Di sinopsis Jealousy Incarnate episode sebelumnya, Ko Jung-Won (Ko Gyung-Pyo) akhirnya tahu mengenai kanker payudara yang diderita Lee Hwa-Shin (Cho Jung-Seok). Hwa-Shin sendiri harus kembali dirawat di rumah sakit karena seroma, akibat berkelahi dan kebanyakan minum alkohol. Bersama Pyo Na-Ri (Kong Hyo-Jin) mereka bertiga menghabiskan malam di kamar inap rumah sakit bersama. Tanpa diduga, Na-Ri mengajukan usul agar mereka hidup bersama saja, untuk memastikan siapa yang lebih ia sukai, sekaligus sebaliknya, memastikan apakah benar Na-Ri wanita yang mereka sukai. Apa yang kira-kira bakal terjadi di sinopsis drama korea Incarnation of Jealousy episode 17 kali ini?
Sinopsis Episode 17
Na-Ri tiba-tiba berdiri. Bergantian ia menatap Jung-Won dan Hwa-Shin. Ia lalu melangkah mendekati Jung-Won dan mencium pipinya. Hwa-Shin terbangun, kaget melihatnya. Entah darimana asalnya kilat juga tiba-tiba menyambar di luar rumah sakit.
“Hanya aku yang boleh memulai keintiman, oke?” ujar Na-Ri.
Ia ganti berjalan ke arah Hwa-Shin dan mencium pipinya. Giliran Jung-Won yang kaget dan terbangun. Lagi-lagi sambaran kilat terlihat di langit. Kali ini disusul dengan hujan yang mulai turun dengan deras.
“Hanya aku yang boleh melakukannya. Itu satu-satunya aturanku untuk tinggal bersama.”, tegas Na-Ri.
“Hey, memang kami apa, sebatang kayu?” tanya Hwa-Shin. “Hanya kamu yang bisa melakukannya?”
Na-Ri tidak menghiraukan. Ia melanjutkan kata-katanya, “Jika kamu melanggar peraturan, kamu keluar. Orang itu harus keluar.”
“Kita tinggal di rumahku,” respon Jung-Won.
“Kamu percaya diri?” sindir Hwa-Shin.
“Aku harus menahan diri,” balas Jung-Won.
“Bagaimana denganmu?” tanya Na-Ri pada Hwa-Shin.
“Jika aku menolak, kalian tidak akan tinggal bersama, kan?” tanya Hwa-Shin.
Yang lain tidak menjawab. Tak lama kemudian, Na-Ri keluar dan meminta obat penghilang sakit pada nurse Oh (Park Jin-Joo). Saat ditanya dimana sakitnya, Na-Ri menepuk-nepuk dadanya. Sementara itu, di kamar, Hwa-Shin merasa bahwa Na-Ri berniat untuk memutuskan dirinya dan Jung-Won. Jung-Won mengamininya, mengatakan bahwa Na-Ri memang berniat move on dan mengakhiri hubungan dengan mereka untuk selamanya.
“Pasti itu mengganggunya karena kita teman,” ujar Jung-Won, “karena siapapun yang ia pilih, ia akan memutuskan persahabatan kita.”
“Siapa yang tinggal dengan orang lain hanya untuk putus dengannya? Itu gila.” respon Hwa-Shin.
“Mengatakan bahwa kita bertiga seharusnya tinggal bersama saja sudah gila,” tambah Jung-Won. “Apa yang masuk akal sekarang? Ayo tidak usah kita lakukan.”
“Ayo kita lakukan,” ujar Hwa-Shin. “Aku tidak bisa membiarkan seseseorang yang ingin putus. Tidak akan. Ia tidak akan mengencani salah satu dari kita. Ia akan berkata, setelah tinggal bersama, ia tidak menyukai seorang pun dari kita. Ia sudah menetapkan hatinya.”
“Kalau begitu ayo kita lakukan. Kita lakukan apapun yang ia inginkan. Ayo kita lakukan untuknya. Awalnya mungkin seperti yang ia inginkan, tapi tidak masalah selama akhirnya berbeda.”
Nurse Oh membawakan obat bagi Na-Ri, yang langsung ia minum tanpa basa-basi.
“Kamu punya gangguan percernaan?” tanya nurse Oh.
“Aku rasa begitu,” jawab Na-Ri. “Aku pikir aku berkata aku akan memakan sesuatu yang aku tidak bisa.”
“Apakah itu lezat?” tanya nurse Oh lagi.
“Itu cara tercepat untuk mengakhirinya,” jawab Na-Ri. “Itu cara tercepat bagi kita semua untuk memutuskan. Aku akan berusaha sebaik mungkin.”
Malam berlalu. Hwa-Shin terbangun di pagi hari, mendapati Na-Ri tertidur di sisinya, sementara Jung-Won sudah tidak ada di tempat. Perlahan Hwa-Shin menggerakkan tangannya, hendak menyentuh wajah Na-Ri. Tiba-tiba Jung-Won datang dan memintanya berhenti sembari memegang tangan Hwa-Shin. Jung-Won mengingatkan bahwa Na-Ri meminta tidak ada sentuhan.
“Aku akan menikah dalam waktu 1 bulan lagi,” ucap Jung-Won pede.
“Aku akan menyelesaikannya dalam waktu 10 hari,” balas Hwa-Shin tidak mau kalah.
Beberapa waktu kemudian dokter Geum Suk-Ho (Bae Hye-Sun) datang dan memberitahu Hwa-Shin bahwa ia bisa pulang hari ini. Walau demikian, ia baru bisa menggerakan tangannya besok.
Di kantor, direktur Oh Jong-Hwan (Kwon Hae-Hyo) mengajak salah satu dari Kye Sung-Sook (Lee Mi-Sook) dan Bang Ja-Young (Park Ji-Young) yang sedang berada di lift bersamanya untuk nonton bioskop. Mereka menolak karena direktur Oh hanya mengajak salah satu dari mereka. Setelah mereka berdua keluar dari lift, giliran pembawa berita Um (partner baca berita Sung-Sook) yang masuk. Direktur Oh lantas memberikan kedua tiket bioskop yang ia miliki kepadanya.
Na-Ri menjemput Hwa-Shin di rumah sakit. Sembari bersiap-siap, Hwa-Shin mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak setuju mereka harus tinggal bersama bertiga. Ia pun menyatakan akan menyelesaikannya dalam waktu 10 hari. Siangnya, Na-Ri berbelanja keperluan mereka beritga bersama dengan Jung-Won. Saat Na-Ri mengambil persediaan tisu toilet selama 1 bulan, Jung-won menambah persediaan untuk 1 bulan lagi.
“Jangan beli hanya untuk satu bulan,” ujar Jung-Won, “Mungkin saja kamu akan terus tinggal di sana untuk seterusnya.”
Usai shopping Jung-Won mengajak Na-Ri mampir ke butiknya untuk ngeteh. Ternyata sudah ada ibu Jung-Won, Kim Tae-Ra (Choi Hwa-Jung), di sana. Jung-Won tidak kaget melihatnya, dan sepertinya memang sengaja membawa Na-Ri di saat ibunya berada di sana. Dengan tenang ia lalu mengatakan pada ibunya bahwa ia akan menikahi Na-Ri. Ia lantas merangkul dan mencium pipi Na-Ri, tepat di hadapan ibunya, yang hanya melihat tanpa berkata apa-apa.
“Aku tidak akan menyerah untuk urusan pernikahanku. Tidak kepadamu, tidak juga ke temanku.” ujar Jung-Won. Ia lalu menoleh ke arah Na-Ri yang masih terbengong sedari tadi dan berkata, “Maukah kau menikahiku?”
Tak lama kemudian Na-Ri pergi meninggalkan butik Jung-Won dengan kesal karena tindakannya yang barusan. Jung-Won tidak terlalu pusing menanggapinya, malah mengatainya seram apabila sedang marah. Ia lalu memberikan kartu kreditnya pada Na-Ri, beralasan ia senang apabila kekasihnya menghabiskan uangnya untuk berbelanja. Na-Ri menolaknya. Jung-WOn kembali menyerahkan kartu kredit tersebut karena ia ingin tahu kebiasaan belanja kekasihnya. Na-Ri kali ini menerimanya, namun beberapa langkah kemudian melemparkannya ke tempat sampah. Sekretaris Cha (Park Sung-Hoon) yang sedari tadi mengikuti mereka langsung buru-buru mengambilnya.
Saat sedang bersiap untuk sesi siaran, Um mendatangi Sung-Sook dan mengajaknya nonton bioskop (dengan tiket pemberian direktur Oh). Sung-Sook heran kenapa hari ini semua orang terobsesi untuk nonton film. Ia lalu mengambil tiket tersebut dan melihat judul filmnya, ‘Will You Stand By My Side’.
Pagi harinya, Na-Ri menyiapkan makanan untuk beberapa hari bagi Pyo Chi-Yeol (Kim Jung-Hyun) sembari meninggalkan pesan bahwa ia akan tinggal di studio selama beberapa hari dan akan kembali menjenguknya setiap akhir pekan. Setibanya di stasiun TV untuk sesi acara berita pagi, rekan baca beritanya, Park, datang mepet waktu siaran dengan baju yang kurang rapi. Um melihatnya dengan kesal. Na-Ri mencoba mengingatkannya akan hal itu, namun Park justru berbalik memarahinya, menganggap Na-Ri sebagai pegawai kontrak berlaku tidak sopan kepadanya yang sudah menjadi senior. Giliran Hwa-Shin yang melihatnya yang menjadi kesal dengan Park.
Di meja kerjanya, Hwa-Shin mendapati sebuah surat undangan pernikahan yang berasal dari Oh Soo-Young (Ko Sung-Hee), mantan pacarnya. Sung-Sook tiba-tiba merebut surat undangan tersebut dari belakang dan membacanya. Ia pun kaget melihat surat tersebut berasal dari Soo-Young.
“Kenapa wanita mengirimkan mantan pacarnya undangan pernikahan?” tanya Hwa-Shin heran.
“Aku akan menikah. Kamu kecewa?” jawab Sung-Sook.
Jung-Won ternyata mendapatkan surat undangan yang sama.
“Kenapa wanita mengirimkan mantan pacarnya undangan pernikahan?” tanya Jung-Won pada sekretaris Cha.
“Aku akan menikah, brengsek” jawab sekretaris Cha.
Usai waktu kantor, Hwa-Shin sudah menunggu Na-Ri untuk berangkat bersama ke rumah Jung-Won. Begitu masuk di dalam mobil, Hwa-Shin menanyakan apakah Park bersikap kurang ajar terhadapnya. Na-Ri menjawab tidak.
“Katakan padaku jika ia kurang ajar terhadapmu atau kasar terhadapmu.” ujar Hwa-Shin. “Sudah siap? Ayo kita berangkat ke tempat penyiksaan!”
Na-Ri sempat mengungkapkan kekhawatirannya apabila orang-orang tahu ada wanita tinggal bersama dua orang pria. Hwa-Shin menjawab bahwa itu tidak lebih menganggu daripada seorang pria yang terkena kanker payudara.
“Kita bertiga dalam siksaan… selama 1 bulan… aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak akan. Ayo kita akhiri ini secepatnya.” gumam Hwa-Shin.
“Aku setuju,” jawab Na-Ri.
Tak lama mereka pun tiba di rumah Jung-Won. Jung-Won lantas memberitahu bahwa ia punya tiga kamar, dua di lantai atas dan satu di bawah. Masalahnya, yang ada di bawah berkonsep open space alias terbuka, sehingga tidak ada privasi. Jung-Won pun memutuskan bahwa ia dan Na-Ri akan tinggal di kamar atas, sementara Hwa-Shin tinggal di bawah. Hwa-Shin tidak terima dan meminta Na-Ri saja yang memutuskan siapa yang akan tinggal di lantai dua bersamanya. Na-Ri kesal mendengar mereka berdua belum apa-apa sudah berkelahi dan melangkah pergi. Seperti biasa, Hwa-Shin seolah tidak menghiraukan omelan Na-Ri dan kembali memintanya untuk memutuskan.
Muncul adegan flashback. Saat sama-sama bersekolah di SMA, Hwa-Shin dan Jung-Won ternyata pernah sama-sama menyukai Soo-Young. Mereka pun meminta Soo-Young untuk memilih, antara topi baseball dan kacamata. Setelah berpikir, Soo-Young memutuskan untuk memilih topi baseball, mengira itu adalah milik Hwa-Shin. Dengan bangga Jung-Won lalu berdiri dan mengambil topi tersebut, lalu mengajak Soo-Young untuk pergi meninggalkan mereka. Soo-Young yang memang lebih menyukai Hwa-Shin tidak menutupi hal itu. Karena tahu mitos bahwa ciuman pertama yang dilakukan di hari pertama musim salju akan mewujudkan cinta pertama, ia bahkan mendatangi Hwa-Shin dan secara tidak langsung memintanya untuk menciumnya. Hwa-Shin sejenak sempat ragu, namun ia kemudian mencium Soo-Young.
Kembali ke masa sekarang. Jung-Won dan Hwa-Shin meminta Na-Ri untuk memilih di antara topi baseball dan kacamata. Dan pilihan Na-Ri ternyata sam adengan Soo-Young, topi baseball. Dengan penuh kemenangan Jung-Won mengenakan topi tersebut dan memastikan Hwa-Shin bakal tidur di bawah. Dengan heran Na-Ri mengatakan bahwa ia tidak tahu jika Hwa-Shin mengenakan kacamata. Dengan kesal Hwa-Shin menjawab bahwa ia sudah sering mengenakannya di stasiun TV saat melakukan editing.
Jung-Won lantas mengajak Na-Ri untuk naik ke lantai atas, meningglkan Hwa-Shin yang kesal karena harus tidur di tempat terbuka seperti itu. Saking kesalnya, Hwa-Shin berniat untuk membalikkan meja. Namun ternyata meja itu cukup berat sehingga ia mengurungkan niatnya.
Di kamarnya, Na-Ri terdiam sambil memeluk bantal, tampak masih belum terbiasa dengan keadaan di rumah itu. Tak lama kemudian Jung-Won mendatangi kamarnya. Hanya berdiri di depan pintu, Jung-Won mencoba menenangkan Na-Ri yang masih merasa canggung karena ini hari pertamanya di sana.
Na-Ri tersenyum lalu bertanya, “Apakah kamu benar bisa menikahiku?”
“Kamu meragukanku?”
“Kamu sepertinya takut dengan ibumu?”
“Kamu memancingku?”
“Kamu sepertinya akan mendengarkan ibumu.” ujar Na-Ri. Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, “Jika kita menikah, aku berharap aku bisa hanya mengambilmu. Tidak uangmu atau keluargamu. Hanya kamu.”
“Apakah itu berarti kamu lebih suka aku daripada Hwa-Shin?” tanya Jung-Won.
Na-Ri tidak menjawabnya. Tak lama kemudian, Jung-Won ngobrol bersama Hwa-Shin di ruang tengah. Mereka membahas mengenai surat undangan dari Soo-Young. Jung-Won tidak berniat untuk datang, namun Hwa-Shin sebaliknya. Ia bahkan berniat untuk membawa Na-Ri ikut dengannya dan menanyakan langsung pada Soo-Young siapa yang lebih ia sukai, dirinya atau Jung-Won.
“Tidakkah itu akan berarti bagi Na-Ri untuk mendengar jawaban dari seseorang yang pernah berkencan dengan kita 20 tahun lalu” ujar Hwa-Shin pede. “Itu akan menghemat waktu Na-Ri.”
“Jangan bersikap bodoh dan tidurlah,” respon Jung-WOn sambil tertawa.
“Kita bertiga sudah melakukan hal bodoh,” balas Hwa-Shin.
Kim Rak (Lee Sung-Jae) meminta Lee Bbal-Gang (Mun Ka-Young) untuk menemuinya di restoran. Kim Rak akhirnya memberikan wasiat dari ayah Bbal-Gang kepadanya. Ia meminta Bbal-Gang untuk memutuskan sendiri jika perlu karena bagi Kim Rak keduanya ibunya cukup memenuhi syarat. Saat sedang galau memikirkannya, Sung-Sook masuk ke kamar Bbal-Gang dan mengajaknya nonton bareng (dengan tiket yang diberikan oleh Um). Bbal-Gang melihat judul film tersebut lalu menerimanya dan berjanji akan datang. Sung-Sook langsung kaget sendiri mendengarnya. Keluar dari kamar Bbal-Gang, Sung-Sook nyaris bertabrakan dengan Ja Young, yang sepertinya mulai iri melihat kedekatan Sung-Sook dengan Bbal-Gang.
Di stasiun TV, Park kembali membuat ulah dengan meminta Na-Ri untuk mengambilkan kopi untuknya. Na-Ri sempat menolak karena sesi berita sudah hampir dimulai, namun Park memaksanya, sehingga Na-Ri terpaksa melakukannya. Alih-alih membawakan kopi, Na-Ri sengaja membawakan segelas air, yang baginya akan lebih baik jika diminum sebelum siaran ketimbang kopi. Park pun memarahinya karena tidak membawakan yang ia minta. Hwa-Shin yang melihatnya menjadi kesal dan perlahan berjalan menghampiri mereka berdua. Um sempat khawatir Hwa-Shin akan melakukan sesuatu, namun ternyata Hwa-Shin hanya memberikan gelas kopi miliknya pada Park lalu kembali lagi ke tempatnya. Saat melangkah pergi, ia mendengar Park mengambil alih semua bagian komentar Na-Ri akan ia terlihat lebih menonjol. Dengan berat hati Na-Ri mengiyakan, namun usai bertugas ia menangis sendiri di dalam toilet melampiaskan perasaannya.
Usai membacakan berita bersama Hong Hye-Won (Seo Ji-Hye), Hwa-Shin menanyakan apakah Park sebelumnya juga bersikap kurang ajar terhadap Hye-Won. Hye-Won tidak menjawab, hanya menatapnya. Hwa-Shin pun membatalkan pertanyaannya dan beranjak dari kursinya. Sembari berjalan menuju parkiran, ia menerima telpon dari ibunya (Park Jung-Soo), yang menanyakan mengenai rekan baca beritanya yang terlihat cantik. Ia meminta agar Hwa-Shin pedekate dengannya, namun Hwa-Shin menolak dan berbalik memintanya untuk menunggu sebentar karena 10 hari lagi ia akan datang bersama kekasihnya.
Saat hendak masuk mobil, Hwa-Shin sempat melihat Hye-Won yang sedang berciuman dengan seorang pria di mobilnya. Hye-Won tetap tenang meski tahu bahwa Hwa-Shin melihatnya. Bahkan kemudian ia menghentikan mobilnya di depan mobil Hwa-Shin, lalu membuka kaca mobilnya.
“Kenapa melihatku seperti itu? Aku masih belum menyerah untuk mendapatkanmu. Sampai jumpa besok,” ujar Hye-Won sembari memberi ciuman jauh.
Hwa-Shin jadi salah tingkah sendiri mendengarnya.
Sung-Sook tiba di bioskop sesaat setelah film dimulai. Berharap Bbal-Gang sudah menunggunya, ia kaget karena yang ia temui adalah Kim Rak. Namun demikian, ia tetap duduk di sampingnya dan menonton film bersamanya. Di tengah-tengah film, melihat Sung-Sook yang terharu dengan cerita di film tersebut, Kim Rak memberikan saputangannya lalu memeluk Sung-Sook. Sung-Sook pun kaget menerima pelukan itu karena mengira Kim Rak tidak mau melakukannya.
“Kamu bisa memeluk?” tanya Sung-Sook.
Kim Rak hanya terdiam.
Hwa-Shin tiba di rumah Jung-Won dan tanpa basa-basi langsung masuk ke kamar Na-Ri. Ia mendekat ke arah Na-Ri, yang ketakutan melihatnya, lalu kembali menanyakan apakah Park berlaku kasar terhadapnya. Na-Ri kembali menjawab tidak. Kesal dengan jawaban Na-Ri, Hwa-Shin lalu naik ke tempat tidur Na-Ri dan berbaring di sampingnya, tanpa mempedulikan Na-Ri yang berusaha mencegahnya. Tidak itu saja, ia bahkan memeluk Na-Ri lalu merebahkan kepala Na-Ri ke pundaknya.
“Dasar si brengsek itu. Jika ia memintamu untuk pergi minum, jangan pergi.” ujar Hwa-Shin dengan kesal. “Jangan pergi kalau ia memintamu makan bersamanya juga. Jangan membuat kontak mata dengannya saat membacakan berita.”
“Jangan khawatir,” jawab Na-Ri, “Aku bisa mengatasinya.”
“Aku ingin kamu bersamaku… Tidurlah denganku malam ini, lalu kita packing barang-barang kita dan kabur dari tempat penyiksaan ini”, pinta Hwa-Shin.
Na-Ri menggeleng-gelengkan kepalanya. Hwa-Shin salah paham dan mengira Na-Ri setuju dengannya. Ia berujar, “Aku mengerti”.
“Mr. Lee…” ujar Na-Ri, “Berhenti menggangguku dan keluarlah. Bukan Mr. Park yang mengganggumu, tapi kamu.”
“Tidak, itu tidak benar,” ujar Hwa-Shin sembari kembali memeluk Na-Ri.
“Itu benar, oke?” respon Na-Ri, sembari mendorong Hwa-Shin pergi.
Hwa-Shin kembali memaksanya untuk menerimanya tidur bersamanya dengan alasan di lantai bawah terlalu dingin. Ia pun meminta Na-Ri untuk mencobanya sendiri jika tidak percaya. Na-Ri mengiyakan. Dengan bersemangat Hwa-Shin mengajak Na-Ri keluar dan mengikutinya turun ke bawah, namun begitu Hwa-Shin keluar, Na-Ri segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
Sementara itu, usai nonton bioskop, Kim Rak makan ramen bersama dengan Sung-Sook. Sung-sook yakin bahwa Bbal-Gang sengaja mengatur agar mereka nonton bersama karena itu adalah film romantis dan Bbal-Gang lebih menganggapnya sebagai ibunya.
“Aku yakin Bbal-Gang akan segera memintaku untuk tinggal bersamanya,” ucap Sung-Sook dengan penuh keyakinan.
Kim Rak hanya terdiam, terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Geum Soo-Jung (Park Hwan-Hee) tiba-tiba datang ke rumah Jung-Won dalam keadaan mabuk. Ia kembali bercerita tentang bagaimana Na-Ri menyukai Hwa-Shin sesuai dengan ancamannya sebelumnya. Jung-Won yang khawatir Soo-Jung tahu ia kini tinggal bersama Na-Ri dan Hwa-Shin berusaha untuk mengusirnya. Namun Soo-Jung kemudian berkata bahwa ia tahu dulu selama di Amerika Jung-Won sering berpesta bersama teman-temannya. Jung-Won jadi terdiam mendengar ucapan Soo-Jung tersebut.
Hari pun berganti. Di kantor, Hwa-Shin mengajak Na-Ri untuk pergi makan siang. Ternyata diam-diam ia membawanya ke resepsi pernikahan Soo-Young. Hwa-Shin lalu masuk ke ruang tempat Soo-Young bersiap. Setelah mengenalkan Na-Ri, tanpa basa-basi Hwa-Shin menanyakan siapa yang dulu lebih disukainya, dirinya atau Jung-Won. Ia pun syok begitu Soo-Young menjawab Jung-Won.
Na-Ri tersenyum mendengarnya. Ia lalu menanyakan mengapa dulu Soo-Young putus dengan Jung-Won.
“Ia adalah anak yang baik. Ia anak yang baik dan kemungkinan selamanya akan seperti itu. Karena ini di antara wanita, kamu pasti tahu bahwa anak yang baik…”
Belum sempat Soo-Young menyelesaikan kalimatnya, Hwa-Shin sudah memotong dan berkata, “Aku bukan anak yang baik.”
“Lalu kenapa kamu putus dengannya?” tanya Na-Ri lagi, kali ini yang ia maksud adalah Hwa-Shin.
Tanpa diduga, seperti sedang mengeluarkan uneg-unegnya, Soo-Young memberikan sederet alasan. Mulai dari Hwa-Shin yang egois, keras kepala, suka ngomel, OCD, tidak bisa dikontrol, pencemburu, juga mencampakkannya begitu saja saat diminta pergi wajib militer. Na-Ri senyum-senyum sendiri mendengarnya, sambil sesekali menoleh ke arah Hwa-Shin dengan tatapan yang seolah berkata bahwa ia setuju dengan semua alasan Soo-Young. Hwa-Shin sendiri hanya bisa terdiam menahan malu. Dengan usil Na-Ri menanyakan apakah Hwa-Shin ingin berfoto bersama Soo-Young, yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Hwa-Shin.
Esok harinya, Jung-Won membuatkan sarapan bagi mereka bertiga. Na-Ri cukup senang dengan rasanya. Tak lama Hwa-Shin pun bergabung dengan mereka di meja makan. Jung-Won lalu menanyakan jawaban Soo-Young saat Hwa-Shin bertanya kepadanya. Hwa-Shin pura-pura cuek untuk membuang malu.
“Dia bilang itu aku, bukan?” tanya Jung-Won. “Kamu pasti pria satu-satunya di dunia yang pergi ke pernikahan mantan pacarnya karena diundang.”
Hwa-Shin tetap berusaha cuek, sementara Na-Ri tersenyum mendengarnya.
“Kamu akan segera mendapat undangan lagi. Aku akan mengirimkan satu yang bertuliskan ‘Ko Jung Won dan Pyo Na Ri’. Kamu harus datang. Kamu kan pergi ke pernikahan Soo-Young, jadi kamu pasti datang ke pernikahanku.”, ujar Jung-Won.
Sementara itu, di Rak Pasta, Kim Rak yang sudah menyadari maksud Bbal-Gang mengaturnya agar menemani Sung-Sook nonton mengkonfirmasi hal tersebut ke Bbal-Gang. Bbal-Gang tidak membantah. Ia beralasan bahwa ia selalu mendengarkan ayahnya, termasuk untuk urusan surat wasiat dimana ayahnya menyerahkan Bbal-Gang pada Ja-Young, sedangkan ia juga tidak ingin Sung-Sook merasa sendiri.
Sung-sook yang tidak menyadarinya, dengan bahagia menempelkan tiket bioskop di bukunya, dan membuat sebuah tulisan di bawahnya.
Hadiah pertama dari putriku
Saat sung-Sook keluar dari kamar, Ja-Young tidak sengaja melihat lembaran buku tersebut. Ia pun merasa sedih membacanya.
Di kantor, mendekati jam pulang, Hwa-Shin menanyakan keberadaan Na-Ri, yang dijawab bahwa ia sedang ada acara minum bersama timnya. Hwa-Shin yang tidak percaya menanyakan hal tersebut pada PD Choi Dong-Gi (Jung Sang-Hoon) yang kebetulan berpapasan dengannya. Dong-GI ternyata tidak mengetahui tentang hal itu. Saat menelpon Park, jawaban Park idem dengan Na-Ri, bahwa ia sedang ada acara minum bersama tim. Khawatir terjadi sesuatu pada Na-ri, yang memang saat itu sedang berada di samping Park dan hanya berduaan saja, Hwa-Shin bergegas mencarinya dari satu tempat minum ke tempat minum lainnya.
Beberapa saat kemudian, Park yang sudah mulai mabuk meminta Na-Ri untuk bernyanyi. Dengan bersemangat Na-Ri pun mulai menyiapkan lagu untuk ia nyanyikan. Apalagi kalau bukan lagu “Wrongful Encounter“. Mereka juga ternyata sudah tidak lagi sendiri, ada beberapa orang rekan kerja mereka di sana. Begitu mengetahui Na-Ri akan bernyanyi, yang lain pun menyambut dengan gembira dan mulai bergoyang liar.
Park kemudian pergi ke kamar kecil untuk buang air kecil. Saat menuju toilet, Hwa-Shin melihatnya. Ia segera menyusul Park dan tanpa basa-basi memukulnya. Tanpa memberi kesempatan bagi Park untuk berbicara, Hwa-Shin langsung memarahinya karena selama ini telah memperlakukan Na-Ri dengan kasar dan seenaknya. Ia mengancam akan membunuhnya apabila Park sampai mengajak rekan kerjanya makan di luar lagi. Ia pun pergi begitu saja meninggalkan Park yang masih kebingungan dengan apa yang barusan terjadi padanya.
Begitu masuk ruangan, giliran Hwa-Shin yang dibuat kaget, melihat Na-Ri sedang asyik bernyanyi, sementara rekan-rekan kerjanya yang lain menari di meja. Saat tahu Hwa-Shin datang, Na-Ri segera memanggilnya dan memintanya untuk bergabung. Begitu pula dengan karyawan yang lain.
Na-Ri pulang bersama Hwa-Shin dalam keadaan mabuk. Ia sempat ‘mampir’ ke kamar tidur Hwa-Shin dan merebahkan tubuhnya di sana. Hwa-Shin lantas memintanya untuk naik ke kamarnya. Sambil bangun, Na-Ri bercerita bahwa ia sudah tahu mengenai niat buruk Park, sehingga diam-diam ia juga mengundang rekan-rekan kerja yang lain untuk datang. Sambil tertawa Na-Ri berkata bahwa malam ini Park pasti sedang menghabiskan banyak uang malam ini (untuk membayari yang lainnya).
Hwa-Shin mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya, lalu menggendong Na-Ri menuju ke kamarnya. Setelah membaringkan Na-Ri di tempat tidur, Hwa-Shin membuka jasnya dan berniat untuk keluar dari kamar.
“Mr. Lee.. kamu terlihat tampan hari ini,” ujar Na-Ri.
“Itu karena kamu sedang mabuk.”
“Tentang apa yang dikatakan Soo-Young sebelumnya, aku punya feeling kalau ia lebih menyukaimu ketimbang Jung-Won.”
“Dia bilang dia lebih suka Jung-Won,” ucap Hwa-shin tak percaya.
Na-Ri menggelengkan kepalanya. Ia berkata, “Aku rasa tidak demikian. Aku tidak percaya. Ia menyukaimu lebih banyak.”
Hwa-Shin kemudian menawarkan untuk membukakan kaos kaki Na-Ri. Na-Ri mengiyakan.
“Ia tahu banyak tentang kamu dan masih mengingat semuanya. Ia masih marah terhadapmu. Itu seolah ia masih punya perasaan terhadapmu. Ia bahkan membayangkan apa jadinya jika ia menikah denganmu,” jelas Na-Ri.
Bukannya mendengarkan penjelasan Na-Ri, Hwa-Shin malah memperhatikan kaki Na-Ri yang sedang bergoyang-goyang manja.
“Kamu punya kaki yang bagus,” gumam Hwa-Shin.
Na-Ri tidak mendengarnya dan terus melanjutkan penjelasannya. “Ia berbohong. Karena kamu mencampakkannya saat bergabung dengan militer, ia masih marah terhadapmu. Dilihat dari sudut pandang wanita, ia lebih menyukaimu.”
Hwa-Shin kembali meminta Na-Ri untuk segera tidur. Tanpa diduga, Na-ri memintanya untuk menemaninya. Hwa-Shin menolak, merasa Na-Ri akan jijik kepadanya di pagi hari nanti jika ia melakukannya. Na-Ri pun mengklarifikasi bahwa ia hanya ingin Hwa-Shin menemaninya, tidak tidur dengannya.
“Kamu kejam sekali,” respon Hwa-Shin.
Na-Ri tertawa lalu bangkit dari tidurnya. Ia mengajukan satu permintaan pada Hwa-Shin. Hwa-Shin duduk di samping Na-Ri, penasaran akan permintaan Na-Ri. Ternyata Na-Ri memintanya untuk memakai kacamatanya. Hwa-Shin menolak lalu pergi keluar kamar Na-Ri.
Sesaat kemudian tiba-tiba Hwa-Shin masuk kembali dan langsung tidur di samping Na-Ri. Na-Ri pun kaget dan memintanya untuk keluar. Hwa-Shin beralasan bahwa ia tidak akan melakukan apa-apa, hanya akan tidur di sampingnya. Na-Ri akhirnya memperbolehkannya.
“Rasanya nyaman,” ujar Na-Ri sambil membelai lengan Hwa-Shin. “Aku merasa pusing dan berada di sampingmu membuatku merasa hangat. Semua hal buruk yang terjadi hari ini terlihat jauh sekarang.”
Hwa-Shin memiringkan tubuhnya, menghadap ke arah Na-Ri.
“Apakah kamu memukuli Mr. Park dengan parah?” tanya Na-Ri.
“Aku hampir membunuhnya.”, jawab Hwa-Shin.
“Kenapa kamu menyukai Soo-Young?”
“Aku tidak tahu”
“Apakah kamu pernah tidur dengannya?”
“Aku tidak tahu”
“Bagaimana bisa kamu tidak tahu?” tanya Na-Ri gemas.
“Aku hanya tidak tahu,” jawab Hwa-Shin.
Karena mulai mengantuk, Na-Ri minta Hwa-Shin untuk pergi dan tidur di kamarnya sendiri. Hwa-Shin menjawab bahwa ia akan pergi setelah Na-Ri tertidur. Tiba-tiba Na-Ri menyanakan mengenai seroma Hwa-shin dan ingin melihatnya. Hwa-shin menolaknya, memastikan bahwa ia sudah baik-baik saja.
“Jangan minum,” pesan Na-Ri.
“Oke”
“Jangan merokok”
“Oke”
“Jangan makan produk-produk susu”
“Oke”
“Aku akan membunuh diriku sendiri jika terjadi sesuatu padamu,” ancam Na-Ri.
Hwa-Shin mendekatkan wajahnya ke arah Na-Ri.
“Kamu yakin?” tanyanya.
“Ya”
“Kamu ingin menyiksaku seperti ini?” tanya Hwa-Shin lagi. “Tidurlah denganku. Tidurlah denganku.”
Tanpa menunggu jawaban Na-Ri, Hwa-Shin mengangkat wajahnya lalu membelai rambut Na-Ri. Sambil memegang dagu Na-Ri, perlahan ia mendekatkan wajahnya ke arah Na-Ri, berniat untuk menciumnya.
[wp_ad_camp_1]
desy
gamsahamida… makin penasaran sama kisah selanjutnya.