Sesuai jadwal, di hari ke-14 perjalanan Bangkok Pattaya 2022 ini saya harus berpindah hotel.
Masih tetap di dekat area Khaosan, namun sedikit bergeser ke tengah. Tak jauh dari Democracy Monument.
Sebelum check-out sebenarnya saya sempat ke Bang Lamphu Museum. Sayang, seperti sudah diceritakan di catper sebelumnya, ketersediaan pemandu berbahasa Inggris sifatnya tentatif.
Disesuaikan dengan mayoritas jumlah pengunjung museum di sesi yang bersangkutan.
Apesnya, saat itu sedang ada rombongan remaja lokal. Entah dari sekolah atau institusi apa. Otomatis saya tidak bisa ikut karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Thai.
Ya sudah.
Daftar Isi
Dikejutkan Prasuri Guest House
Prasuri Guest House adalah nama akomodasi saya berikutnya.
Jaraknya kurang lebih 1.3 km dari Khaosan Art Hotel. Berada dalam sebuah gang yang tidak terlalu kecil.
Bagian bawah adalah sebuah rumah makan yang tidak sepi sepi amat. Setidaknya selalu ada warga lokal yang tengah bersantap setiap kali saya keluar masuk.
Kamar saya berada di lantai paling atas. Lantai 4 dengan total jumlah anak tangga yang harus dilalui sejumlah 70an.
Iya, saya hitung saking penasarannya.
Bagi yang hobi membawa koper segede gaban, silahkan berpikir ulang untuk menginap di Prasuri Guest House ini ya.
Saya memesan kamar tipe Single Room with Private Bathroom untuk 3 malam. Biayanya 400 ribu atau 130 ribuan saja per malamnya.
Yang bikin terkejut, kamar yang saya dapatkan ternyata segede gaban. Benar-benar luas.
Bahkan ada DUA tempat tidur di dalamnya. Satu berukuran double, satu lagi single.
To be fair, tempat tidurnya terbilang biasa saja. Bukan kelas hotel berbintang yang empuk dan bikin betah guling-guling.
Tapi untuk harga yang harus saya bayarkan, akomodasi ini jelas worth the money.
Foto dan review yang lebih detil bisa disimak di sini.
Di-Prank Museum Boneka
Salah satu yang bikin saya betah berulangkali melancong ke Bangkok adalah banyaknya museum yang bisa dikunjungi.
Di antaranya adalah Bangkok Dolls and Museum. Yang sudah saya tahu eksistensinya sejak beberapa tahun lalu.
Lokasinya sebenarnya lebih dekat dengan hotel yang bakal saya inapi beberapa hari sebelum pulang. Entah kenapa malah saya majukan itinerarinya di hari ke-14 ini.
Perjalanan saya tempuh dengan menggunakan bus. Untungnya ada bus dengan rute searah yang berhenti di halte dekat Prasuri Guest House.
Turun di halte สำนักงาน ป.ป.ส., perjalanan saya lanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 750 meter.
Sialnya, sesampainya di TKP museum yang bentuknya lebih mirip bangunan rumah mewah itu dalam keadaan tutup. Tidak ada orang sama sekali di balik pagar.
Padahal, menurut informasi di situs web mereka, seharusnya hari itu museum dibuka.
Dibikin Kagum Museum Filateli
Itinerari berikutnya adalah menuju Chatuchak Market dengan menggunakan bus lalu kereta.
Namun sebelum itu, saya sempatkan untuk turun di stasiun BTS Saphan Khwai.
Bukan sekedar iseng, melainkan untuk mengunjungi museum filateli bernama Sam Sen Nai Philatelic Museum.
Lokasinya berada di lantai 1 kantor pos Samsen Nai.
Uniknya, di lantai dasar ada banyak sekali kolektor perangko yang membuka stand. Untuk berjualan sekaligus bertukar koleksi dengan sesama filatelis.
Area museumnya sendiri tidak terlalu luas. Tidak seluas Museum Pos Bandung.
Namun koleksinya cukup membuat saya kagum dan puas meluangkan waktu ke sana.
Informasinya pun lengkap. Tersedia dalam bahasa Thai dan bahasa Inggris.
Anehnya, saya gagal menemukan koleksi perangko dari Indonesia.
Hal serupa sebenarnya saya alami di Museum Koin. Hampir tidak ada koleksi mata uang dari negara kita tercinta.
Entah saya yang kurang teliti mencari atau memang benar tidak ada.
Keliling Chatuchak Market Yang Makin Luas
Dari museum filateli, saya lanjut ke Chatuchak Market.
Salah satu pasar terbesar di Asia ini sebenarnya sudah beberapa kali saya datangi. Jadi sudah cukup tahu apa yang ada di dalamnya.
Yang tidak saya prediksi, area Chatuchak Market kini sudah jauh lebih luas dari terakhir saya berkunjung.
Asli. Berjalan ke sana kemari membuat saya hampir tersesat. Saking luasnya.
Mana gang-gang di dalam pasar juga mirip mirip semua, hehehe.
Video perjalanan blusukan di dalam Chatuchak Market bisa disimak di bawah ini.
Kecewa di Good Noodle
Pulang dari Chatuchak Market, saya mampir ke Union Mall.
Penasaran dengan Good Noodle, toko yang menyediakan berbagai produk mie instan dari seluruh belahan penjuru dunia.
Kita juga bisa langsung memasak mie instan yang kita beli dan memakannya di sana.
Produk yang saya cari adalah mie instan asal Amerika yang menggunakan kuah apel. Saya sempat melihatnya di video salah seorang Youtuber luar.
Sayangnya, produk tersebut tidak berhasil saya temukan.
Memang ada banyak pilihan produk mie instan lain yang belum pernah saya cicipi. Tapi tidak ada yang benar-benar unik. Toh saya yakin 100% rasanya juga tidak akan melampaui kelezatan Indomie, hehehe.
Penutup
Hari ke-14 merupakan salah satu hari terpadat selama perjalanan Bangkok Pattaya di tahun 2022 lalu.
Jumlah tempat yang dikunjungi memang tidak banyak. Namun total langkah kaki yang tercatat cukup lumayan.
Untung saja sudah terlatih, hehehe.
Sampai jumpa di catper edisi berikutnya!
Leave a Reply