Setelah sekian lama absen menonton serial TV barat, bulan lalu kepancing juga untuk mantengin serial TV “Manifest” yang kebetulan didapuk menjadi yang sedang populer di kalangan netizen.
Netizen Netflix lebih tepatnya.
Sempat eksis di NBC selama 3 musim pada periode September 2018 hingga Juni 2021, serial ini kemudian ditayangkan ulang di platform Netflix.
Tak disangka tak dinyana, popularitasnya justru meningkat dratis. Di Indonesia juga mancanegara.
Yang seharusnya di-cancel di akhir musim ketiga, ujung-ujungnya mendapat nyawa tambah. Satu musim ekstra alias season 4 yang rencananya akan disiarkan oleh Netflix sebanyak 20 episode.
Nah, mumpung baru selesai menonton tuntas ketiga musim yang ada, total 42 episode, saya mau sedikit ngobrol mengenai “Manifest”.
Tidak terlalu detil seperti saat membahas “The 100” beberapa waktu lalu sih.
Juga tidak akan menuliskan sinopsis atau alur cerita lengkapnya.
Lebih kepada opini dan uneg-uneg saja.
Silahkan lanjut disimak jika berkenan, hehehe.
Sinopsis Singkat
Pesawat Montego Air Flight 828 dengan rute Jamaica menuju New York City mengangkut penumpang sebanyak 191 orang.
Di udara, pesawat tiba-tiba mengalami turbulensi yang cukup parah. Untungnya pesawat masih dapat dikendalikan.
Setelah mendarat, terungkap bahwa pesawat tersebut sebenarnya telah menghilang selama 5 1/2 tahun.
Dengan kata lain, pesawat dan seluruh penumpang yang ada mendarat 5 1/2 tahun setelah mereka lepas landas.
Kehidupan mereka tentu saja berubah drastis. Tidak sedikit yang kesulitan untuk menerima atau beradaptasi dengan perubahan mendadak sedemikian rupa.
Termasuk Michaela Stone (diperankan oleh Melissa Roxburgh), Ben Stone (diperankan oleh Josh Dallas), Cal Stone (diperankan oleh Jack Messina), dan Saanvi Bahl (diperankan oleh Parveen Kaur).
Para penumpang juga mulai mengalami ‘penampakan’ yang mereka sebut sebagai ‘calling’ atau ‘panggilan’. Bisa berupa semacam mimpi, panggilan suara, firasat, dan sebagainya.
Pada prosesnya, diyakini bahwa mereka semua sebenarnya sudah meninggal dan dibangkitkan kembali untuk jangka waktu tertentu.
Pendapat Saya
Saya SANGAT menyukai cerita-cerita yang berhubungan dengan perjalanan waktu.
Sebut saja “Back To The Future” dan “Quantum Leap”.
Maka ketika cerita di season 1 serial ini lebih banyak mengarah pada teori wormhole, saya SANGAT antusias menonton episode demi episode-nya.
Sayangnya, di season 2 cerita mulai bergeser.
Tidak lagi tentang sains, melainkan pada mitos Mesir kuno.
Sementara di season 3, bumbu agama ditambahkan.
Sebagai orang yang open-minded, dari segi cerita saya sama sekali tidak ada masalah dengan pembahasan mengenai bangsa Mesir maupun mukjizat kapal Nabi Nuh.
Hanya sedikit kecewa karena berharap cerita Manifest bisa fokus mengulik teori perjalanan waktu dari sisi sains. Toh di season 1 sudah dimasukkan kemungkinan adanya faktor fenomena alam.
Nyatanya cerita memilih jalur lain yang relatif lebih mudah untuk dikembangkan.
Saya malah salfok dengan adanya aliran atau kelompok tertentu yang menganggap Nabi Nuh sebagai ‘sosok jahat’. Jadi penasaran. Memang benar ada atau sekedar bumbu cerita?
Namun masalah yang bagi saya paling mengganggu sepanjang menonton ketiga musim serial Manifest ini adalah acap terjadi inkonsistensi cerita dari satu episode ke episode lain.
Di satu episode karakter A dan B digambarkan berkonflik. Di episode berikutnya sudah baik-baik saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Ini terjadi berulang kali. Walau untuk season 3 rasanya sih tidak terjadi. Atau setidaknya hampir tidak terjadi lagi.
Ada pula konflik yang terselesaikan begitu saja. Seolah tidak mau pusing mencari penyelesaian yang lebih elegan.
Soal uang asuransi keluarga Stone yang diminta kembali misalnya.
Atau hubungan antara Grace dan Danny, yang menguap begitu saja seiring berjalannya waktu.
Masalah lain masih ada hubungannya dengan konflik antar karakter.
Kebanyakan konfliknya itu itu saja. Berulang-ulang. Ditambah dengan dialog (terutama di 2 musim pertama) yang juga diulang 2 hingga 3 kali.
“I just want to protect you”, adalah percakapan yang paling nempel di otak.
Saking seringnya terlontar harusnya dijadikan jargon atau slogan dari Manifest.
Dan saking seringnya konflik yang sama terjadi berulang, sebagian besar karakter utama terasa tidak berkembang.
Mungkin hanya karakter Cal yang terlihat mencolok ada perubahan dari musim ke musim. Tidak hanya penampilan, melainkan juga dari cara berbicara dan berpikir.
Well, apapun itu, secara keseluruhan “Manifest” masihlah sebuah serial TV yang bagus dan layak untuk ditonton.
Setidaknya bisa mengingatkan kita, terutama yang sering bepergian menggunakan moda transportasi pesawat terbang, agar bersyukur karena tidak pernah mengalami insiden serupa seperti keluarga Stone dan yang lainnya.
Penutup
Apakah saya akan menonton “Manifest” season 4 jika benar ada?
Jawabannya, tentu saja, iya.
Nanggung jika melewatkan musim terakhirnya. Apalagi jika ceritanya sesuai yang dijanjikan, menjawab seluruh misteri yang ada.
Ya semoga saja seluruh kekurangan yang ada di ketiga musim pendahulu bisa diminimalisir atau disingkirkan sepenuhnya.
Leave a Reply