Sinopsis Jealousy Incarnate Episode 18 & Preview Episode 19 (2016)

Di sinopsis Jealousy Incarnate episode sebelumnya, Pyo Na-Ri (Kong Hyo-Jin) akhirnya benar-benar tinggal bersama Lee Hwa-Shin (Cho Jung-Seok) dan Ko Jung-Won (Ko Gyung-Pyo) di rumah Jung-Won. Sedikit demi sedikit perbedaan di antara keduanya terlihat. Sementara itu, Kim Rak (Lee Sung-Jae) memberitahu Lee Bbal-Gang (Mun Ka-Young) tentang surat wasiat ayahnya yang memintanya untuk dirawat oleh Bang Ja-Young (Park Ji-Young). Ia menurutinya dan mengatur agar Sung-Sook dekat dengan Kim Rak. Hal tersebut membuat baik Sung-Sook dan Ja-Young salah paham, dimana Sung-Sook mengira Bbal-Gang menginginkan dirinya tinggal bersamanya, sedang sebaliknya, Ja-Young mengira Bbal-Gang tidak menginginkannya lagi. Apa yang kira-kira bakal terjadi di sinopsis drama korea Incarnation of Jealousy episode 18 kali ini?

Sinopsis Episode 18

Hwa-Shin mendekatkan wajahnya ke arah Na-Ri, hendak menciumnya. Sebelum itu, ia sempat membuka dua kancing bajunya, menunjukkan bekas seroma yang ingin dilihat oleh Na-Ri. Na-Ri lantas memegang dada Hwa-Shin, dan Hwa-Shin memegang tangan Na-Ri. Saat hanya tinggal beberapa mm saja kedua bibir mereka bersentuhan, Na-Ri memundurkan kepalanya dan meminta mereka untuk berhenti sampai di situ. Ia mengingatkan Hwa-Shin bahwa tidak seharusnya mereka melakukan itu karena akan melanggar aturan. Hwa-Shin tidak terima karena merasa Na-Ri juga menginginkannya. Bahkan ia memberikan ceramah tentang mitos kuno terkait penciptaan pria dan wanita (seperti kisah Adam dan Hawa) yang menjadikan suatu hal yang wajar apabila pria dan wanita saling merindukan, terutama setelah menemukan belahan jiwanya.

“Mereka merasakan dorongan untuk menjadi satu. Itu adalah dasar dari cinta.”, ujar Hwa-Shin.

Na-Ri menyimak dengan serius kata-kata Hwa-Shin.

“Kamu menyiksa pria dengan melakukan ini,” lanjut Hwa-Shin. “Plus, kamu membodohi dirimu sendiri juga. Jika kamu suka aku, maka pikirkan tentang aku dan aku saja. Kamu yang membuat aturan itu untuk menemukan jawaban, kan?”

“Ya,” jawab Na-Ri.

“Lihat. Hanya sisa dua kancing lagi untuk dilepas. Jika kamu melepasnya, kamu akan menemukan jawaban untuk situasi rumit ini. Kamu akan menyadari siapa di antara kita yang lebih kamu sukai. Kamu akan menyadari bagaiaman perasaanmu sebenarnya. Langkah suci yang penting harus kamu ambil untuk menentukan pikiranmu sekarang ada di hadapanmu malam ini, di tempat tidur ini.”

Na-Ri terdiam sejenak, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti baru sadar dari hipnotis. Pada akhirnya ia tetap menolak keinginan Hwa-Shin.

“Tidak, aku bahkan tidak seharusnya tidur di sebelahmu sekarang.” ujar Na-Ri.

Na-Ri hendak beranjak meninggalkan tempat tidurnya, namun Hwa-Shin mencegahnya lalu memaksanya berbaring di tempat tidur.

“Lupakan saja, kemarilah,” ujar Hwa-Shin.

Na-Ri secara reflek memberontak dan menendang Hwa-Shin hingga terjatuh dari tempat tidur. Ia segera meminta maaf kepadanya, lalu kembali lagi mengingatkan untuk tidak melanggar peraturan. Hal tersebut ternyata membuat Hwa-Shin kesal. Ia segera mengepak barangnya lalu melangkah pergi keluar dari rumah. Na-Ri berusaha mencegahnya.

“Seperti kamu bilang, ini sudah cukup,” ujar Hwa-Shin. “Kamu baru saja mengubahku menjadi orang brengsek egois yang mencoba untuk melanggar peraturan.”

“Maaf,” respon Na-Ri.

“Mari kita akhir ini,” ujar Hwa-Shin, lantas pergi. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, ia kembali lagi ke hadapan Na-Ri, dan berkata, “Kamu menggodaku. Aku bilang kepadamu untuk pergi tidur karena kamu mabuk, tapi kamu menggodaku, memintaku untuk tinggal. Kamu memintaku untuk tinggal denganmu.”

“Ya, aku memintamu untuk tinggal denganku. Aku tidak memintamu untuk naik ke tempat tidur.” balas Na-Ri.

“Keduanya berarti sama saja untuk laki-laki,” jawab Hwa-Shin.

“Kamu bilang kamu tidak tertarik untuk melakukan sesuatu dengan gadis mabuk”

“Kamu bilang atau tidak kalau ingin melihat dadaku?”

“Aku cuma penasaran bekas lukanya seperti apa sekarang”

“Aku bahkan tidak bisa pergi nonton dengan kekasihku. Aku bahkan tidak bisa makan malam dengan kekasihku. Aku ingin memegang tangan kekasihku, memeluknya, menciumnya, dan tidur dengannya. Tapi selalu ada pria lain. Seperti itulah kepedihanku.” ujar Hwa-Shin menggebu-gebu. “Di sisi lain, rumah ini pasti terasa bagaikan surga untukmu.”

“Kamu serius?” tanya Na-Ri kesal.

“Aku berulang kali mengatakan padamu kalau tinggal di sini menyiksa, tapi kamu tetap mempermainkanku. Kamu selalu ingin mengakhirinya. Kenapa kamu menghentikanku?”

“Ini menyiksaku juga,” respon Na-Ri.

Na-Ri kembali mengajak Hwa-Shin untuk masuk. Hwa-Shin menolak. Hinga akhirnya Jung-Won datang dan menanyakan apakah ia hendak pergi dan menyerah. Dengan tersenyum penuh kemenangan Jung-Won berkata, “Pemikiran yang bagus.”

Mendengarnya, Hwa-Shin mau tidak mau masuk kembali ke rumah.

Ja-Young mendatangi Sung-Sook yang sedang bersiap untuk siaran. Ia menanyakan mengapa Bbal-Gang pergi nonton dengan Sung-Sook. Sung-Sook menceritakan apa adanya, bahwa ia memberikan tiket itu pada Bbal-Gang dan Bbal-Gang menyetujuinya ajakannya tanpa ragu. Sung-Sook pun mengatakan sudah waktunya bagi Ja-Young untuk pindah karena Bbal-Gang sudah menetapkan pilihannya. Sung-Sook tidak terima dan mempertanyakan kenapa Sung-Sook yang dipilih. Sung-Sook menjawab bahwa itu sudah sewajarnya karena ia ibu yang telah melahirkan Bbal-Gang. Justru sebaliknya, kenapa Bbal-Gang harus memilih Ja-Young, mengingat Ja-Young tidak berkaitan dengan mereka.

“Sudah seharusnya seperti ini sejak beberapa waktu lalu,” tegas Sung-Sook,” tapi karena aku membuang waktuku dengan tidak tegas kepadamu.”

“Bbal-Gang anakku. Aku tidak pernah menerimamu menganggapnya sebagai anakmu.” balas Ja-Young.

“Aku tahu kamu punya ketergantungan tentang ini, jadi aku tidak pernah membicarakannya di hadapanmu atau orang lain. Tapi berhentilah terobsesi kepada anakku hanya karena kamu tidak bisa punya anak. Aku sudah bersikap lunak kepadamu karena aku merasa kasihan terhadapmu. Tidakkah ini waktunya untuk menghentikan argumen tidak masuk akal tentang anak siapa Bbal-Gang sekarang? See? Bbal-Gang juga lebih condong ke ibu kandungnya sendiri pada akhirnya. Darah lebih kental daripada air. Bangunlah.”

Ja-Young masih tidak percaya akan hal itu. Sung-Sook lalu memintanya untuk menanyakan saja secara langsung pada Bbal-Gang dan tidak mengganggunya.

“Aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa melakukannya? Aku terlalu takut. Bagaimana aku kuat mendengarnya mengatakan bahwa ibunya adalah kamu, bukan aku. Aku terlalu takut untuk bertanya. “, jawab Ja-Young dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

“Lalu kenapa kamu menikahi suamiku kalau begitu?” tanya Sung-Sook dengan dingin.

“Apa pentingnya menanyakan itu kepadaku sekarang?”

“Aku hanya menyesal menikahi seseorang seperti suamiku,” jawab Sung-Sook dengan nada tinggi.

Ja-Young lantas terduduk dan menangis.

Hwa-Shin sedang berbaring merenung di tempat tidurnya. Melihat Na-Ri turun dan berjalan ke arahnya, ia segera berpura tidur. Na-Ri lantas duduk di samping tempat tidur Hwa-Shin lalu menatap ke arah wajah Hwa-Shin. Ia mencoba memanggilnya, namun Hwa-Shin tidak menjawab. Na-Ri kemudian hendak memegang lengan Hwa-Shin. Tepat di saat hendak menyentuhnya, Hwa-Shin membuka matanya dan meminta agar Na-Ri tidak melakukan hal itu.

“Jantungku berdebar. Aku akui itu,” ucap Na-Ri. “Tapi itu tetap tidak benar.”

“Pergilah,” respon Hwa-Shin sambil memalingkan mukanya.

Saat kembali ke lantai atas, Jung-Won ternyata sudah menunggunya di ruang tengah. Ia menanyakan tanggal lahir Na-Ri karena ibunya, Kim Tae-Ra (Choi Hwa-Jung), menanyakan hal tersebut melalui sekretaris Cha (Park Sung-Hoon). Na-Ri curiga bahwa informasi tanggal lahir itu akan digunakan untuk menanyakan mengenai jodoh ke peramal, tapi Jung-Won meyakinkannya agar tidak perlu khawatir dengan hal itu.

Di Rak Villa, Bbal-Gang tiba-tiba masuk ke kamar kedua ibunya dan meminta Ja-Young untuk pergi karena sekarang ia akan tinggal bersama dengan ibunya. Untunglah, ternyata itu hanya mimpi buruk yang sedang dialami oleh Ja-Young. Tak lama Ja-Young pun terbangun dengan perasaan gelisah.

Mobil yang dibeli Na-Ri (episode 16 rasanya) akhirnya tiba. Na-Ri tiba-tiba teringat bahwa sifat asli seseorang akan muncul apabila ia menyetir. Ia pun meminta Jung-Won dan Hwa-Shin bergantian mengajarinya menyetir. Dan perbedaan keduanya jelas terlihat, dimana Jung-Won tetap bersikap tenang dan menasehatinya dengan lembut apabila ia menyetir ugal-ugalan, sementara Hwa-Shin sebaliknya, memakinya dengan emosional dan kasar.

Mr. Lee terlalu mudah marah. Jung-Won mengomel dengan cara yang baik.

Di rumah pun demikian. Jung-Won ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, sementara Hwa-Shin asyik menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Belum lagi pada saat Na-Ri sengaja mematikan listrik di rumah. Jung-Won dengan sigap menyalakan kembali sekringnya, sementara Hwa-Shin malah ketakutan dan meringkuk di atas paha Na-Ri sambil memeluknya. Na-Ri sendiri sampai bingung apakah benar Hwa-Shin tidak bisa apa-apa atau hanya berpura-pura.

Jung-Won membantu pekerjaan rumah. Apakah Mr. Lee hanya berpura-pura atau ia benar-benar tidak tahu cara memperbaiki masalah? Jung-Won bagus dalam segala hal.

Kembali, saat sedang bersama menonton acara TV, Na-Ri dan Jung-Won tertawa terbahak-bahak melihat adegan di TV. Hwa-Shin tidak berekspresi apa-apa, malah mengganti channel TV ke acara talkshow tanpa minta ijin pada yang lain. Jung-Won tersenyum sambil mengedipkan mata ke arah Na-Ri.

Aku suka fakta bahwa Jung-Won selalu tersenyum. Itu membuatku bahagia.

Tapi ternyata ada satu hal yang bisa dilakukan Hwa-Shin dengan baik, membersihkan rumah. Atau lebih tepatnya membersihkan ruangannya sendiri. Karena mengidap OCD, Hwa-Shin membersihkan kamarnya dengan cekatan, rapi, dan teliti. Na-Ri menatapnya dengan sedikit khawatir.

Gosh, akan melelahkan tinggal bersama pria yang terobsesi kebersihan. Jung-Won sudah pas.

Eksperimen Na-Ri berikutnya adalah mengajak keduanya bermain kartu. Melihat Na-Ri yang menang terus (dengan taruhan), Jung-Won memujinya. Sebaliknya, Hwa-Shin tidak mau kalah dan tidak mau berhenti sampai semua uangnya kembali.

Jung Won tahu kapan ia harus berhenti. Sudah seharusnya seorang pria bersikap seperti itu.

Na-Ri menandai kalendarnya di hari itu dengan nama Jung-Won. Ternyata sudah hampir setengah bulan hanya ada nama Jung-Won di sana.

Na-Ri nonton bioskop bersama dengan Jung-Won. Berdua mereka tertawa melihat film yang bertema komedi itu. Dengan romantis Jung-Won menyuapi popcorn dan juga minuman pada Na-Ri. Beberapa waktu kemudian ia mengajak Hwa-Shin nonton film yang sama. Sama seperti sebelumnya, Hwa-Shin hanya menatap ke layar bioskop tanpa berekspresi apa pun. Saat disuapi popcorn dan minuman oleh Na-Ri ia bahkan malah kesal karena khawatir bajunya terkena tumpahan makanan atau minuman itu. Karena bosan, Na-Ri akhirnya tertidur. Melihat Na-Ri tertidur, Hwa-Shin jadi makin kesal dan membayangkan sedang memaki-maki Na-Ri. Mulai dari menjambak rambutnya hingga melempar-lemparkan popcorn ke wajah Na-Ri. Tapi terakhir ia malah membayangkan menciumi wajah Na-Ri.

Khayalannya yang terakhir itu yang membuat Hwa-Shin jadi diam-diam berniat untuk menggenggam tangan Na-Ri. Apa daya, begitu tangan Hwa-Shin berhasil memegang tangan Na-Ri, Na-Ri justru terbangun, sehingga Hwa-Shin terpaksa menarik kembali tangannya. DI bioskop lain, dengan film komedi yang sama, Ja-Young sendirian menonton film tersebut sembari menangis.

Di rumah, Na-Ri mendatangi Hwa-Shin yang sedang membaca koran, menanyakan tentang tanggal lahirnya. Ia sontak kaget melihat Hwa-Shin yang ternyata sedang mengenakan kacamata. Karena terpesona akan ketampanannya, Na-Ri pun memintanya untuk tetap mengenakan kacamata tersebut sembari ia memandanginya.

“Mr. Lee, jangan gunakan kacamata itu di depan gadis lain. Oke? Gunakan itu hanya di depanku. Jangan dilepaskan,” pinta Na-Ri.

Hwa-Shin lantas melepas kacamata itu. Na-Ri memakaikannya kembali dan Hwa-Shin kembali melepasnya. Na-Ri lalu kembali memaksa Hwa-Shin memakai kacamata itu hingga akhirnya Hwa-Shin pun menyerah. Ia kemudian menanyakan apakah Na-Ri juga bertanya pada Jung-Won tentang tanggal lahirnya.

“Apakah kamu akan percaya apa yang dikatakan oleh peramal?” tanya Hwa-Shin. Tanpa menunggu jawaban Na-Ri, Hwa-Shin melanjutkan, “Aku tidak percaya apa yang kamu lakukan.”

Na-Ri berdalih bahwa ia akan melakukan segala cara untuk memastikan hatinya.

Direktur Oh Jong-Hwan (Kwon Hae-Hyo) dan pembawa berita Um berniat hendak minum sehabis pulang kerja. Tanpa disangka, mereka bertemu dengan Ja-Young yang sedang minum sendirian dengan galau. Ia pun memaksa keduanya untuk ikut minum bersamanya, lantas menanyakan mana yang akan mereka pilih apabila dihadapkan antara dua pilihan: dirinya dan Sung-Sook. Um, yang memang naksir Sung-Sook, sudah pasti menjawab Sung-Sook. Ternyata direktur Oh juga memilih Sung-Sook, beralasan bahwa ia wanita kuat yang bisa diandalkan. Selain itu, meski pemarah, ia tidak menyimpan dendam. Um menambahkan bahwa Sung-Sook bagus dalam kerjanya, cool, dan juga seksi, sehingga ia tidak akan bosan dengannya.

Jawaban keduanya membuat Ja-Young marah. Dengan membanting gelas di meja, ia meminta keduanya untuk pergi. Um dan direktur Oh yang sedang tertawa-tawa langsung terdiam kaku melihat sikap Ja-Young. Namun yang terjadi berikutnya adalah keduanya yang terpaksa memapah Ja-Young pulang karena ia mabuk berat.

Mereka bertiga tiba di Rak Pasta tepat di saat Pyo Chi-yeol (Kim Jung-Hyun) dan Oh Dae-Goo (An Woo-Yeon) pulang dari sekolah. Ja-Young menyambut mereka dengan ngelantur membandingkan antara hyenna dengan leopard. Um dan direktur Oh segera meminta Chi-Yeol dan Dae-Goo untuk membawa Ja-Young naik. Kedua melakukannya. Namun begitu mendengar Chi-Yeol dan Dae-Goo tidak percaya Ja-Young bisa mabuk seperti itu, Ja-Young jadi kesal dan mempertanyakan mengapa Sung-Sook wajar-wajar saja kalau mabuk sedangkan ia tidak. Ia pun melepaskan diri dari papahan keduanya lalu melangkah menaiki tangga sendiri. Baru beberapa anak tangga ia tersandung. Kim Rak segera datang dan menahannya, sembari berkata bahwa ia tidak percaya Ja-Young bisa melakukan hal seperti itu. Bertambah kesallah Ja-Young.

Saat Ja-Young tiba di lantai 1, Sung-Sook keluar dan memarahinya karena bersikap memalukan seperti itu.

“Alasan aku berada di sini adalah karena Bbal-Gang menginginkan aku,” ujar Ja-Young.

Tanpa diduga Bbal-Gang tiba-tiba muncul. Direktur Oh segera meminta Bbal-Gang untuk membawa Ja-Young masuk. Ia dan Um lalu pergi meninggalkan apartemen.

Sepeninggal mereka, Ja-Young menatap wajah Bbal-Gang lalu berkata, “Bbal-Gang, tinggallah bersamaku.”

Bbal-Gang menatap wajahnya sambil menghela nafas.

Sementara itu, Geum Soo-Jung (Park Hwan-Hee) kembali mendatangi rumah Jung-Won. Karena kebelet pipis, ia berulang kali memencet tombol bel sehingga baik Jung-Won maupun Hwa-Shin terbangun. Soo-Jung sempat berniat untuk buang air di balik semak yang ada di depan rumah Jung-Won, namun Jung-Won membukakan pintu tepat di saat ia akan melakukannya. Bergegas Soo-Jung berlari masuk ke dalam rumah. Tiba di ruang tengah, Soo-Jung menanyakan letak kamar mandi pada Hwa-Shin yang sudah mulai terbangun begitu mendengar langkah kaki Soo-Jung barusan. Hwa-Shin pun menunjukkan arahnya. Ia jadi makin penasaran begitu melihat Jung-Won berlari menyusul Soo-Jung dan memintanya untuk segera keluar. Jung-Won sendiri jadi panik begitu menyadari Hwa-Shin saat itu terbangun.

Pun begitu dengan Na-Ri, yang terbangun dan turun ke bawah. Ia langsung menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok begitu melihat ada Soo-Jung di sana. Soo-Jung, yang barusan keluar dari kamar mandi, sempat menyapa Hwa-Shin. Hwa-Shin pun memberikan sebotol air mineral kepadanya. Matanya langsung berbinar-binar menyadari Na-Ri sedang mengintip dari balik tembok. Jung-Won kembali meminta Soo-Jung pulang, tapi Soo-Jung tidak mau melakukannya sebelum ia selesai bercerita seperti ancamannya dulu. Jung-Won pun menggendongnya dan memintanya untuk bercerita di luar saja. Sebelum keluar, Hwa-Shin menghentikan mereka dan memberikan tas Soo-Jung yang tertinggal.

Sepeninggal keduanya, Na-Ri keluar dari tempat persembunyiannya lalu duduk di dipan.

“Apa yang aku lakukan di sini,” gumamnya.

“Ini salahmu sudah mengusulkan kita untuk tinggal bersama,” respon Hwa-Shin.

Hwa-Shin mengira Na-Ri bakal cemburu terhadap Soo-Jung. Nyatanya tidak. Na-Ri sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu karena baginya wajar saja orang seperti Jung-Won didatangi oleh wanita pada malam hari seperti ini. Ia lebih khawatir ketahuan kalau tinggal di sana ketimbang Soo-Jung ikut menginap di tempat Jung-Won.

“Aku lebih baik daripada seseorang yang punya hubungan ruwet, bukan?” tanya Hwa-Shin pede.

“Aku rasa ia lebih baik daripada pria yang berkali-kali menakutiku dengan menyelinap ke tempat tidurku,” jawab Na-Ri.

“Sekarang bagaimana, apa kamu takut? Hanya ada kita berdua di sini. Butuh waktu bagi Jung-Won untuk mengantarkannya pulang lalu kembali lagi,” ujar Hwa-Shin sembari mendekatkan duduknya ke arah Na-Ri.

“Aku tidak tahu kalau kamu benar-benar brengsek,” ucap Na-Ri sambil berdiri.

Hwa-Shin mengorek-ngorek kupingnya, pura-pura tidak mendengar.

“Kamu pikir dengan meniduri wanita akan menjadi akhir dari segalanya itu yang membuat kamu brengsek,” tegas Na-Ri.

“Kamu benar-benar mulai memprovokasiku sekarang,” respon Hwa-Shin.

Hwa-Shin tidak terima dan kembali membahas mengapa Na-Ri tidak cemburu pada Jung-Won. Na-Ri memastikan bahwa ia tidak cemburu, malah ia cemburu pada Hwa-Shin yang sudah memberikan air mineral serta mengambilkan tas Soo-Jung. Seperti biasa, Hwa-Shin tidak menghiraukannya dan kembali mempertanyakan bukankah seharusnya Na-ri marah pada Jung-Won.

Dengan kesal Na-Ri berkata, “Tidakkah kamu bingung antara mencintaku atau ingin meniduriku? Ketika aku menyukaimu sendiri, kamu memperlakukanku seperti kotoran. Jadi itu seperti tidak benar terasa kamu memperhatikanku. Waktu itu, kamu biasa memberiku tatapan dingin. Kamu berbicara padaku dengan penuh kebencian. Kamu bahkan mengabaikanku mempermalukanku. Itu yang aku rasakan sekarang.”

Hwa-Shin berdalih bahwa ia melakukan itu dulu karena ia menyukai Na-Ri dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Na-Ri tidak mempercayainya.

“Mungkin itu karena kamu tidak ingin kehilanganku untuk temanmu. Bukan karena kamu mencintaiku.” ujar Na-Ri. “Pikirkan tentang itu, oke?”

Saat hendak melangkah kembali ke kamarnya, Na-Ri menambahkan, “Jung-Won dapat dipercaya dan konsisten.”

“Bahkan dalam situasi seperti ini?” tanya Hwa-Shin.

“Ya,” jawab Na-Ri tegas.

Setelah mengantar Soo-Jung pulang dan mengancam akan menyebarkan rekaman CCTV kelakuan Soo-Jung yang barbar, Jung-Won pulang kembali ke rumah. Saat naik ke lantai 2, Na-Ri kebetulan keluar dari kamarnya. Jung-Won segera memeluk Na-Ri dan meminta maaf. Ia mempersilahkan Na-Ri untuk marah. Na-Ri menjawab tidak apa, hanya menanyakan apakah benar ia datang tiap malam. Jung-Won secara tidak langsung mengiyakan, mengatakan bahwa ia sudah memastikan Soo-Jung tidak akan datang lagi.

“Ia pasti sangat menyukaimu,” ujar Na-Ri.

“Tidak juga. Ia hanya menolak untuk menyerah.” jawab Jung-Won.

“Aku tahu dari pengalaman. Itu juga cinta,” balas Na-Ri.

“Ia hanya marah kepadaku, jadi ia mencoba untuk merusak kehidupan cintaku. Itu bukan apa-apa.

“Aku benar tidak apa-apa. Malah merasa lebih baik.”

“Kamu tidak cemburu?” tanya Jung-Won, sedikit tertegun.

“Aku merasa sedikit kasihan,” jawab Na-Ri.

“Apakah ini kepribadianmu atau kamu sengaja menahannya?” tanya Jung-Won. Ia lalu menggenggam tangan Na-Ri dan berkata, “Kamu bisa jujur kepadaku.”

Na-Ri mengangguk.

Esok harinya, di kantor, Hwa-Shin iseng mencoba menggunakan program kecocokan pasangan untuk dirinya dan Na-Ri. Hasilnya, mereka berdua tidak cocok dan disarankan untuk putus 😀 Ia lantas mencoba memasukkan nama Jung-Won dengan Na-Ri dan hasilnya adalah saran untuk segera menikah 😀

Saat itu Na-Ri sedang kembali ke rumah Jung-Won untuk mengambil barangnya tertinggal. Ia berpapasan dengan Jung-Won yang baru saja mandi dan keluar hanya dengan memakai handuk. Tanpa disangka, handuk Jung-Won terlepas dan bagian bawahnya terbuka. Na-Ri tertegun dan segera menutupi matanya dengan tangan. Dengan malu-malu ia pun berpamitan dan pergi meninggalkan Jung-Won, yang hanya bisa berdiri terpaku saking malunya.

Bbal-Gang akhirnya secara terang-terangan memberitahu pada yang lain, termasuk Sung-Sook dan Ja-Young, bahwa ia akan menuruti keinginan ayahnya. Ia memberikan surat wasian ayahnya pada Sung-Sook. Ja-Young sempat tidak mau melihatnya karena mengira pilihan Bbal-Gang adalah Sung-Sook. Berbeda dengan Sung-Sook yang bersemangat membacanya. Namun semangatnya langsung redup begitu tahu wasiat ayah Bbal-Gang adalah agar Bbal-Gang dirawat oleh Ja-Young. Dengan hati hancur dan tubuh lemas, Sung-Sook pun pergi meninggalkan mereka.

Ibu Hwa-Shin (Park Jung-Soo) diam-diam mendatangi stasiun TV, berniat untuk mengajak Hwa-Shin dan Hong Hye-Won (Seo Ji-Hye), yang ia kira adalah kekasih Hwa-Shin, makan bersama. Di lift ia bertemu dengan Tae-Ra dan sekretaris Cha, yang mengaku tidak sedang melakukan apa-apa di sana. Setelah ibu Hwa-Shin keluar dari lift, dengan kesal Tae-Ra berkata pada sekretaris Cha, kenapa Jung-Won tidak bisa berkencan dengan wanita baik seperti halnya Hwa-Shin berkencan dengan Hye-Won.

Tujuan Tae-Ra ternyata adalah mengajak Na-Ri makan bersama. Na-Ri sempat ragu untuk menerima ajakan itu, tapi sekretaris Cha memberi tanda dengan wajahnya agar tidak menolaknya. Meski takut, Na-Ri pun akhirnya mengiyakan. Sementara itu, Hwa-Shin mendapati ibunya sudah berada di ruang make-up bersama dengan Hye-Won. Ibunya langsung mengatakan bahwa ia akan mengajak pacar Hwa-Shin itu untuk makan bersamanya. Kebingungan menolaknya, Hwa-Shin lalu menelpon Na-Ri untuk mengajaknya makan. Na-Ri yang sudah berjalan bersama ibu Jung-Won tidak bisa melakukannya dan terpaksa menolaknya. Tidak tahu lagi harus menghindar, Hwa-Shin akhirnya dengan tegas memberitahu bahwa Hye-Won bukanlah kekasihnya. Meski Hye-Won menyukainya, namun Hwa-Shin tidak. Hye-Won kaget dan sedih mendengarnya. Namun ia mencoba menutupinya dengan senyuman dan mengatakan pada ibu Hwa-Shin, yang jadi tak enak hati, bahwa yang dikatakan Hwa-Shin benar adanya.

Di sebuah restoran, Tae-Ra mengatakan bahwa meski ia juga tidak suka, namun ia mencoba untuk lebih mengenal Na-Ri. Pertama karena menurut peramal Na-Ri memang cocok dengan Jung-Won, dan yang kedua, Jung-Won benar-benar menyukai Na-ri. Mendengarnya, Na-Ri bukannya senang, malah meminta Tae-Ra untuk mencari peramal lain karena siapa tahu ramalannya salah. Tae-Ra menjadi sedikit bingung dengan sikap Na-Ri. Tak lama kemudian Jung-Won datang. Mereka bertiga pun terlihat terlibat pembicaraan yang cukup cair.

Tanpa diduga, Hwa-Shin dan ibunya juga datang ke restoran yang sama. Bahkan mereka duduk di meja yang tidak jauh dari meja tempat Jung-Won duduk. Hwa-Shin langsung syok begitu melihat mereka. Apesnya, ibu Hwa-Shin juga melihatnya, lalu malah menghampiri dan menyapa mereka. Ia juga meminta Hwa-Shin untuk memberi salam. Baik Jung-Won dan Na-Ri menjadi tidak enak sendiri kepada Hwa-Shin. Hwa-Shin lantas mengajak ibunya pergi. Tae-Ra sempat mengajaknya untuk makan bersama, namun Hwa-Shin tidak menghiraukannya dan terus melangkah pergi dengan membawa ibunya.

Di rumah, begitu Hwa-Shin tiba, Na-Ri yang sudah menunggunya mencoba menjelaskan bahwa apa yang terjadi barusan tidak direncanakan dan terjadi begitu saja.

“Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa kepadaku,” respon Hwa-Shin, sembari mengambilnya dan pergi begitu saja.

Na-Ri terdiam terpaku di balik tembok, lalu sejurus kemudian pergi menyusul Hwa-Shin.

Di stasiun TV, Sung-Sook yang sedang jeda siaran melihat Ja-Young muncul membawakan dokumen untuk diperiksa direktur Oh. Ia menjadi emosi, mengira Ja-Young sengaja hadir di sana untuk mengejeknya. Keduanya kembali terlibat perkelahian masalah Bbal-Gang. Entah sungguhan atau hanya terbawa emosi, Sung-Sook kemudian mengancam akan membawa masalah Bbal-Gang ke ranah hukum untuk menentukan siapa yang berhak merawatnya.

“Kamu bahkan tidak peduli itu akan melukai Bbal-Gang,” ujar Ja-Young. “Bagaimana kamu bisa menyebutmu sebagai ibunya?”

“Itu benar, aku, Gye Sung-Sook, adalah ibu kandung Bbal-Gang. Hukum tidak akan membiarkanmu mengambilnya pergi dari ibu kandungnya.”

Perkelahian mereka terpaksa break karena syuting akan dimulai. Ja-Young segera meringkuk di balik meja siaran agar tidak tertangkap oleh kamera. Siaran pun dilanjutkan kembali. Setelah usai, Sung-Sook sengaja menendang Ja-Young hingga terjatuh.

Perkelahian mereka pun berlanjut kembali. Direktur Oh dan juga Um tidak bisa lagi berdiam diri. Mereka berteriak lantang dan meminta keduanya untuk berhenti.

“Jangan terlalu percaya diri hanya karena surat wasiat konyol itu,” ujar Sung-Sook, tanpa mempedulikan direktur Oh dan Um. “Joong Shin hanya meninggalkan selembar kertas tanpa nama atau alamat di atasnya. Ia bahkan tidak menandatanganinya. Itu hanyalah sampah dari sudut pandang hukum. Itu bukan yang diinginkan Bbal-Gang.”

“Kamu masih belum sadar? Itu keinginannya untuk mengikuti keputusan ayahnya. Itu yang dia inginkan!” balas Ja-Young.

Karena perdebatan makin intense, Um dan direktur Oh terpaksa menyeret keduanya pergi menjauh.

Tujuan kepergian Hwa-Shin ternyata adalah dorm di stasiun TV. Setibanya di sana, lensa kontaknya terlepas, sehingga ia mengenakan kacamatanya. Tiba-tiba direktur Oh memanggilnya, memintanya untuk datang ke ruangannya bersama dengan Hye-Won. Saat itu, Na-Ri juga tiba di stasiun TV. Ia lalu bertanya tentang keberadaan Hwa-Shin pada PD Choi Dong-Gi (Jung Sang-Hoon) yang sedang memakai masker di kamar dorm. Begitu tahu Hwa-Shin menuju ruangan direktur Oh, Na-Ri bergegas menuju ke sana.

Tak lama kemudian Hye-Won tiba di ruangan direktur Oh. Ia langsung menghampiri Hwa-Shin dan menatapnya dengan tajam.

“Aku sudah bersikap terlalu baik kepadamu. Tidakkah kamu pikir yang tadi terlalu kasar? Apakah kamu harus mempermalukanku di depan ibumu?” tanya Hye-Won.

“Jangan memprovokasiku sekarang,” respon Hwa-Shin.

“Kamu yang memprovokasiku terlebih dahulu,” balas Hye-Won.

“Harap jangan memprovokasiku,” ujar Hwa-Shin.

“Aku tidak ingin melakukan apa yang kamu katakan,” ucap Hye-Won, yang lantas mencium Hwa-Shin.

Na-Ri, dari seberangan ruangan, melihat kejadian itu dan tertegun, hingga tanpa sadar menjatuhkan tas tangan yang ia bawa.

[wp_ad_camp_1]

Preview Episode 19

Coming soon

» Sinopsis ep 19 selengkapnya

sinopsis jealousyincarnate 18

Leave a Reply