Memasuki entah bagian keberapa dari seri artikel pembahasan mengenai persiapan traveling, kali ini kita akan ngobrolin soal budget alias dana yang dibutuhkan untuk keperluan kita melancong. Seperti biasa, apa yang akan saya sampaikan di bawah ini seluruhnya berdasarkan pengalaman saya pribadi, jadi mungkin saja ada ketidaksesuaian, ketidakcocokan, atau kontradiksi dengan apa yang disampaikan traveler lain. Tidak perlu dipermasalahkan, ya. Intinya hanya berbagi pengalaman dan cerita saja kok, hehehe.
Sebelum Traveling
Setelah tahu waktu dan destinasi traveling, termasuk durasinya, saya biasanya akan mulai dengan menghitung kebutuhan dana awal. Hal ini mencakup biaya akomodasi, biaya transportasi selama traveling, biaya makan sehari-hari, hingga biaya beraktivitas selama berada di negara tujuan.
Kita bahas satu persatu.
Untuk akomodasi, karena biasanya saya membeli tiket paling dekat adalah 6 bulan sebelum keberangkatan, saya akan mem-booking kamar hotel terlebih dahulu di Booking.Com (atau layanan sejenis). Tidak sembarang memesan kamar, melainkan yang memiliki opsi pembatalan gratis beberapa hari sebelum tanggal menginap serta yang tidak perlu memasukkan data kartu kredit. Tujuannya adalah sebagai ancer-ancer atau perkiraan biaya akomodasi yang harus saya siapkan.
Dengan kedua opsi di atas, saya bisa dengan mudah dan praktis melakukan perubahan hotel (apabila dibutuhkan) untuk menyesuaikan dengan itinerari kegiatan selama traveling. Nah, setelah semuanya sudah pasti, baru saya usahakan untuk melakukan pemesanan kamar yang fix alias dibayar sejak sebelum keberangkatan. Caranya bisa dengan melakukan pemesanan ulang di hotel tersebut dan memilih opsi bayar sekarang, atau jika tidak tersedia, menggunakan layanan atau aplikasi yang lain untuk memesan kamar di hotel tersebut.
Langkah bayar di muka tersebut optional alias tidak harus dilakukan. Namun saya pribadi lebih suka melakukannya untuk memastikan kamar benar-benar tersedia. Saya belum pernah mengalami kamar yang sudah dibayar diserahkan kepada orang lain. Justru sebaliknya, yang sudah di-booking dan belum dibayar pernah dibatalkan begitu saja H-1 sebelum menginap. Untung masih bisa cari penggantinya tuh.
Untuk biaya transportasi dan makan bisa disesuaikan dengan kebutuhan serta preferensi masing-masing. Saat traveling, saya biasanya lebih kuat menahan lapar. Entah kenapa. Saya juga lebih suka berjalan kaki ketimbang menggunakan transportasi publik. Apalagi taksi. Kecuali kalau memang jaraknya benar-benar jauh atau kondisi sedang tidak memungkinkan.
Jangan lupa, yang doyan wisata kuliner wajib menyiapkan dana lebih. Pelajari juga terlebih dahulu biaya makan di negara destinasi karena setiap negara berbeda-beda. Di Jepang, Korea, dan Hong Kong misalnya, untuk makan (yang layak) saja sehari kita bisa menghabiskan uang di atas Rp 100.000,-. Ini dengan asumsi kita jajan di luar ya, bukan bikin mie instan. Kalau itu sih tidak perlu pusing soal budget, hehehe.
Terakhir adalah biaya beraktivitas. Yang ini baru bisa kita tentukan setelah itinerari kita buat. Termasuk juga untuk berbelanja maupun membeli oleh-oleh. Bagaimana jika kita lebih suka mengalir saja tanpa adanya itinerari? Tidak masalah. Buat terlebih dahulu daftar aktivitas yang *mungkin* kita lakukan, lalu siapkan budget yang sekiranya cukup apabila kita tiba-tiba ingin melakukannya di sana.
Di akhir, kita akan mendapatkan nominal yang merupakan total kebutuhan dana selama traveling. Nah, sedikit tips, hindari membawa budget yang benar-benar ngepas. Setidaknya siapkan dana sebesar 50% lebih banyak dari kebutuhan. Dengan demikian, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kita tidak akan kelimpungan di negara orang.
Mau contoh hal-hal yang tidak diinginkan?
Gampang. Mulai dari kena scam, kehilangan uang, adanya perubahan harga yang lebih tinggi dari yang kita perkirakan, hingga perubahan itinerari mendadak yang mengakibatkan biaya membengkak. Dan semua itu sudah pernah saya alami, hehehe.
Saat Traveling
Yang acap menjadi pertanyaan, terutama bagi yang belum pernah melakukan traveling ke luar negeri sebelumnya, adalah apakah kita harus membawa uang cash dalam mata uang asing sejak dari Indonesia atau mengambil uang saja di ATM saat sudah sampai di destinasi?
Jawaban saya adalah dua-duanya.
Saya biasanya akan membawa uang dalam mata uang negara tujuan (jika memang memungkinkan untuk didapatkan di Indonesia) dalam jumlah secukupnya (kurang lebih cukup untuk bertahan hidup selama 3-4 hari), minimal $100 US, dan tentu saja kartu ATM serta kartu kredit.
Kenapa perlu membawa uang dalam mata uang negara tujuan?
Pertama, ada kemungkinan petugas imigrasi menanyakan uang yang kita bawa. Sekedar informasi, mereka berhak untuk melakukannya. Berhak pula untuk menolak mengijinkan kita masuk apabila kita tidak membawa uang yang dirasa cukup. Jadi tidak ada salahnya untuk membawa sebagian dari kebutuhan budget kita dalam bentuk mata uang asing tersebut.
Kedua, ada kemungkinan kartu debit maupun kartu kredit yang kita miliki tidak bisa digunakan di ATM yang ada di negara tujuan. Jangan kaget, hal yang demikian sering terjadi loh. Di Kamboja misalnya, kartu debit dari bank CIMB Niaga tidak bisa digunakan. Belakangan saya baru tahu kalau kita harus menghubungi pihak bank terlebih dahulu sebelum berangkat agar nantinya bisa digunakan di sana.
Ketiga, ada kemungkinan uang USD yang kita bawa tidak bisa ditukarkan di money changer maupun bank. Ini agak aneh, tapi toh saya sudah mengalaminya sendiri. Di kota Kolombo, Sri Lanka, saya harus berkeliling ke beberapa bank dan money changer sebelum akhirnya menemukan satu yang mau menerima uang pecahan US dolar.
Kenapa perlu membawa uang dalam pecahan USD?
Yang utama tentu saja untuk berjaga-jaga apabila kartu debit dan kartu kredit kita tidak bisa digunakan. Selain itu, di negara manapun kita berada, nilai tukarnya pasti cukup tinggi. Pihak money changer juga kemungkinan besar akan menerima.
Kenapa perlu membawa kartu debit dan/atau kartu kredit?
Jika memang bisa digunakan di mesin ATM negara tujuan traveling, biaya menarik uang melalui ATM dengan kartu debit atau kartu kredit biasanya masih lebih murah jika dibandingkan dengan kita menukarkan uang di money changer yang ada di Indonesia. Itu sebabnya banyak yang lebih memilih opsi ini dan sengaja tidak menukarkan uang sebelum berangkat.
Oh ya, karena ada kemungkinan ATM bank A hanya bisa menerima kartu debit bank B, sedang ATM bank C hanya bisa menerima kartu debit bank D, bawalah kartu debit dan/atau kartu kredit dari setidaknya dua bank yang berbeda. Jangan lupa masing-masing diisi dengan saldo yang mencukupi, ya. Buat apa bawa banyak kartu kalau yang ada isinya cuman satu aja, wkwkwk.
Pada akhirnya, dengan keunggulan masing-masing opsi serta kemungkinan-kemungkinan buruk mereka seperti yang sudah saya tuliskan di atas, keputusan ada di tangan teman-teman. Yang jelas saya pribadi tetap akan membawa semuanya, hehehe.
Penutup
Budget merupakan salah satu hal penting yang harus dipersiapkan saat traveling. Sedikit salah perhitungan bisa membuat rencana jalan-jalan kita berantakan. Belum lagi kalau over budget. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk berhati-hati masalah ini dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Setuju, ges?
Leave a Reply