10 tahun setelah “Kuntilanak 3” dirilis, Rizal Mantovani kembali menghadirkan SEKUEL dari trilogi hantu wanita tersebut dalam film yang judulnya sama persis. “Kuntilanak” alias “The Chanting Revisited”.
Saya sudah pernah menonton film ini sebelumnya di bioskop, jadi saya tahu bagaimana kualitasnya.
Setidaknya jauh di atas “Rayuan Arwah Penasaran” yang di-review minggu lalu.
Nah, lalu seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Untuk tahu jawabannya, simak yuk sinopsis film Kuntilanak beserta review singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sekilas Tentang
Lima anak muda menemukan bahwa cermin antik yang ditemukan di panti asuhan mereka adalah rumah bagi hantu jahat yang menculik anak-anak dan memenjarakan mereka di dalamnya.
Tanggal Rilis: 15 Juni 2018
Durasi: 105 menit
Sutradara: Rizal Mantovani
Produser: Raam Punjabi
Penulis Naskah: Alim Sudio
Produksi: MVP Pictures
Pemain: Sandrinna Michelle, Andryan Bima, Adlu Fahrezy, Ali Fikry, Ciara Nadine Brosnan, Aurelie Moeremans, Fero Walandouw, Nena Rosier, Aqi Singgih, Naufal Ho
Sinopsis Film / Alur Cerita
Sejak ibunya, Miranda (diperankan oleh Wina Marrino), meninggal, Anjas (diperankan oleh Abiyyu Barakbah) tinggal berdua bersama ayahnya, Lukman Putra (diperankan oleh Aqi Singgih).
Sang ayah sendiri belum bisa move on dari kematian istrinya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan.
Suatu malam, Anjas mendengar suara ibunya memanggil dari arah cermin antik yang ada di kamar. Ketika didatangi, ia mendapati ibunya di sana.
Ibunya lantas mengajak Anjas untuk ikut bersamanya. Anjas mengiyakan.
Sesaat kemudian Miranda berubah wujud menjadi kuntilanak dan menarik tubuh Anjas masuk ke dalam cermin.
Mendengar ada suara aneh, Lukman bergegas menuju kamar. Ia syok melihat ceceran darah Anjas di depan cermin.
Donna (diperankan oleh Nena Rosier) adalah pemilik panti asuhan “Kasih Ibu” yang terletak tidak jauh dari rumah Lukman.
Ia mengasuh lima orang anak — Kresna (diperankan oleh Andryan Bima), Dinda (diperankan oleh Sandrinna M. Skornicki), Panji (diperankan oleh Adlu Fahrezy), Miko (diperankan oleh Ali Fikry), dan Ambar (diperankan oleh Ciara Nadine Brosnan).
Karena hendak pergi ke San Fransisco selama 3 minggu, ia menitipkan panti asuhan tersebut kepada keponakannya, Lidya (diperankan oleh Aurélie Moeremans).
Di hari H keberangkatan Donna, Glenn (diperankan oleh Fero Walandouw), kekasih Lidya, pemandu acara TV “Dimensi Astral”, menelusuri rumah Lukman yang kini terbengkalai.
Menurut warga sekitar, acap terdengar suara tangisan anak kecil dan tawa wanita dari dalam rumah tersebut.
Usai syuting, Glenn melihat cermin antik di halaman rumah Lukman. Teringat tentang Donna yang ingin mengganti cermin retak di kamarnya, Glenn memutuskan untuk membawa cermin tersebut.
Karena ingin menyimpannya sebagai kejutan hingga nantinya Donna pulang, ia lantas menyimpannya di gudang panti asuhan.
Malam harinya, Dinda mendengar ada suara memanggilnya dari arah gudang.
Penasaran, ia mendatangi gudang dan melihat ada cermin di sana.
Walau sempat melihat kejadian-kejadian aneh, Dinda memutuskan untuk merahasiakan hal tersebut.
Besok malamnya lagi-lagi Dinda mengalami gangguan mistis.
Kali ini ia melihat ada seorang wanita berwajah seram menari dan membawakan durmo Lingsir Wengi.
Lidya mendapati ada bekas cakar memanjang di lemari antik Donna.
Kresna dan Panji memberitahu bahwa mereka mendengar suara-suara aneh semalam. Lidya tidak percaya dan tetap menuduh salah satu dari anak-anak di panti yang telah merusak lemari tersebut.
Miko yang hobi membaca cerita-cerita gaib meyakini bahwa itu adalah bekas cakaran kuntilanak.
Lebih lanjut ia memberitahu segala sesuatu tentang sosok hantu tersebut. Termasuk kebiasaannya menculik anak-anak kecil hingga hilang selamanya.
Episode “Dimensi Astral” di rumah Lukman tayang di televisi.
Menonton acara tersebut, Miko menduga bahwa Anjas telah diculik oleh kuntilanak.
Malam harinya Miko diteror oleh sosok hantu tersebut.
Lidya tidak percaya kepadanya dan menganggap hanya bermimpi buruk.
Glenn dan Lidya memindahkan cermin antik ke kamar Donna.
Glenn lantas menceritakan tentang kontes yang diadakan oleh stasiun TV. Mereka akan memberikan hadiah 10 juta bagi siapa saja yang bisa memotret bukti keberadaan kuntilanak di rumah Lukman.
Mengetahui hal itu, Kresna mengajak saudara-saudarinya untuk mendatangi rumah Lukman dan mencari mbak kunti.
Kebetulan Lidya juga ada urusan di kampus seharian.
Setelah melakukan perjalanan menembus hutan, Dinda dkk tiba di rumah Lukman.
Pintu yang awalnya terkunci tetiba terbuka dengan sendirinya. Alih-alih takut, mereka justru lanjut melangkah masuk ke dalam.
Di dalam mereka menemukan sebuah buku yang membahas tentang kuntilanak. Disebutkan bahwa orang yang memiliki wangsit dapat mengendalikan hantu tersebut.
Ada pula potongan berita mengenai keluarga Mangkujiwo dan tragedi pembunuhan di kos.
Dinda tiba-tiba melihat sosok Anjas dan mendengarnya meminta pertolongan.
Anjas lalu menunjukkan sebuah gambar paku pada Dinda.
Di ruangan lain, Panji menemukan mobil mainan milik Anjas.
Anjas mendadak muncul dan memberikan mobil tersebut pada Panji. Panji menerimanya.
Anjas kemudian menunjukkan gambar dua buah pohon yang berdampingan.
Mengira Panji sudah berhasil memotret penampakan Anjas di ponselnya, Kresna bergegas mengajak yang lain untuk pulang.
Di tengah perjalanan, Panji yang sedang buang air kecil dikonfrontasi oleh Lukman. Ia rupanya tahu mereka baru saja mendatangi rumahnya.
Setelah tahu Panji sempat bertemu dengan Anjas, Lukman mengajak Panji untuk kembali ke rumah bersamanya.
Panji menolak dan kabur bersama saudara-saudaranya.
Ambar tidur di kamar Donna. Tanpa sadar ia mengigau mengungkapkan kerinduannya terhadap Donna yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
Kuntilanak tiba-tiba keluar dari cermin dan menghampiri Ambar dalam wujud Donna. Ambar terbangun dan mengira itu adalah Donna. Ia pun mengiyakan saat sang hantu mengajaknya ikut bersamanya.
Sama seperti sebelumnya, Donna auto berubah kembali menjadi kuntilanak dan lantas membawa Ambar masuk ke dalam cermin.
Mendengar jeritan Ambar, Dinda bergegas mendatangi kamar Donna.
Ia sekilas melihat Ambar bersama kuntilanak di dalam cermin.
Ia pun menceritakan hal tersebut pada Kresna dan Miko.
Miko memberitahu bahwa untuk mengalahkan kuntilanak mereka harus memaku kepalanya. Kendati demikian, hanya orang yang memiliki wangsit yang bisa melakukannya.
Tiba-tiba Lukman muncul di dalam panti dan menangkap Panji. Ia mengira anak-anak tersebut sudah lancang mencuri cermin antik dari rumahnya.
Dinda langsung memberitahu bahwa Ambar dan juga Anjas kemungkinan besar disekap oleh kuntilanak di dalam cermin.
Mendengarnya, Lukman berusaha untuk memecahkan cermin tersebut dengan kursi. Apes, ia malah terpental dan tertimpa kursi hingga pingsan.
Dengan listrik yang mendadak mati, Kresna mengajak yang lain untuk memindahkan cermin tersebut ke ruang tengah.
Ingat dengan pesan Donna bahwa mereka harus selalu bersama, bergantian Dinda, Kresna, Panji, dan Miko berteriak di depan cermin, mengaku siap untuk dibawa pergi seperti Ambar.
Tak disangka, si kuntilanak merespon dan keluar dari dalam cermin. Ia lalu mengambil Miko dan menghilang.
Sesaat kemudian Lidya masuk ke dalam rumah. Ia terbengong-bengong melihat situasi rumah yang berantakan.
Mbak kunti muncul di belakang Lidya dan merasukinya. Ia lantas mengangkat tubuh Kresna.
Dinda spontan berteriak meminta agar ia berhenti. Di luar dugaan, kuntilanak tersebut menuruti kata-katanya.
Giliran Glenn yang muncul. Melihat kondisi Lidya, ia pun berusaha untuk mengembalikan kesadarannya.
Sementara itu, Dinda dan Kresna menemukan sebuah mantra di cermin.
“Sing kuat sing melihara”.
Dinda mencoba merapal mantra tersebut. Sebuah paku tiba-tiba terlontar keluar dari kepala patung yang ada di cermin.
Bersamaan dengan itu, sosok kuntilanak keluar dari tubuh Lidya dan tertarik masuk ke dalam cermin.
Perlahan Dinda mengambil paku tersebut dan menusukkannya ke kepala miss k sembari lanjut merapal mantra.
Usahanya berhasil. Kuntilanak akhirnya terjebak kembali di dalam cermin tersebut.
Belakangan Ambar ditemukan di atas pohon, sedang Miko di dalam kandang ayam. Keduanya baik-baik saja.
Pun begitu dengan Anjas. Ia diketemukan di antara dua pohon yang berdampingan. Sayang, karena sudah terlalu lama berada di dunia lain, nyawanya tidak lagi tertolong.
Review Film Kuntilanak
Saya 99% tidak suka dengan film horor yang dibintangi oleh anak-anak di bawah umur. Tidak hanya yang berasal dari Indonesia, dari luar pun sama.
Termasuk “It” yang tenar.
Tapi “Kuntilanak” adalah sebuah pengecualian. Sebuah anomali.
Entah kenapa saya sangat puas dengan film ini.
Bisa jadi karena Rizal Mantovani mampu mengeksekusi naskah buatan Alim Sudio dengan nyaris sempurna.
Juga karena tidak banyak kebodohan aksi yang dilakukan bocah-bocah di film ini.
Plus akting mereka yang luar biasa meyakinkan. Bahkan jauh lebih menonjol ketimbang Aurelie Moeremans maupun Fero Walandouw yang notabene lebih senior.
Hanya ada 2 kejanggalan yang bisa saya temui.
Pertama, kondisi rumah Lukman yang sudah dipenuhi akar pohon padahal baru ditinggalkan selama beberapa bulan.
Kedua, Lukman yang tiba-tiba muncul saat Dinda dkk mendatangi rumahnya. Memangnya selama ini ia tinggal dimana? Apa cuman pindah ke rumah sebelah?
Untuk jump scare menurut saya pribadi cukup baik. Tidak sekedar mengandalkan efek suara atau musik yang mengagetkan.
Tapi tidak seram sih. Bisa jadi karena target film ini adalah untuk segala umur.
Penutup
Reboot? Sekuel? Tidak penting.
Yang penting, “Kuntilanak” merupakan sebuah film horor yang solid dan sangat layak untuk ditonton.
Akting para bocil pemeran utama patut diberi acungan dua jempol. Menggemaskan juga meyakinkan.
Horornya tidak seram, namun dieksekusi dengan baik. Tidak asal menghadirkan penampakan untuk mengagetkan penonton.
Throwback ke kisah dalam film sebelumnya jadi poin plus tersendiri.
8/10. Salah satu film horor lokal terbaik yang pernah saya tonton.
Film “Kuntilanak” fmbakkini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply