Review Film Kemasukan Setan (2013)

Setelah menonton “Angker” saya jadi penasaran dengan film-film horor lain besutan sutradara Muhammad Yusuf. Ada dua yang bisa saya temui di GoPlay. Yaitu “Kemasukan Setan” (2013) dan “Misterius” (2015). Agar bisa mengamati perkembangan kemampuan penyutradaraan beliau, saya mulai dulu dengan yang disebut pertama. Dan berikut ini sinopsis beserta review singkatnya. Cekidot!

Sinopsis Singkat

poster kemasukansetan

Eddy Arwana (diperankan oleh Aldy Taher) penasaran dengan keberadaan dunia gaib. Ia tidak percaya dengan rumor maupun berita yang beredar apabila belum melihat dengan mata kepalanya. Untuk membuktikan keberadaan makhluk gaib, Eddy lantas memulai proyek dokumentasi dengan mendatangi satu demi satu tempat-tempat angker yang ada di pulau Jawa. Setelah dua tahun berlalu, belum pernah sekali pun dirinya melihat penampakan. Akhirnya, langkah pamungkas ia ambil. Yaitu dengan cara mengambil potongan kain kafan dari orang yang baru saja meninggal. Mitosnya, apabila hal tersebut dilakukan, maka hantu pemilik kafan akan mendatangi orang yang mengambilnya. Berhasilkah Eddy membuktikan rasa ingin tahunya?

Tanggal Rilis: 19 September 2013
Durasi: – menit
Sutradara: Muhammad Yusuf
Produser: M Zainudin
Penulis Naskah: Muhammad Yusuf
Produksi: Bali Bumerang Films
Pemain: Aldiansyah Taher, Vivi Sofa, Farah Diba

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Orang yang tidak punya kemampuan melihat makhluk gaib penasaran dengan eksistensi mereka. Setelah berkeliling ke berbagai tempat angker selama 2 tahun dan hasilnya nihil, ia pun mencoba cara ekstrim untuk bisa melihat hantu dengan mata kepalanya sendiri. Siapa sangka usahanya itu berujung pada tragedi tragis.

Ide cerita menarik di atas di awal berhasil dikemas dengan baik oleh Muhammad Yusuf sang sutradara sekaligus penulis naskah. Tanpa bertele-tele, latar Eddy si karakter utama disampaikan dengan jelas melalui opening credit. Sama halnya dengan “Angker”, yang bersangkutan juga cukup sukses dalam membangun suasana. Walau beraksi nyaris seorang diri di babak pertama durasi, kita bisa ikut merasakan apa yang dirasakan olehnya. Kekhawatirannya disergap warga, kekagetannya gara-gara kambing, hingga kesakitannya saat kakinya tanpa sengaja terluka.

Yang paling saya suka adalah, karena dalam cerita Eddy sedang membuat video dokumentasi, pengambilan gambar dalam film pun mirip seperti sebuah dokumenter. Banyak sudut-sudut kamera yang tidak biasa sehingga terkesan diambil dengan spontan. Begitu pula dengan adanya wawancara dari beberapa orang narasumber di babak ketiga yang merupakan momen-momen pengungkapan.

Sayangnya, lagi-lagi sang sutradara tidak bisa konsisten dalam menggarap semua itu. “Kemasukan Setan” kembali kehabisan bensin di tengah jalan sehingga cerita jadi keteteran dan berantakan. Tanpa ada penjelasan, tiba-tiba di kamar villa yang ditempati Eddy bisa ada 3 orang wanita lain. Padahal sedari awal ditunjukkan bahwa ia melakukan semuanya sendirian. Entah darimana mereka datang.

Film lantas makin lupa diri dengan sengaja menarik ulur usaha kabur dari TKP yang dilakukan oleh salah satu karakter wanita. Lupa namanya. Saking asyiknya, beberapa logika jadi terlupakan. Seperti jendela yang cukup lebar untuk dilewati namun tidak digunakan untuk kabur. Atau si karakter wanita yang begitu ada peluang untuk lolos justru memilih untuk masuk ke dalam mobil, bukan buru-buru berlari ke kamar lain atau ke rumah warga sekitar. Wong faktanya lokasi villa juga tidak benar-benar terpencil. Terdapat area sawah yang pastinya bisa ditemui petani di sana.

Babak terakhir yang bertujuan untuk memberitahu bahwa sebenarnya selama ini Eddy sudah berhasil merekam penampakan makhluk gaib dalam rekaman videonya sungguh bertele-tele. 15 menit terbuang rasanya. Bagian ini sebenarnya juga tidak masuk diakal. Bagaimana orang lain bisa melihat penampakan dalam video sementara Eddy sendiri tidak pernah mengetahuinya. Apa ya mungkin dia cuma rekam tanpa pernah diputar dan dilihat-lihat kembali. Gak mungkin, kan?

Penutup

“Kemasukan Setan” sepertinya jadi salah satu film yang bakal saya ingat. Bukan karena keren, tapi karena betapa banyaknya potensi yang telah dibuang percuma. Ide yang bagus, tehnik pengambilan gambar yang bagus, cara membangun suasana yang bagus, dan akting Aldy Taher yang bagus, semua rusak gegara cerita yang berantakan dan melupakan logika. 4/10.

rf kemasukansetan

Leave a Reply