“Hidayah” adalah film layar lebar yang diadaptasi dari sinetron dan majalah yang berjudul sama.
Monty Tiwa dipercaya untuk menjadi sutradaranya.
Dengan rekam jejak beliau yang tidak mengecewakan — “Keramat 2“, “Ghibah”, dan “Pocong The Origin” — menarik untuk disimak bagaimana hasil besutan yang bersangkutan.
Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film Hidayah di bawah ini.
Sekilas Tentang
Bahri, pemuda yang tinggal di Desa Mekarsari.
Suatu hari, Bahri menyadari ada yang tidak beres di Desa Mekarsari.
Karena penasaran, ia pun mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa tempat tinggalnya.
Tanggal Rilis: 12 Januari 2023
Durasi: 1 jam 32 menit
Sutradara: Monty Tiwa
Produser: Rajesh Punjabi
Penulis Naskah: Baskoro Adi Wuryanto
Produksi: Maxstream Original, Pichouse Films, Clockwork Films
Negara: Indonesia
Pemain: Ajil Ditto, Givina, Alif Joerg, Unique Priscilla, Khiva Iskak, Dewi Yull, Joshua Pandelaki
Sinopsis Film / Alur Cerita
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Bahri (diperankan oleh Ajil Ditto) adalah seorang ustaz muda dari sebuah pesantren di Desa Mekarwangi.
Ia acap dipercaya melakukan rukyah untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita penyakit gaib.
Ketika salah seorang pasiennya meninggal, ia difitnah telah melakukan pembunuhan dan harus menjalani hukuman penjara selama beberapa tahun.
Setelahnya, Bahri bekerja sebagai montir di sebuah bengkel.
Suatu hari, sahabatnya, Hasan (diperankan oleh Alif Joerg), datang dan mengabarkan bahwa desa Mekarwangi membutuhkan bantuannya.
Teman kecil mereka, Ratna (diperankan oleh Givina), sakit keras. Ia selalu berteriak kesakitan di malam hari. Membuat penduduk desa jadi merasa tidak nyaman.
Begitu juga dengan Kyai Fatah (diperankan oleh Joshua Pandelaki), pemimpin pesantren. Kondisi kesehatannya saat ini tidak memungkinkan untuk membantu Ratna.
Sempat menolak, Bahri akhirnya pulang ke kampung halamannya itu.
Tanpa membuang waktu, ia melakukan rukyah terhadap Ratna. Tak disangka, Ratna justru meninggal setelahnya.
Pasca kejadian tersebut, muncul pocong Ratna yang meneror penduduk desa.
Asep (diperankan oleh Ridwan Kainan), Burhan (diperankan oleh Khiva Iskak), Dadang (diperankan oleh Ami Asrizal Tankot), dan Gilang (diperankan oleh Nagra Kautsar Pakusadewo) menuduh Bahri sebagai biang keroknya.
Mereka juga menghasut penduduk lain untuk mengusir Bahri dari Mekarwangi.
Setelah kyai Fatah meninggal, Bahri akhirnya menuruti tuntutan mereka. Demi menghargai almarhum orang yang sangat ia hormati itu.
Di bus, Bahri tidak sengaja bertemu dengan Lisa (diperankan oleh Clay Nuari Hadinda), teman Ratna.
Satu rahasia di balik kematian Ratna terungkap. Dan Bahri pun memutuskan untuk tetap tinggal di desa. Untuk mengembalikan nama baik Ratna.
Ulasan / Review Film Hidayah
Terasa sekali sentuhan tangan Monty Tiwa saat menonton film ini.
Ada vibe “Pocong The Origin”, adegan yang mengingatkan pada “Ghibah”, serta referensi “Layla Majnun”.
Saya bahkan baru ingat belakangan kalau ketiga film tersebut disutradarai oleh orang yang sama dengan “Hidayah”.
Sebagai sebuah karya film bergenre horor, film ini nyaris sempurna. Hampir tidak ada cela.
Mulai dari alur cerita, sinematografi, akting, dan dialog.
Twist yang disembunyikan di akhir tertutupi dengan baik. Walau yang jeli mungkin sudah bisa langsung menebak di awal.
Akting jajaran pemain di atas standar. Dengan pemilihan karakter yang pas. Terutama Ajil Ditto yang bagi saya pribadi sangat sesuai berperan sebagai Bahri.
Dialog mungkin tidak spektakuler. Tapi setidaknya tidak bikin puyeng dan bertele-tele.
Horor dan jump scare-nya dieksekusi dengan baik. Tidak asal ditampilkan di layar. Juga tidak melulu dibarengi gonjreng-gonjreng.
Hanya keputusan Bahri di adegan pamungkas yang patut dipertanyakan.
Di luar itu tidak ada masalah.
Saking tidak ada masalahnya, saya pribadi merasa film ini terlalu datar dari segi cerita.
Mungkin karena membawa sebuah ‘brand‘ besar, Monty Tiwa memilih untuk bermain aman dalam “Hidayah”.
Tidak ada surprise yang benar-benar berarti di dalamnya.
Jika harus memilih satu, saya bahkan lebih memilih “Anak Titipan Setan“. Yang kualitasnya lebih buruk namun punya efek kejut tersendiri.
Penutup
“Hidayah” adalah film horor yang terbilang aman untuk ditonton.
Dalam arti, Anda tidak akan dikecewakan. Namun di sisi lain, mungkin juga tidak akan meninggalkan kesan.
Seperti sebuah film horor pada umumnya, dengan premis standar dan alur yang tidak rumit, namun sukses digarap dengan sangat baik dan nyaris sempurna.
Pada saat artikel ini ditulis, film “Hidayah” ini bisa ditonton di bioskop-bioskop jaringan XXI dan CGV.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Review Hidayah 2023
- Story
- Acting / Characters
- Horror / Jump Scare
- Recommended Watching
Summary
Hasil bermain aman dari Monty Tiwa. Segala sesuatu yang diharapkan dari sebuah film horor bisa ditemui dalam film ini. Cerita rapi, akting oke, dan horor menegangkan. Tidak mengecewakan namun juga tidak berkesan.
Leave a Reply