi kendala.

Acap melakukan perjalanan ke luar negeri bisa melatih kita untuk tetap tenang dan berpikir jernih apabila mengalami kejadian-kejadian yang tidak terduga.

Sebut saja terkena scam, kehabisan tiket transportasi, menginap di hotel yang kondisi kamarnya tidak sesuai dengan yang dipesan, nyasar, dan lain sebagainya.

Banyak backpacker yang tidak membeli sim card lokal dengan alasan menghemat uang. Saya sebaliknya.

Hal pertama yang saya lakukan saat tiba di negara asing adalah membeli kartu SIM dan paket internet. Dengan demikian, apabila terjadi sesuatu di luar rencana atau tidak sesuai dengan harapan, saya bisa mencari solusinya di dunia maya.

Malah bisa jadi mendapat tambahan pengalaman unik lain.

Seperti saat membeli kartu SIM di pinggiran jalan Vietnam dan ternyata penjualnya cuma tahu cara mengoperasikan iPhone.

Sebagai pengguna hp Android, terpaksa coba coba sendiri dan untungnya berhasil mengaktifkan kartu serta paket internet yang saya beli.

Mensyukuri Keadaan dan Kehidupan di Indonesia

Banyak Youtuber asing yang terkaget-kaget dengan biaya hidup di Indonesia.

Memang tidak salah. Biaya makan sehari-hari di negara kita contohnya. Jauh lebih rendah dibanding yang dibanderol di negara-negara tetangga.

Saya sampai sudah terbiasa untuk makan sehari sekali pada saat traveling ke luar negeri.

Sarapan cari paket nasi atau onigiri di minimarket. Siang puasa. Dan malam baru cari makanan yang agak proper dengan harga paling terjangkau.

Di negara-negara seperti Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang misalnya, seporsi makanan layak bisa mencapai harga Rp 100.000,-.

Bandingkan dengan di Indonesia, dimana biaya 10% atau 15%-nya saja sudah mampu membuat kita kenyang.

Contoh lain adalah soal ibadah.

Sebagai muslim, agak sulit untuk mencari masjid di negara-negara tertentu. Kalau pun ada, sebagian digembok dan hanya dibuka pada saat jumatan.

Saya pernah mengalami momen jumatan di Vietnam nyaris batal gara-gara pengurus masjid telat datang 30 menitan. Untung jamaah yang sudah duduk manis di dalam tidak ada yang demo, hehehe.

Biaya Traveling Terkadang Lebih Murah Ketimbang di Indonesia

Banyak yang beranggapan bahwa jalan-jalan ke luar negeri menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Nyatanya, tiket pesawat pulang pergi ke negara lain terkadang lebih terjangkau ketimbang ke provinsi-provinsi tertentu di Indonesia. Apalagi, terkadang maskapai memberikan promo atau diskon besar-besaran.

Terbang dengan tiket pesawat Surabaya – Singapura atau Surabaya – Kuala Lumpur berbanderol 100 ribu hingga 300 ribu sudah bukan hal yang baru bagi saya.

Lebih murah dari harga tiket menuju Jakarta dari kota keberangkatan yang sama loh.

Biaya transportasi antar kota di luar negeri juga umumnya cukup terjangkau. Tinggal masalah pilihan ingin yang nyaman dengan budget ekstra atau yang biasa biasa saja tapi lebih irit.

Itu sebabnya saya bisa melakukan perjalanan ke 5 negara di Asia Tenggara selama 13 hari hanya dengan bermodal 7 juta rupiah saja.

Penutup

Itu tadi 5 alasan kenapa saya memilih untuk traveling ke luar negeri.

Saya pribadi berharap teman-teman yang membaca tulisan ini juga jadi terpacu untuk menjadikan negara asing sebagai destinasi melancong selanjutnya.

Gak ada ruginya, kok.

Baca juga pengalaman traveling saya yang ditulis di Trepling, ya.

alasan traveling luar negeri

Leave a Reply