Review Film Sajen (2018)

“Bisikan Iblis” yang di luar ekspektasi membuat saya jadi penasaran dengan karya-karya sutradara Hanny R Saputra lainnya. Pilihan jatuh pada “Sajen”, film yang beliau garap sebelum membesut “4 Mantan“. Bintang utamanya sama, Amando Manopo. Lalu apakah kisahnya juga sama-sama layak untuk ditonton? Simak deh sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

Sinopsis Singkat

poster sajen

Adanya tiga sajen di SMA Pelita Bangsa adalah sebuah misteri. Desas-desus mengatakan sajen tersebut merupakan upaya sekolah menenangkan arwah siswa yang bunuh diri karena menjadi korban bullying. Alanda (Amanda Manopo) berupaya memutus rantai bullying di sekolah. Berbeda dengan siswa lain yang pasrah saat Bianca (Steffi Zamora), Davi (Jeff Smith) dan geng mereka berlaku seenaknya, Alanda berani melawan. Misi Alanda membuat dua sahabatnya, Riza (Angga Yunanda) dan Keyra (Chantiq Schagerl), cemas. Di suatu malam, Alanda dijebak. Karena depresi, Alanda memutuskan bunuh diri. Kemarahan Alanda membuat arwahnya tidak tenang dan mendorongnya membalas dendam ke orang-orang yang telah menghancurkannya.

Tanggal Rilis: 3 Mei 2018
Durasi: 1 jam 32 menit
Sutradara: Hanny R Saputra
Produser: Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Penulis Naskah: Haqi Achmad
Produksi: Starvision
Pemain: Amanda Manopo, Angga Yunanda, Steffi Zamora, Jeff Smith, Chantiq Schagerl, Rachel Amanda, Aliff Alli, Nova Soraya, Alfie Alfandi, Virnie Ismail, Minati Atmanegara, Otig Pakis, Ricky Perdana, Afdhal Yusman, Ananta Rispo, Vitta Mariana Barrazza, Thomi Baraqbah, Grace Salsabilla, Zafiraa Pasha, Sonia Aleza

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Cerita yang diangkat dalam “Sajen” sebenarnya tema klise, mengenai balas dendam murid sekolah yang mengalami bullying dari rekan-rekannya. Yang menjadi menarik, film ini lebih mengutamakan efek psikologis yang ditimbulkan dari kematian murid tersebut terhadap para pembully-nya beserta orang yang ditinggalkan. Bagaimana yang bersalah merasakan dilema antara takut dihantui dengan dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana orang tua korban merasakan kegagalannya memahami sang anak yang menjadi korban. Bagaimana pihak sekolah bersikeras menutupi hal tersebut demi reputasi sekolah. Dan sebagainya.

Sayangnya, cerita yang awalnya berpotensi, makin menuju garis finish malah semakin berantakan. Hal-hal yang sulit dinalar acap terjadi terutama di babak ketiga. Mana ada kejadian saat arwah penasaran sedang berusaha membunuh untuk membalaskan dendamnya namun orang-orang lain yang ada di TKP justru berdiam diri di tempat dan ikut menonton. Kalau pun tidak lari meninggalkan tempat, setidaknya masih lebih natural jika mereka bergeser menjauh.

Kegagalan banyak film horor lokal dalam mengeksekusi konklusi terlihat jelas dalam “Sajen”. Karakter Keyra yang sudah dilepaskan oleh arwah penasaran Alanda mendadak terlihat lari terbirit-birit dan ujung-ujungnya tertabrak mobil hingga tewas. Pun begitu dengan karakter Davi, yang di akhir film tiba-tiba sudah dirawat di rumah sakit jiwa. Karakter Geri juga dipaksakan untuk menerima hukuman meski dia bukan pelaku utama dan sepanjang film ia berusaha untuk memperbaiki kesalahan teman-temannya.

Sama seperti dalam “Bisikan Iblis“, sutradara Hanny R Saputra masih mengandalkan penampakan setan bermake-up tebal dan seram. Tapi ada 2 hal yang saya suka di sini. Pertama adalah jump scare munculnya kepala hantu dari dalam lemari yang sekilas mengingatkan pada meme bacot-nya Squidward, hehehe. Sedang yang kedua adalah efek CGI asap hitam di sekeliling tubuh hantu Alanda yang terlihat sangat halus.

Yang agak mengecewakan adalah unsur kasih sayang ibu dan anak yang coba ditonjolkan di sini namun terasa tidak maksimal. Padahal seandainya lebih diseriusi lagi saya yakin penontonnya bisa lebih dari 780 ribu orang. Aksi 3 hantu sekolah yang dibebaskan dari sajen di puncak film juga kentang. Saya kira bakal epic, ternyata cuma begitu aja.

Terakhir soal efek suara. Penampakan hantu selalu diiringi dengan suara yang volumenya tiba-tiba kencang. Tapi, yah, berhubung ini adalah fim buatan awal tahun 2018, boleh deh dimaafkan.

Penutup

Dari segi cerita film ini sebenarnya punya potensi. Sebagian besar karakter juga berhasil memainkan perannya dengan baik dan meyakinkan. Sayangnya, eksekusi yang berantakan di sana sini membuat hasil akhirnya menjadi tidak maksimal. Pun begitu, “Sajen” masih sangat layak untuk ditonton.

rf sajen

Leave a Reply