Review Film Boneka Setan (2014)

“Boneka Setan” adalah film horor Indonesia yang dirilis pada tahun 2014 lalu.

Dari judulnya, sudah tentu ‘terinspirasi’ dengan popularitas karakter antagonis berbentuk boneka yang sudah eksis sebelumnya. Sebut saja Annabelle maupun Chucky.

Naskahnya ditulis oleh Koko L. Kartiko. Nama tersebut sekaligus merangkap sebagai produser dan juga sutradara.

Nah, bagaimanakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?

Simak yuk sinopsis beserta review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis / Alur Cerita Boneka Setan

poster boneka setan

poster boneka setan

Abhy (diperankan oleh Ebhy Rahakbauw), seseorang yang punya indra keenam, mendapat firasat mengenai tiga boneka yang ada di sebuah rumah yang berhubungan dengan Jean (diperankan oleh Olvy Andari), teman kantornya.

Merasa sudah membunuh boneka setan tersebut, Jean awalnya tidak menghiraukan kata-kata Abhy.

Namun sikapnya berubah ketika Abhy menyatakan nyawa Dimas (diperankan oleh Aldiansyah Taher), kekasih Jean, terancam.

Ia segera menghubungi Dimas dan memintanya bertemu di depan rumah. Dengan ditemani oleh Shinta (diperankan oleh Chacy Luna Callista) yang kebetulan datang, Jean dan Abhy pun berangkat menuju rumah yang dimaksud.


Bertemu Dimas, Jean menyampaikan firasat Abhy bahwa salah satu boneka yang dulu mereka bunuh ternyata masih hidup.

Abhy menambahkan bahwa boneka tersebut berniat untuk membunuh Jean, ibu Jean, dan juga Dimas.

Dengan menggunakan indera keenamnya, Abhy mulai bisa merasakan keberadaan hantu boneka tersebut.


Beberapa tahun sebelumnya. Jean kembali ke Jakarta bersama temannya, Angel (diperankan oleh Angela Claudia), setelah kuliah di Australia.

Setibanya di depan rumah, ia bertemu dengan sahabatnya sejak kecil, Dimas.

Sebelum itu ia sempat mendapat kabar mengenai peristiwa-peristiwa misterius yang terjadi sejak ia pergi meninggalkan rumah.


Kesal melihat Shinta yang malah asyik selfie dengan Dimas, Jean memarahinya dan menyuruhnya untuk menunggu di mobil.

Saat masuk ke mobil, Shinta melihat penampakan anak kecil yang menyeramkan. Ia pun otomatis berteriak ketakutan.

Karena yang lain tidak melihat hantu tersebut maka tidak ada yang mempercayainya.

Abhy sendiri masih terus mencoba berkomunikasi dengan arwah boneka.


Dimas yang tinggal di seberang rumah Jean melihat ibu Jean, Lusiana (diperankan oleh Minati Atmanegara), tengah menggendong sebuah boneka anak-anak. Ia memperlakukannya seperti anak sungguhan.

Ibu Jean lantas meminta bibi Rahma, salah satu PRT, untuk memandikan boneka tersebut. Ia sempat memarahinya karena tanpa sengaja menjatuhkan si boneka.

Saat Rahma memandikannya, boneka tersebut tiba-tiba hidup dan menyerangnya. Reflek, Rahma melemparkan boneka ke halaman.

Melihatnya, ibu Jean langsung menusuk perut Rahma dengan obeng.

Dimas terkaget-kaget melihatnya. Apalagi setelah itu ia menyaksikan dengan jelas si boneka berjalan sendiri masuk ke dalam rumah Jean.

Ketika ditanya, mang Karta (diperankan oleh Piet Burnama), PRT lain, mengalihkan pembicaraan.


Terungkap bahwa ibu Jean menganggap boneka tersebut sebagai adik Jean yang sudah meninggal, Landung. Beberapa kali boneka setan menampakkan diri, namun hanya ibu Jean yang bisa melihatnya.

Jean pun mulai khawatir dengan kondisi ibunya.

Sementara itu, Angel merasa tidak betah tinggal di rumah Jean. Kerjaannya hanya mengomel dan mengeluh.

Saat mengantarkan ibunya ke kamar bersama mang Karta, Jean melihat ada secarik kertas bertuliskan Landung, Bagas, dan Susan.

Mang Karta memberitahu bahwa Bagas dan Susan adalah nama yang disiapkan untuk anak ibu Jean sebelum ia memutuskan untuk menggugurkan kandungannya.

Adalah Mang Karta yang menguburkan janin Bagas dan Susan.

Beberapa saat kemudian, Jean ngobrol dengan Dimas di atas sebuah batu besar di depan rumah.

Dimas menceritakan momen kematian Landung yang terjadi pasca Jean sekolah ke luar negeri.

Kematian Landung membuat ibu Jean depresi.

Tidak ingat melihat majikannya terus-terusan bersikap sedemikian rupa, mang Karta memakaikan baju Landung pada boneka milik Jean dan memberikannya pada ibu Jean.

Sejak itu ibu Jean menganggap boneka tersebut adalah Landung, anaknya sendiri.

Mendengarnya, Jean jadi ingat bahwa ia sebenarnya memiliki tiga boneka.

Setelah diperiksa ternyata benar masih ada dua boneka lain di dalam lemarinya.

Dimas jadi merasa apa yang ia lihat sebelumnya hanyalah halusinasi.


Boneka Susan tiba-tiba tergeletak di depan kamar Angel. Ia pun membawanya masuk ke kamar dan bermain-main dengannya.

Tak disangka boneka itu kemudian hidup dan membunuh Angel.


Jean dan Dimas melihat boneka Landung hidup dan berbaring di samping ibu Jean.

Saat menuju kamar ibu Jean, mereka mendapati Angel yang sudah tewas.

Penasaran, mereka mengecek boneka di dalam lemari Jean. Kedua boneka sebelumnya ternyata sudah tidak ada lagi di sana.

Untuk mencari bantuan, keduanya bergegas menuju kamar mang Karta.

Di luar dugaan mang Karta sudah mati dibunuh oleh boneka Bagas.

Demi menyelamatkan ibunya, Jean dan Dimas pun mencoba menghadapi ketiga boneka setan.

Satu per satu berhasil mereka bunuh.

Setelah Jean dan Dimas pergi bersama ibu Jean, boneka Landung tiba-tiba hidup kembali.


Abhy mendapat firasat bahwa Shinta dalam bahaya.

Tanpa sepengatahuan mereka, Shinta rupanya sedang asyik mandi di dalam rumah Jean.

Di saat itu seorang nenek mendadak muncul sembari membawa parang.

Untunglah kemudian Jean dkk tiba dan menolongnya.

Setelah mengikat si nenek di kursi goyang, Abhy memberitahu bahwa ia merasa boneka hantu ada di lantai dua.

Bergegas mereka menuju ke sana. Abhy sendiri sempat mengecek kursi goyang dan melihat si nenek sudah tidak ada lagi di kursinya.

Firasat Abhy benar. Boneka yang dimaksud memang ada di lantai dua.

Bersama-sama mereka menangkap boneka yang dimaksud dan membakarnya sesuai dengan instruksi Abhy.

Tanggal Rilis: 23 Januari 2014
Durasi: 68 menit
Sutradara: Koko L. Kartiko
Produser: Koko L. Kartiko, John Rahakbauw
Penulis Naskah: Koko L. Kartiko
Produksi: Mitra Sejati Productions
Pemain: Aldiansyah Taher, Minati Atmanegara, Laila Sari, Ebhy Rahakbauw, Olvy Andhari, Angela Claudia, Piet Burnama

Review Singkat

Maksud hati meniru Chucky, apa daya kemampuan tak sampai.

“Boneka Setan” adalah produk yang gagal dalam segala hal.

Mulai dari naskah yang kacau, akting yang tidak bikin terpukau, hingga rentetan dialog yang seperti orang sedang meracau.

Plot hole? Percayalah. Saking banyaknya saya sampai malas untuk menuliskannya.

Jean yang lebih khawatir dengan nyawa kekasihnya ketimbang ibunya sendiri.

Angel yang marah-marah soal setan di dalam rumah padahal ia sama sekali belum melihat atau mengalami hal-hal yang berhubungan dengan setan di dalam rumah.

Hantu nenek bawa parang yang muncul dan hilang tanpa ada kejelasan maksudnya.

Boneka Landung yang keluyuran begitu saja di balkon dan begitu mudahnya ditangkap tanpa ada perlawanan.

Angel yang langsung tahu nama boneka Susan padahal ia baru pertama kali melihatnya.

Dahlah, mengcape pokoknya.

Namun tanpa adanya plot hole pun, film “Boneka Setan” tetap failed.

Lihat saja bagaimana dari awal kita langsung disuguhkan konflik antar karakter tanpa adanya latar belakang permasalahan terlebih dahulu.

Sampai ending saja kita tidak diberitahu asal muasal ketiga boneka tersebut bisa sampai dirasuki setan.

Tapi bagaimana bisa tahu? Wong hampir semua adegannya berisi dialog orang-orang bersumbu pendek. Teriak sana sini gak jelas, marah ngalor ngidul gak ada ujung.

Aldi Taher yang sempat tampil apik dalam “Kemasukan Setan“, di sini tampak antiklimaks.

Bahkan aktris senior sekelas Minati Atmanegara saja berperan jauh di bawah rata-rata.

Mungkin efek dari kualitas penulisan dan eksekusi naskah yang jauhhhhh (h-nya 5) di bawah rata-rata.

Penutup

Berniat tampil keren dengan alur cerita yang maju mundur, “Boneka Setan” malah jadi bahan percontohan akurat bagi siapa saja yang mencari sebuah film horor Indonesia dengan kategori naskah berantakan.

Dialognya berulang, kacau, dan acap tidak jelas.

Not to mention banyaknya lubang cerita dan hal-hal membagongkan.

Satu-satunya yang bisa diberi acungan jempol adalah lagu latar dari Iva F Dewi yang berjudul “Untuk Kamu“.

Saya sih lebih memilih menonton video klip lagu tersebut puluhan kali ketimbang menonton film ini sekali saja.

-1/10. Jangan ditonton. Nanti nangis.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf boneka setan

Leave a Reply