Di sinopsis The K2 episode sebelumnya, Kim Je-Ha (Ji Chang-Wook) membuat rencana untuk secara tidak langsung membebaskan Ko An-Na (Im Yoona) dari belenggunya, yaitu dengan memperkenalkannya ke publik sebagai idola baru. Usahanya berhasil. Mau tidak mau, dengan banyak orang yang kini memperhatikan An-Na, Choi Yoo-Jin (Song Yoon-A) untuk saat ini tidak bisa berbuat yang tidak-tidak kepadanya. Sementara itu, Park Gwan-Soo (Kim Kap-Soo) yang stress karena berkali-kali usahanya menjegal Jang Se-Joon (Cho Seong-Ha) kandas, berniat untuk mengeluarkan senjata rahasianya. Apa yang selanjutnya bakal terjadi di sinopsis drama korea The K2 episode 9 kali ini?
Sinopsis Episode 9
Anna terbangun di pagi hari dengan perasaan bahagia. Di dapur, Jang Mi-Ran (Lee Ye-eun) dan ibunya akhirnya menyadari bahwa selama ini Anna hanya berpura-pura mengalami sociophobia, karena faktanya kemarin ia bisa dengan tenang menghadapi fans-fansnya yang datang. Mi-Ran menjadi khawatir Anna bakal kesal dengan apa yang sudah ia lakukan serta katakan kepadanya selama ini. Tanpa diduga, tiba-tiba Anna muncul dan menyapa mereka. Dengan salting Mi-Ran membalas sapaan mereka. Keterkejutan mereka bertambah karena Anna mengatakan kalau ia ingin sarapan pagi bersama.
Berempat, bersama dengan Sung-gyu (Lee Jae-woo) alias K1, mereka pun sarapan bersama. Ketiganya sempat terbengong-bengong memperhatikan Anna, namun begitu Anna menanyakan ada apa, mereka langsung mulai makan.
“Aku merasa makanan ini terasa lebih enak karena kita semua makan bersama,” ujar Anna. “Akan menyenangkan apabila kita makan bersama setiap hari seperti ini.”
“Ya, nona muda,” jawab Sung-gyu.
Anna lantas meminta maaf pada Mi-Ran. Mi-Ran sontak panik, mengira ia yang baru saja berbuat salah.
“Aku tidak menyadari fakta bahwa banyak hal juga terasa berat bagimu karena selama ini aku hanya memikirkan diriku. Juga, terima kasih, telah menyelamatkanku kemarin,” ucap Anna.
“Yah, itu…,” Mi-Ran jadi salah tingkah mendengarnya.
“Aku akan pastikan tidak ada masalah datang lagi kepadamu karenaku dan kamu bisa meninggalkan tempat ini,” janji Anna.
Yang lain kaget mendengar ucapan Anna barusan. Anna pun melanjutkan, “Aku yakin setidaknya Choi Yoo Jin akan memperbolehkan hal itu sekarang.”
Sung-gyu lalu meminta ijin untuk berbicara.
“Aku minta maaf, tapi tidak ada seorang di antara kita yang bisa meninggalkan tempat ini. Bahkan jika kita ingin,” ujarnya.
Je-Ha masuk ke Cloud Nine tepat di saat Kim Dong-Mi (Shin Dong-Mi) melangkah keluar. Saat berpapasan, Dong-Mi meminta agar Je-Ha tidak berbuat macam-macam pada Choi Yoo-Jin (Song Yoon-A) atau ia akan menerima akibatnya. Je-Ha menanggapinya dengan cuek.
“Apakah kali ini juga simpati yang tidak perlu?” tanya Yoo-Jin saat Je-Ha tiba di hadapannya.
“Aku tidak yakin. Bisa ya, bisa tidak.” respon Je-Ha.
“Kamu tidak datang ke sini untuk menjaga seorang anak kecil, bukan?”
“Dan aku tidak datang ke sini untuk duduk dan melihat saja saat kamu menghentikan ambulans yang akan menjemput seorang gadis yang sudah dekat dengan kematian,” tegas Je-Ha.
“Oh, apakah hal semacam itu terjadi?” tanya Yoo-Jin, yang memang tidak tahu menahu tentang hal itu.
“Pikirkan dengan dalam kenapa aku ingin membunuh Park Gwan-Soo. Membunuh seseorang karena menerjemahkan percakapan rahasia atau mencoba membunuh pemasang banner iklan karena tidak sengaja melihat adegan rahasia tidak ada bedanya sama sekali. Oh ya. Dan untuk membuatnya lebih buruk, kamu mencoba membunuh orang tua tidak bersalah, untuk berjaga-jaga siapa tahu pemasang banner itu membocorkan informasi yang tidak seharusnya mereka tahu, benar? Dengar. Kalian semua sama saja dengan Park Gwan-Soo. Kamu tahu itu? Dan aku tidak ingin ada orang lain yang berakhir seperti Raniya.”
“I see,” respon Yoo-Jin. “Anna seperti Raniya lain bagimu. Aku kira itu dapat dimengerti mengapa kamu merasakan seperti itu. Anna pasti bahagia.”
Mata Yoo-Jin terlihat berkaca-kaca. Setelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, “Baiklah kalau begitu. Apa gunanya bagiku untuk membahas masalah ini denganmu lebih jauh lagi. Lagipula kita punya hal lain yang harus dilakukan. Kita harus menangkap Park Gwan-Soo.”
Je-Ha lantas duduk di kursi. Yoo-Jin hendak mengaktifkan Mirror, namun jemarinya terlihat sedikit bergetar. Ia lalu berkata, “Tapi kamu tahu, jika semua orang yang berbuat salah di dunia adalah Park Gwan-Soo dan semua korban di dunia adalah Raniya, maka aku juga adalah Raniya, bukan? Dan ayahku adalah Park Gwan-Soo. Dan Jang Se-Joon mungkin adalah yang membuatku menjadi Raniya juga. Serigala tidak jahat hanya karena mereka memakan domba. Serigala sudah seharusnya memakan domba. Lebih jauh lagi, anak serigala akan menjadi serigala juga. Itu termasuk Anna. Dia bukan anak domba.”
Air mata terlihat menggantung di kelopak mata Yoo-Jin.
Kembali di rumah persembunyian Anna, Anna menanyakan apa yang dimaksud oleh Sung-Gyu.
“Maksudnya, kita juga akan mati apabila terjadi sesuatu padamu,” jelas Sung-Gyu.
Semua kaget mendengarnya. Mi-Ran lalu menanyakan siapa yang memberitahu Sung-Gyu tentang hal itu. Ternyata orangnya adalah kepala JSS sendiri.
“Semua orang termasuk kita yang tahu tentang identitas asli nona muda akan disingkirkan nanti,” jawab Sung-Gyu.
Di Cloud Nine, Yoo-Jin memberitahu Je-Ha kecurigaannya bahwa yang dibicarakan Gwan-Soo pada waktu itu pasti lebih dari sekedar urusan minyak. Itu sebabnya ia mencari seorang penterjemah yang bisa bicara bahasa Korea dan Kumari saja, yang apesnya adalah Raniya.
“Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mencari bukti solid untuk memperkuat dugaan ini,” ujar Yoo-Jin.
“Tunggu, bagaimana kamu bisa yakin bahwa bukti seperti itu ada? Ia pastinya sudah menyingkirkannya.”, tanya Je-Ha.
Sambil tersenyum lebar Yoo-Jin mendekatkan wajahnya ke arah Je-Ha. Ia berkata, “Orang jahat selalu menyimpan tanda terima mereka setiap membuat perjanjian karena itu memberikan mereka perlindungan di saat mereka dalam bahaya.”
Sambil mencuci piring bersamanya ibunya, Mi-Ran mengungkapkan kejengkelannya pada Yoo-Jin. Ibunya lalu mengingatkannya untuk menjaga Anna dengan baik mulai sekarang agar tidak terjadi apa-apa pada mereka. Selain itu, Sung-Gyu juga sudah memastikan bahwa apabila nanti Se-Joon terpilih menjadi presiden, maka mereka semua akan diangkat menjadi pengikutnya.
“Jika aku membawakan bukti itu, Park Gwan-Soo akan kehilangan kesempatannya untuk menjadi presiden?” tanya Je-Ha.
“Itu benar,” jawab Yoo-Jin.
“Aku merasa kamu telah salah paham akan sesuatu,” respon Je-Ha. “Aku sama sekali tidak tertarik dengan politik dan sejenisnya. Alasanku untuk menjadi partnermu adalah…”
“Untuk membunuh Park Gwan-Soo,” potong Yoo-Jin. “Untuk membalas dendam Raniya. Ini adalah jalan terbaik untuk itu.”
Anna melangkah keluar rumah, hendak pergi ke suatu tempat. Begitu tiba di depan rumah, ternyata sudah ada fans-fansnya yang menunggunya. Ibu Mi-Ran mengatakan bahwa Anna tidak perlu takut dengan mereka karena mereka benar-benar penggemarnya.
Dengan dikawal oleh Mi-Ran, Anna melangkah menuju mobil. Fans-fansnya berteriak meminta tanda tangan Anna. Saat hendak masuk ke mobil, Anna tiba-tiba berhenti dan membalikkan badannya, menghadap ke arah penggemarnya.
“Aku tidak punya tanda tangan, tapi maukah kalian berfoto denganku?” tanyanya.
Tentu saja para penggemarnya mengiyakan. Ia pun lantas berfoto dengan mereka, diiringi oleh senyuman dari ibu Mi-Ran.
Kembali lagi ke Cloud Nine.
“Kamu tahu seperti apa kematian itu bagi politisi?” tanya Yoo-Jin pada Je-Ha.
Tanpa menunggu jawaban Je-Ha, Yoo-Jin melanjutkan kata-katanya, “Bagi mereka, kematian sebenarnya adalah pada saat mereka tidak bisa lagi berpartisipasi dalam politik.”
Je-Ha merespon dengan mengatakan bahwa ia tidak tertarik untuk memberikan kematian semacam itu pada mereka.
“Aku hanya ingin membuat Park Gwan-Soo menyesal telah membunuh Raniya. Dan membuatnya mati di tanganku.”
“Seorang pria tanpa mimpi tidak takut mati. Ia sudah bermimpi untuk menjadi presiden selama hidupnya. Dan suatu hari, ia mati di tanganmu begitu saja. Tidakkah itu sedikit aneh? Kamu menyebutnya balas dendam? Kita harus membuatnya terbangun dari mimpi indahnya terlebih dahulu dan kita harus melenyapkannya sehingga ia tidak bisa memiliki mimpi lagi. Dan di saat terakhir, kamu bisa menawarkannya tali. Jika kamu melakukannya, ia akan menggantung dirinya sendiri. Kamu tahu, peluru bukanlah satu-satunya cara untuk membunuh seseorang.”
Anna ternyata pergi ke markas JSS, tepatnya ke bagian rumah sakit. Mi-Ran yang mengawalnya memberitahukan pada dokter bahwa Anna datang untuk meminta obat karena akhir-akhir ini sulit tidur. Beberapa bodyguard JSS yang kemarin dihajar Je-Ha saat diperintahkan untuk membunuh Anna juga ada di sana. Mereka menatap Anna dengan perasaan kesal. Master Sung (Song Kyung-chul) yang juga ada bersama mereka langsung meminta mereka untuk meminta maaf.
Sepeninggal bodyguard-bodyguard tersebut, master Sung memperkenalkan dirinya pada Anna. Ia pun menawarkan diri untuk mengajarkan ilmu bela diri pada Anna. Dokter sebenarnya tidak memperbolehkannya, namun Anna sudah terlanjur tertarik dan mengiyakan.
Pelajaran dimulai. Master Sung memberikan sesi khusus karena Anna ada di sana, yaitu “Special Self-Defense Class for Woman.” Dengan ditemani oleh Mi-Ran dan juga bu dokter, Anna menyimak dengan serius pelajaran bela diri yang diberikan oleh master Sung.
Master Sung lantas meminta Anna untuk mencobanya. Saat ia hendak menunjuk salah seorang anggota JSS untuk menjadi partner berlatih Anna, orang-orang yang sebelumnya dihajar Je-Ha langsung kabur melarikan diri dari tempat latihan. Mi-Ran tertawa geli melihatnya.
Master Sung kemudian memberitahu Anna bahwa sebelumnya mereka hanya melakukan apa yang diminta oleh atasan mereka, sehingga Anna jangan membenci mereka. Anna mengiyakan.
Tiba-tiba saja bu dokter berdiri, mengatakan bahwa ia ingin mencobanya juga, dengan master Sung sebagai lawan tandingnya. Giliran master Sung yang langsung mengundurkan diri, beralasan untuk mencobanya di lain waktu saja.
Tanpa diduga, Choi Sung-Won (Lee Jung-Jin) hadir di sana dan langsung memperkenalkan diri sebagai paman Anna sembari memeluknya. Anna kebingungan karena tidak mengenalnya, tapi Mi-Ran dan ibunya memberi tanda bahwa itu memang benar pamannya.
“Anna, kamu telah menyelamatkanku,” ujar Sung-Won.
“Berhati-hatilah,” pesan Yoo-Jin pada saat ia turun dari Cloud Nine bersama dengan Je-Ha di lift.
“Jangan khawatir. Aku tidak akan mati dan aku juga akan terus menunda pengiriman email tersebut,” balas Je-Ha.
“Ini bukan tentang email,” respon Yoo-Jin.
Mendekati pintu keluar, Yoo-Jin kaget melihat ada saudaranya di sana, bersama dengan Anna. Sung-Won mengatakan bahwa ia akan makan di luar bersama dengan Anna dan mengancam akan memberitahukan siapa Anna sebenarnya jika Yoo-Jin mencegahnya. Yoo-Jin terpaksa memperbolehkannya, sementara Anna sendiri terlihat puas melihat Yoo-Jin panik.
“Lagipula, kamu tidak dalam posisi untuk mengatur gadis ini,” ujar Sung-Won. “Dan Anna tidak membutuhkan ijinmu untuk melakukan sesuatu. Benar, Anna?”
“Tidak, aku butuh ijin,” jawab Anna. “K2, apakah boleh aku mengikuti orang ini?”
“Aku ikut denganmu kalau begitu, nona Anna,” jawab Je-Ha.
Saat hendak masuk ke mobil Sung-Won, Je-Ha menghentikan Anna dan mengatakan bahwa mereka akan mengikuti mobil Sung-Won dari belakang. Sung-Won mengatakan tidak perlu dan mempersilahkan Je-Ha untuk ikut dengan mobil mereka. Setelah berpikir sejenak, ia pun memberikan tanda pada Anna untuk masuk ke mobil.
Tanpa diduga, Sung-Won memberitahu sopir untuk membawa mereka ke Sungdohnghwa Hospital. Ia berdalih bahwa makanan di sana enak-enak. Lagipula yang dibutuhkan oleh Anna saat ini adalah pergi ke rumah sakit, sesuai dengan saran dokter JSS sebelumnya. Je-Ha akhirnya menyetujuinya.
Setibanya di rumah sakit, mereka menemui dokter yang sepertinya kenal baik dengan Sung-Won. Dokter tersebut adalah kepala bagian psikiatrik di rumah sakit tersebut. Saat Sung-Won memperkenalkan Anna sebagai keponakannya, raut wajah dokter tersebut terlihat berubah, seperti ada hal yang disembunyikan. Pun begitu saat matanya bertatapan dengan Je-Ha.
Pak kabag membawa mereka menuju ruangan dokter Lee. Sebelum masuk, Je-Ha terlebih dahulu memeriksa ruangan tersebut. Setelah dirasa aman, barulah Je-Ha memperbolehkan Anna masuk. Tanpa diduga, dokter Lee yang dimaksud adalah dokter yang dulu memeriksa Anna sesaat setelah ibu Anna meninggal. Anna akhirnya mengingatnya. Mereka pun berpelukan.
“Lihat? Ini jauh lebih baik daripada hanya mengajaknya makan, bukan?” ujar Sung-Won pada Je-Ha.
Tanpa berkata apa-apa Je-Ha menutup pintu ruang dokter dan berjaga di depannya. Sung-Won lantas mengajaknya untuk berbicara empat mata dan meminta Mi-Ran menggantikan Je-Ha berjaga di sana.
Tanpa disangka-sangka, Sung-Won meminta Je-Ha untuk bergabung dengannya.
“Tunggu, bukan. Bergabunglah dengan Anna. Daripada kehilangan dirinya juga.” ujar Sung-Won.
Sung-Won menambahkan bahwa ia juga akan menuruti janji yang diberikan Yoo-Jin pada Je-Ha, apapun itu. Ia memberitahu Je-Ha bahwa ia adalah seorang konglomerat yang punya kekuasaan lebih dari presiden, yang hanya berkuasa selama lima tahun.
“Aku merasa kamu bahkan tidak akan bertahan selama lima tahun dengan kondisimu yang sekarang,” respon Je-Ha.
Sung-Won tertawa mendengarnya. Ia lalu berkata, “Itu benar, jika Anna menghilang, begitulah. Tapi Anna akan memilihku. Jadi lindungilah dia, sebagai salah satu orangku.”
Je-Ha tidak mengiyakan. Sung-Won pun memintanya untuk menanyakan saja nanti pada Anna. Ia bahkan yakin bahwa saat ini Anna sudah memutuskannya. Merasa ada yang tidak beres, Je-Ha bergegas berlari menuju ruang dokter Lee. Dalam perjalanan ia sempat menghubungi J4 (Mi-Ran), namun tidak ada jawaban. Setibanya di sana, Anna sudah tidak berada di tempat. Begitu pula dengan dokter Lee. Menurut suster, pemeriksaannya sudah selesai dan Anna pergi bersama dengan orang-orang yang tadi membawanya.
Je-Ha kembali lagi ke tempat ia berbicara dengan Sung-Won. Sudah pasti Sung-Won pun tidak ada lagi di sana. Sopir mobil yang sebelumnya membawa mereka ke rumah sakit juga tidak tahu menahu mengenai keberadaan Sung-Won dan Anna. Je-Ha pun langsung memberitahu Yoo-Jin. Dengan penuh emosi, Yoo-Jin memerintahkan pada Dong-Mi untuk mencari keberadaan Sung-Won dimanapun ia berada, serta memberitahu semua bodyguard JSS, bahwa siapapun mereka yang berhasil menemukan Sung-Won akan mendapatkan akses ke Cloud Nine.
Apa yang dilakukan Sung-Won ternyata memang merupakan rencana dari keluarganya. Sementara itu, ruang kontrol JSS mulai sibuk melakukan pencarian. Termasuk di rumah keluarga Choi, kantor, serta mengawasi trafik. Terlebih setelah diketahui bahwa plat nomer mobil-mobil yang ia gunakan sebelumnya adalah palsu. Meski begitu, direktur JSS (Ko In-Beom) sempat mengungkapkan kekhawatirannya pada ketua Joo mengingat ‘musuh’ mereka saat ini adalah CEO JB Group. Ketua Joo mengatakan bahwa sebenarnya ia juga memikirkan hal itu namun untuk saat ini yang terpenting adalah mencari keberadaannya dan juga Anna.
Aksi Sung-Won ternyata tidak itu saja. Ia juga memecat para bodyguard JSS yang bekerja di JB Group dan menggantikan mereka dengan para bodyguard Jinhan Group. Ketua tim VIP Seo yang menerima surat pemecatan itu dengan tenang merebutnya lalu merobeknya di hadapan bodyguard Jinhan.
Di Cloud Nine, Yoo-Jin yang mendapat informasi mengenai pemecatan itu akhirnya tidak tahan lagi dan mendeklarasikan perang kepada Sung-Won, dimulai dari Seo yang diminta untuk melawan bodyguard Jinhan Group dengan kekerasan. Sementara itu, keberadaan mobil yang membawa Anna berhasil ditemukan oleh salah seorang petugas control room JSS. Je-Ha yang mendengarnya melalui jalur komunikasi bergegas menuju tempat tersebut.
Kejadian tak terduga kembali hadir. Tiba-tiba saja seluruh akses CCTV milik JSS terputus. Direktur JSS segera menghubungi kepala polisi, yang memberitahunya bahwa saat ini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena harus melakukan hal yang benar. Ia bahkan mengajak direktur JSS untuk bergabung di pihaknya. Saat direktur JSS menyebut nama Park Gwan-Soo yang berada di balik semua ini, kepala polisi tidak menjawab, hanya meminta direktur JSS untuk datang langsung saja ke tempatnya dan membahasnya di sana.
Je-Ha tiba di tempat yang dituju. Hanya ada seorang pengawal Sung-Won di mobil itu, yang lantas memberikan telpon titipan dari Sung-Won pada Je-Ha. Melalui telpon tersebut, Sung-Won memberitahu Je-Ha agar datang sendiri ke alamat yang ia kirimkan setelah itu.
Perjalanan Je-Ha berlanjut ke tempat yang diberitahukan oleh Sung-Won, ke sebuah rumah atau bangunan yang letaknya terpencil. Sung-Won menemuinya dan memintanya untuk masuk karena sudah ditunggu oleh yang lain. Dengan sedikit heran Je-Ha pun bergegas masuk ke dalam. Ia kaget karena tidak hanya Anna saja yang menunggunya, melainkan juga Mi-Ran, ibu Mi-Ran, dan Sung-gyu. Dengan santai mereka menyiapkan makan malam untuk mereka semua.
“Kamu membohongiku,” ujar Je-Ha pada Sung-Won, yang menanggapinya dengan tersenyum.
Beberapa saat kemudian K2 menghubungkan Yoo-Jin dengan Sung-Won. Pada Yoo-Jin, Sung-Won mengaku hanya ingin hangout lebih lama lagi dengan Anna sebelum ia pergi. Ia juga mengaku bahwa kejadian pemecatan bodyguard JSS di JB Group adalah respon ayahnya terhadap tindakan Yoo-Jin di sana. Walau begitu, Sung-Won mengatakan bahwa mulai sekarang ia akan menggunakan jasa Jinhan Group untuk urusan keamanan pribadinya.
Saat Sung-Won sedang berbicara dengan Yoo-Jin, dengan isyarat Je-Ha diam-diam menanyakan apakah Anna baik-baik saja. Anna mengiyakan.
Anna, Je-Ha, Mi-Ran, dan Sung-Gyu berjalan-jalan di pantai. Anna memuji akting pamannya yang cukup baik dalam berpura-pura menculiknya. Je-Ha hanya terdiam karena merasa tidak yakin bahwa itu adalah akting. Sementara Mi-Ran, yang berjalan di belakang Anna dan Je-Ha, menanyakan pada Sung-Gyu mengenai kata-kata yang ia ceritakan pada mereka di saat sarapan.
“Jadi itu berarti kamu datang dengan sukarela, mengetahui semua hal itu?” tanya Mi-Ran.
Sung-Gyu mengiyakan.
“Tapi kenapa?” tanya Mi-Ran lagi. “Apakah kamu…”
“Ya, benar. Itu karena kamu, nona Mi-Ran. Aku setuju melakukan ini agar aku dapat menyelamatkanmu.”
“Omong kosong macam apa itu?!” bentak Mi-Ran, yang sejurus kemudian mencium Sung-Gyu.
Tanpa diduga, Sung-Gyu melepaskan ciuman Mi-Ran dan melangkah mundur. Dengan heran Mi-Ran menanyakan apakah Sung-Gyu tidak menyukainya.
“Pria seharusnya yang memulai hal-hal semacam ini,” ujar Sung-Gyu, lantas kembali mencium Mi-Ran.
Sementara itu, Anna mengatakan bahwa ia sedang memikirkan untuk tetap tinggal di sana karena tidak ingin kembali ke rumah persembunyiannya. Walau begitu, Anna mengaku bahwa ia belum percaya sepenuhnya pada pamannya.
“Aku rasa kita punya satu persamaan, sama-sama membenci Choi Yoo Jin. Jangan terlalu dipikirkan. Lagipula ada kamu di sampingku.”, ujar Anna.
Usai berciuman, Mi-Ran memukul Sung-Gyu dengan gemas, lalu mereka berdua berkejar-kejaran. Anna yang melihat mereka meminta Je-Ha untuk mengejarnya juga seperti mereka.
“Sepertinya itu asyik,” ujar Anna.
“Ayolah, bagaimana itu asyik. Mereka seperti orang gila,” jawab Je-Ha enggan.
“Ayolah, coba kejar aku,” paksa Anna.
Meski sambil mengomel pada akhirnya Je-Ha menuruti kemauan Anna. Mereka pun berkejar-kejaran di pantai. Dari kejauhan, Sung-Won memperhatikan mereka dan menanyakan pada ibu Mi-Ran apakah keduanya berkencan. Ibu Mi-Ran menjawab tidak, namun Sung-Won tidak yakin karena keduanya terlalu cocok.
“Dengan akting seperti itu, kamu tampak seperti pamannya sebenarnya,” ujar ibu Mi-Ran.
“Aku bilang padamu aku memutuskan untuk menjadi pamannya yang sebenarnya,” balas Sung-Won.
Ibu Mi-Ran tertawa mendengarnya, lalu mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah menyelamatkan mereka semua.
“Tentu saja. Lagipula kamu adalah keluarga Anna! Kamu tidak perlu khawatir tentang apapun lagi. Pastikan saja untuk mengurus Anna dengan baik, oke?”
Malam harinya, Sung-Won mengajak mereka semua makan bersama di teras rumah. Yang lain sempat merasa kaku karena Sung-Won dengan santai meminta mereka untuk ikut duduk di meja bersamanya, termasuk juga Je-Ha. Ia lantas mengajak mereka untuk bersulang untuk mimpi Anna.
Makan malam pun dimulai. Saat yang lain bercanda dan ngobrol dengan riang, Je-Ha hanya terdiam. Usai makan malam, Sung-Won menemui Je-Ha yang sedang berdiri sendirian menatap laut.
“Apa yang kamu pikirkan bersama kesendirianmu di sini?” tanya Sung-Won.
“Aku berpikir apa sebenarnya rencanamu,” jawab Je-Ha. “Hal-hal semacam itu.”
“Aku sebenarnya orang yang berpikiran sederhana, jadi aku rasa cukup mudah bagimu untuk menebaknya.”
“Aku berpikir apakah yang kamu pikirkan adalah mencuri Anna dari Choi Yoo Jin. Kamu pasti menyadari bahwa kamu akan berada dalam bahaya. Benar?”
“Kamu lihat dalam pemakaman, kakakku mencoba untuk mencuri JB dariku dan aku berusaha yang terbaik untuk mencegahnya.” dalih Sung-Won. “Lalu Anna muncul begitu saja. Aku tahu bahwa ia adalah putri saudara iparku. Maka jika Anna berada di pihaku, kakakku tidak akan bisa mencuri JB dariku.”
“Jadi semuanya hanyalah strategi,” sergah Je-Ha.
“Well, aku ini pebisnis. Yeah. Aku orang yang berpikiran sederhana juga. Aku hanya ingin agar Anna tetap sehat dan bahagia di sampingku untuk waktu yang sangat sangat lama. Sebagai malaikat pelindungku.”
Tiba-tiba Se-Joon menghubungi Sung-Won, menanyakan tentang Anna. Sung-Won menjawab semua baik-baik saja, lagipula ada bodyguard Anna di sana. Sung-Won lalu menyerahkan telponnya pada Je-Ha. Se-Joon memuji Je-Ha yang sudah bekerja keras pada hari itu sekaligus memastikan Je-Ha tidak lupa akan janjinya. Ia pun berjanji akan datang ke sana besok. Se-Joon sendiri sebenarnya tidak melakukan apa-apa pada saat itu. Hanya sedang berpura-pura sedang diinvestigasi di kantor kejaksaan, padahal ia menghabiskan waktunya dengan bermain di dalam bersama jaksa Kim.
“Refleksi diri sebelum engkau menyerang orang lain,” ujar Se-Joon, “Aku akan pastikan aku bertahan lebih dulu dan lalu menghajar kalian semua.”
Sung-Won kembali menanyakan pada Je-Ha, apakah ia sudah mengambil keputusan untuk bergabung dengannya atau tidak. Je-Ha menjawab bagaimanapun ia pasti akan pergi, setelah ia melakukan semua yang harus ia lakukan.
“Sayang sekali,” respon Sung-Won, “Padahal aku berpikir kamu dan Anna saling melengkapi dengan baik. Tapi ngomong-ngomong, memang apa hal yang harus kamu lakukan itu?”
“Kamu akan mengetahuinya nanti,” jawab Je-Ha.
Di suatu tempat, Gwan-Soo bertemu dengan ayah mertua Sung-Won. Sementara itu, Je-Ha dan Sung-Gyu yang sedang patroli mendapati Anna sedang berjalan keluar dari rumah. Je-Ha segera mengusir Sung-Gyu dan menanyakan apa yang dilakukan Anna. Anna mengaku pipinya terasa panas karena ia tadi meminum beberapa gelas anggur. Je-Ha yang tidak percaya lalu memegang pipi Anna. Mendapat sentuhan dari Je-Ha membuat Anna senang karena pipinya jadi terasa lebih nyaman.
Je-Ha kemudian memegang kedua pipi Anna. Ia menatap ke arah Anna, yang masih sibuk menyentuh-nyentuhkan pipinya ke telapak tangan Je-Ha. Je-Ha lantas mencubit pipi Anna dan membawanya kembali masuk ke rumah. Ia membuatkan kompres air dingin untuk pipi Anna. Setelah Anna merasa pipinya baikan, Je-Ha mengambil kembali kompres tersebut dan melangkah keluar kamar Anna. Anna mencegahnya, namun Je-Ha mengatakan bahwa ia harus mengecek keadaan sekeliling rumah sekali lagi untuk memastikan bahwa kondisi benar-benar aman.
“Jadi memang tidak ada tempat yang aman untukku,” ujar Anna kecewa. “Tapi tidak apa-apa, hari ini benar-benar menyenangkan.”
Je-Ha lantas memberikan walkie-talkie pada Anna, dan memintanya menggunakan itu apabila ia merasakan ada yang tidak beres atau membutuhkan sesuatu. Anna senang menerimanya.
“Mengerti, K2”, ujarnya.
Belum apa-apa Anna sudah menghubungi Je-Ha.
“Dimana kamu, over,” tanya Anna.
“Di ruang tengah,” jawab Je-Ha.
“Kamu tidak bilang ‘over’, over,” tanya Anna.
“Aku akan mengatakan ‘over’, over,” balas Je-Ha.
Anna terlihat senang menggunakan walkie-talkie itu. Ia berkali-kali menggunakannya untuk ngobrol bersama Je-Ha, yang saat itu sedang melanjutkan patrolinya keliling rumah. Bahkan hingga Je-Ha kembali ke rumah, Anna terus mengajaknya ngobrol. Ia baru terpaksa berhenti setelah Je-Ha memintanya untuk tidur.
“Aku rasa aku menyukaimu,” gumam Anna sambil terbaring di depan tidurnya.
Anna jadi tidak bisa tidur gara-gara memikirkan perasaannya. Ia mencoba menghubungi Je-Ha kembali dengan walkie-talkie, namun tidak ada jawaban. Diam-diam Anna pun keluar dari kamarnya, menuju ke tempat Je-Ha beristirahat di ruang tengah. Melihat Je-Ha yang memang sudah tertidur, Anna meletakkan selimut di atas tubuh Je-Ha.
Saat itu Anna menyadari nafas Je-Ha yang sedikit terengah-engah. Ternyata Je-Ha sedang bermimpi kembali tentang momen dimana Raniya terbunuh. Perlahan Anna hendak menyentuh tubuh Je-Ha, namun tiba-tiba Je-Ha terbangun. Je-Ha pun kaget melihat keberadaan Anna di sana. Yang lebih tidak diduga lagi, Je-Ha lantas memeluk tubuh Anna begitu saja.
Beberapa saat kemudian Je-Ha baru menyadari apa yang sedang ia lakukan. Ia segera melepaskan pelukannya dan duduk menjauh dari Anna. Anna pun demikian, dengan agak salting duduk berjauhan dengan Je-Ha.
“Apakah kamu baru saja bermimpi?” tanya Anna.
“Ya, aku rasa demikian,” jawab Je-Ha.
Anna lalu berdiri. Je-Ha yang juga salting karena ulahnya barusan ikutan berdiri. Sambil terbata-bata Anna menjelaskan bahwa ia keluar untuk memberikan selimut bagi Je-Ha. Je-Ha tidak kalah terbata, berdalih bahwa ia tidak kedinginan, justru malah kepanasan. Anna pun lantas pamit kembali masuk ke kamarnya.
Je-Ha memandangi Anna yang melangkah masuk ke kamarnya sembari menyesali perbuatannya barusan. Anna sendiri, begitu masuk ke kamarnya, merasa senang karena baru saja dipeluk Je-Ha. Di luar, Je-Ha hendak mengucapkan sesuatu pada Anna melalui walkie-talkie, namun ragu. Demikian pula dengan Anna, yang hendak menemui Je-Ha kembali, namun merasa malu. Setelah sekian lama sama-sama berpikir, keduanya pun memberanikan diri untuk bertemu dan hampir bersamaan meraih gagang pintu kamar Anna.
[wp_ad_camp_1]
Leave a Reply