Sinopsis Detention Episode 3 & 4 (Netflix, 2020)

Di cerita sebelumnya, Liu Yun-Hsiang yang baru saja pindah ke Greenwood High School tanpa sengaja melihat seorang siswi bunuh diri di bekas bangunan sekolah yang sudah terbengkalai. Bangunan tersebut ternyata dihuni oleh hantu arwah Fang Jui-Hsin dan kini Yun-Hsiang berteman dengannya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Sinopsis Detention Episode 3 (S1E3) “You Are Me, I Am You”

Menuruti ajakan Shen Hua, Yun-Hsiang mulai mengikuti kegiatan klub puisi Lanyi Poetri Club. Sebagian anggotanya ternyata yang kemarin melakukan ritual di bangunan Hancui sehingga tidak butuh waktu lama bagi Yun-Hsiang untuk beradaptasi. Shen Huang lalu menunjukkan poster kontes puisi nasional dan meminta mereka semua untuk berpartisipasi.

Saat Yun-Hsiang dan rekan-rekannya keluar dari ruang klub, Wen-Liang yang kebetulan melihat mereka dari kejauhan terlihat curiga dengan perubahan Yun-Hsiang.

Jui-Hsin mengikuti Yun-Hsiang pulang ke rumah. Rupanya dulu Jui-Hsin juga tinggal di sana. Ia menunjukkan barang-barang berharga miliknya pada Yun-Hsiang. Seperti buku harian, kumpulan foto, dan sebagainya. Tidak itu saja, belakangan terungkap bahwa kisah hidup Jui-Hsin di masa lalu (sebelum ia meninggal) ternyata nyaris sama persis dengan Yun-Hsiang. Mulai dari orang tua mereka yang tidak akur, ketertarikan pada puisi, hingga sama-sama jatuh cinta pada guru mereka sendiri.

Wen-Liang menghampiri Yun-Hsiang dan meminta agar Yun-Hsiang mau datang ke kuilnya untuk dibersihkan. Tak lupa ia memberikan jimat baru pada Yun-Hsiang. Wen-Liang yakin sekali jika Yun-Hsiang sudah ketempelan hantu. Dengan halus Yun-Hsiang menolak dan meyakinkan Wen-Liang bahwa ia tidak apa-apa.

Seperti biasanya, Wen-Liang mengantarkan makanan untuk pamannya, Wei. Kebetulan kali ini Wei tengah berada di sebuah makam. Wen-Liang curhat bagaimana caranya menghadapi teman wanita yang awalnya perhatian lalu tiba-tiba berubah jadi cuek. Wei tidak mempedulikannya. Di saat itu Wen-Liang baru memperhatikan nama yang tertulis di batu nisan, Fang Jui-Hsin.

Saat jam istirahat, Yun-Hsiang mencoba menulis beberapa baris kata untuk puisinya. Kuo-Feng tiba-tiba muncul di belakangnya. Ia menganggap apa yang dilakukan Yun-Hsiang sudah melanggar peraturan sekolah. Ketika Yun-Hsiang tengah dihukum, Shen Hua datang dan membelanya. Ia pun beradu argumen dengan Kuo-Feng. Tak lama giliran kepala sekolah, sekaligus ayah Shen Hua, yang datang. Ia menengahi keduanya dan membiarkan Shen Hua pergi bersama Yun-Hsiang.

Di luar, setelah membaca tulisan Yun-Hsiang, Shen Hua berjanji akan membuatkan surat ijin agar nanti Yun-Hsiang bisa melanjutkan penulisan puisinya di perpustakaan. Yun-Hsiang tersenyum senang mendengarnya.

Shen Hua menunjukkan rancangan modernisasi Greenwood High School yang sudah ia buat pada ayahnya. Tak butuh waktu lama bagi ayahnya untuk menolaknya mentah-mentah. Alih-alih, ia minta agar Shen Hua makan malam bersama Li Fen, putri konselir Li, dan menjalin hubungan baik dengannya. Ia juga mengingatkan bahwa Shen Hua bukanlah apa-apa jika tidak campur tangan darinya selama ini.

Malam harinya, saat tengah makan malam bersama Li Fen, salah seorang teman konselir Li datang dan mengajak Li Fen berkenalan dengan rekan-rekannya. Momen tersebut dimanfaatkan oleh Shen Hua untuk kabur.

Yun-Hsiang menulis puisi dengan ditemani oleh Shen Hua. Melihat Yun-Hsiang yang kelelahan berpikir, Shen Hua berinisiatif memijat punggungnya. Yun-Hsiang jadi senang sekaligus canggung. Aksi mereka hampir saja ketahuan oleh Kuo-Feng yang sedang berpatroli.

Perhatian yang diberikan Shen Hua pada Yun-Hsiang ternyata tidak jauh berbeda dengan yang dulu dialami oleh Jui-Hsin dan seorang guru di sekolah. Guru tersebut sangat perhatian pada bakat menulis Jui-Hsin. Hubungan mereka juga semakin lama semakin dekat, sama halnya dengan Yun-Hsiang dan Shen Hua.

Wen-Liang mendapati segel perlindungan yang ia tempel saat ritual di bangunan Hancui telah sobek dan bahkan berlumuran darah. Otomatis ia teringat kembali pada patung dewa City God yang meneteskan air mata darah saat ritual berlangsung. Ia segera menggantinya dengan segel yang baru. Di rumah, ia juga langsung melakukan upacara ritual sederhana.

Mengetahui hal itu, ayah Wen-Liang rupanya cuek dan tidak terlalu peduli. Baginya, mereka sudah melakukan ritual seperti apa yang diminta. Yang terjadi di luar itu bukanlah tanggung jawab mereka lagi.

Puisi yang dibuat Yun-Hsiang berhasil lolos sebagai salah satu finalis dan mendapat penghargaan. Shen Hua mengajak Yun-Hsiang untuk pergi mengikuti acara penyerahan penghargaan tersebut. Di sana mereka sempat bertemu dengan Li Fen, yang terlihat kesal karena sebelumnya ditinggalkan begitu saja oleh Shen Hua.

Saat mengantarkan pulang, Shen Hua memberikan anting-anting pada Yun-Hsiang sebagai hadiah. Meski awalnya menolak, Yun-Hsiang akhirnya menerimanya. Ia bahkan nekad mencobloskan anting-anting tersebut di telinganya yang belum pernah ditindik sama sekali.

Jui-Hsin yang melihatnya teringat dengan gurunya yang dulu memberikan kalung giok (yang kini dipakai Yun-Hsiang). Setelah memakaikannya pada Jui-Hsin, sang guru dan Jui-Hsin kemudian berciuman.

Saat sedang ujian, Yun-Hsiang tanpa sadar menulis nama Jui-Hsin di lembar jawabannya. Wen-Liang yang melihatnya langsung teringat dengan nama di batu nisan yang sering dikunjungi paman Wei. Karena Wei tidak mau bercerita banyak, Wen-Liang melakukan penyelidikan sendiri dengan membongkar-bongkar buku tahunan sekolah. Ia kaget menemukan seluruh foto Jui-Hsin dicoret-coret bagian matanya. Lebih kaget lagi ketika tahu kalung giok yang dulu dipakai Jui-Hsin dan sekarang dipakai oleh Yun-Hsiang ternyata sempat dipakai oleh Tzu-Chi, siswi yang sebelumnya bunuh diri.

Bergegas Wen-Liang mencari Yun-Hsiang. Ia menemukannya di rooftop bangunan Hancui. Wen-Liang mencoba meyakinkan Yun-Hsiang bahwa Jui-Hsin yang sebelumnya membunuh Tzu-Chi dan berikutnya pasti giliran Yun-Hsiang. Kendati demikian, Yun-Hsiang tetap tidak mau melepaskan kalung tersebut. Saat Wen-Liang mencoba menariknya dengan paksa, Yun-Hsiang mendorongnya hingga terjungkal. Tanpa disangka, Wen-Liang tiba-tiba sudah berada di salah satu ruangan bangunan Hancui.

Sementara itu, di tempat lain, Yun-Hsiang berhadapan dengan Jui-Hsin. Ia menanyakan apakah yang dikatakan oleh Wen-Liang itu benar. Jui-Hsin tersenyum simpul mendengarnya.

Sinopsis Detention Episode 4 (S1E4) “Falsehood”

Jui-Hsin membenarkan tuduhan Yun-Hsiang. Selama ini ia membantu Yun-Hsiang menulis puisi serta menghilangkan penampakan-penampakan dari pandangan Yun-Hsiang karena memang ingin pada saatnya nanti merasuki Yun-Hsiang dan membalas dendam. Tzu-Chi ternyata juga pernah ia bantu, namun memilih untuk bunuh diri karena sudah tidak kuat lagi menghadapinya. Yun-Hsiang yang sebenarnya menganggap Jui-Hsin adalah sahabatnya kecewa mendengarnya. Ia lalu menarik kalung giok hingga terlepas dari lehernya. Bersamaan dengan itu Jui-Hsin menghilang.

Setelah menyegel kalung giok Jui-Hsin, Wen-Liang membantu meramal apa yang harus dilakukan oleh Yun-Hsiang. Hasil ramalannya menyatakan bahwa jika Yun-Hsiang menghadapi sesuatu yang tidak mungkin untuk dilanjutkan / dijalani, ia harus berhenti melakukannya. Wen-Liang yakin maksudnya adalah agar Yun-Hsiang tidak lagi berhubungan dengan Jui-Hsin.

Wen-Liang kemudian meletakkan kalung giok Jui-Hsin di kuilnya. Ia berjanji akan secepatnya melakukan upacara pembersihan untuk kalung tersebut nantinya. Tak lama ibu Wen-Liang muncul dan mengajak Yun-Hsiang makan bersama. Yun-Hsiang merasakan kehangatan keluarga yang sudah lama tidak ia alami dalam keluarganya.

Saat mengantar Yun-Hsiang pulang, Wen-Liang menyinggung kedekatan Yun-Hsiang dengan Shen Hua. Yun-Hsiang tidak membantah. Wen-Liang meyakinkan Yun-Hsiang bahwa ia bisa datang kepadanya atau ke kuilnya kapan saja jika ada masalah. Wen-Liang juga mengaku ingin sesegera mungkin meninggalkan Jinluan karena tidak ingin seperti ayahnya yang tidak punya kemampuan apa-apa.

Setibanya di rumah, terungkap bahwa Yun-Hsiang telah diam-diam menukar isi segel kalung giok yang ada di kuil dengan batu. Kalung giok Jui-Hsin sendiri kini berada di tangannya. Ia lantas menyimpannya di dalam laci meja.

Kepala sekolah yang mengetahui kedekatan Shen Hua dan Yun-Hsiang memutuskan untuk mengganti guru kelas 2-1 dengan Kuo-Feng. Hal pertama yang dilakukan Kuo-Feng adalah memerintahkan Wen-Liang dan Yun-Hsiang mengenakan kembali kalung Iblis.

Yun-Hsiang mencoba menulis puisi kembali di perpustakaan dengan ditemani oleh Shen Hua. Dengan tidak ada lagi bantuan dari Jui-Hsin, Yun-Hsiang kesusahan untuk melakukannya. Ia bahkan berniat untuk menyerah saja. Shen Hua merespon dengan curhat bahwa dirinya juga sebenarnya bukan apa-apa. Yun-Hsiang yang bersimpati menggenggam tangan Shen Hua. Shen Hua menatapnya lalu menciumnya.

Sesaat kemudian terdengar suara buku terjatuh. Shen Hua bergegas memeriksanya namun tidak ada seorang pun di sana. Ia kemudian pergi namun sebelumnya berjanji akan mengajak Yun-Hsiang jalan-jalan jika nanti puisi Yun-Hsiang sudah selesai. Yun-Hsiang mengangguk tanda setuju.

Belum juga mendapat inspirasi, Yun-Hsiang sempat hendak mencontek salah satu puisi Jui-Hsin yang ada di buku hariannya. Namun ia teringat kembali saat di sekolah lama dirinya ketahuan melakukan plagiat dalam sebuah lomba puisi. Aksinya itu yang sepertinya berujung pada dipindahkannya Yun-Hsiang ke Greenwood High School. Yun-Hsiang pun membatalkan niatnya.

Di sekolah, Yun-Hsiang menemui Shen Hua dan menanyakan apakah ia akan tetap memperhatikan dirinya seandainya ia tidak punya bakat menulis. Shen Hua meyakini Yun-Hsiang hanya sedang mengalami kebuntuan menulis (writer’s block) sehingga ia meminta Yun-Hsiang untuk menuju perpustakaan terlebih dahulu. Yun-Hsiang menolak dan pergi meninggalkan Shen Hua.

Di rooftop bangunan Hancui, Yun-Hsiang mencoba memanggil Jui-Hsin dan mengajaknya berbicara sambil memegang kalung giok miliknya. Yang muncul justru Wen-Liang. Yun-Hsiang buru-buru menyembunyikan kalung giok tersebut di sakunya lalu meninggalkan Wen-Liang dengan alasan hendak balik ke kelas. Tanpa ia sadari, Jui-Hsin sebenarnya sudah ada di sana.

Sementara itu, Wen-Liang berhasil menyusul Yun-Hsiang. Setelah tahu Yun-Hsiang sedang stress karena tidak bisa menulis puisi, Wen-Liang memintanya untuk berhenti. Namun ia jadi kesal sendiri saat mendengar Yun-Hsiang tidak mungkin melakukannya karena sudah berjanji pada Shen Hua.

Tanpa sepengetahuan Yun-Hsiang, Wen-Liang nekat menemui Shen Hua yang baru saja usai mengajar di klub puisi. Terang-terangan Wen-Liang meminta agar Shen Hua tidak memaksa Yun-Hsiang menulis puisi. Dengan tenang Shen Hua menghadapinya. Ia bisa memahami perasaan Wen-Liang yang perhatian pada Yun-Hsiang namun di sisi lain tidak tahu bagaimana rasanya berkompetisi. Wen-Liang tidak bisa berkata apa-apa.

Di perpustakaan, Yun-Hsiang kembali berniat untuk mengenakan kalung giok Jui-Hsin. Sebelum itu terjadi, lagi-lagi terdengar suara buku terjatuh. Yun-Hsiang menghampiri sumber suara dan mendapati beberapa tumpukan kardus yang di dalamnya penuh berisi buku berjudul “Kumpulan Puisi Shen Hua”. Setelah membaca isinya, Yun-Hsiang terlihat syok.

Konselor Li datang ke Greenwood High School dan disambut oleh kepala sekolah. Shen Hua ada bersamanya. Kepala sekolah ternyata ingin agar daerah tersebut direvitalisasi walau masih belum jelas detilnya. Ketika kepala sekolah minta agar Shen Hua mengambilkan air panas untuk minum teh, Shen Hua menolak dengan alasan hendak me-mentori muridnya. Konselor Li yang sudah tahu tentang kedekatan Shen Hua dengan Yun-Hsiang menyindirnya bahwa yang hendak dimentori Shen Hua pastilah murid yang sangat berbakat. Ayah Shen Hua mencoba menenangkan konselor Li.

Sesaat kemudian Kuo-Feng datang. Sepeninggal konselor Li dan Shen Hua, Kuo-Feng menanyakan tujuan konselor Li datang ke sekolah mereka. Ia mengingatkan janji kepala sekolah untuk tidak akan pernah mengubah Greenwood High School. Kepsek berjanji tidak akan melakukannya.

Shen Hua menemui Yun-Hsiang di perpustakaan. Tanpa basa basi Yun-Hsiang menyatakan bahwa ia sudah tidak ingin menulis lagi. Buku yang ia lihat sebelumnya ternyata adalah buku-buku Shen Hua yang diklaim terjual habis dimana-mana. Nyatanya Shen Hua sengaja menyimpannya di sana karena tidak lagu. Shen Hua beberapa kali mencoba berdalih, namun Yun-Hsiang terus berusaha menyadarkan Shen Hua bahwa mereka berdua sebenarnya tidak punya bakat menulis.

Shen Hua emosi dan melampiaskannya dengan mencoba memperk0sa Yun-Hsiang. Yun-Hsiang kalah tenaga dan tidak kuasa melawan. Di saat terdesak, ia berbisik meminta pertolongan pada Jui-Hsin. Tepat setelahnya, lampu ruangan tiba-tiba berkedip dan sosok Jui-Hsin terlihat di balik salah satu rak. Shen-Hua yang melihatnya segera mendatangi rak tersebut. Tidak ada seorang pun di sana.

Momen itu dimanfaatkan Yun-Hsiang untuk kabur dari perpustakaan.

Dengan alasan sakit, Yun-Hsiang tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Hal itu membuat Wen-Liang khawatir dan sempat mendatangi rumah Yun-Hsiang. Ibu Yun-Hsiang yang menerimanya memberitahu bahwa Yun-Hsiang tidak apa-apa dan akan kembali bersekolah secepatnya.

Sementara itu, Yun-Hsiang kini sudah kembali bisa melihat Jui-Hsin. Jui-Hsin mengingatkan bahwa Yun-Hsiang tidak bisa seterusnya bersembunyi di rumah. Di masa lalu, Jui-Hsin yang mengalami kondisi terpuruk memutuskan untuk bunuh diri karena tidak menemukan jalan lain. Pun begitu, kali ini ia yakin Yun-Hsiang bisa mencari jalan keluarnya dan tidak mengalami nasib sama sepertinya.

Tak lama ibu Yun-Hsiang memberitahu ada telpon dari Chiang Ning, kepala editor majalah yang ingin mewawancarai Yun-Hsiang.

Dengan ditemani oleh kepala sekolah dan Shen Hua, Chiang Ning melakukan wawancara dengan Yun-Hsiang. Secara mengejutkan Yun-Hsiang menyatakan tidak menginginkan penghargaan dari kontes puisi tersebut karena ia tidak menulisnya. Chiang Ning dan kepsek sempat kaget, namun Shen Hua berhasil menghilangkan keraguan mereka dengan dalih puisi tersebut berasal dari dewa dan sampai ke dunia melalui Yun-Hsiang.

Setelah sempat pingsan di sekolah, Yun-Hsiang bangun dan mendapati dirinya sudah berada di kamarnya. Sesaat kemudian, tanpa disangka ayahnya masuk ke dalam kamar.

Penutup

Banyak orang yang mem-bully kalangan tertentu yang mengaku memiliki teman ‘khayalan’. Saya tidak mempermasalahkan apakah itu mereka memang benar berteman dengan hantu atau itu sepenuhnya hanya imajinasi belaka. Yang sebenarnya lebih patut menjadi fokus adalah penyebabnya. Kenapa pada akhirnya mereka berada pada kondisi seperti itu. Saya yakin kebanyakan disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar. Atau sebaliknya, merasa kecewa dengan apa yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga memilih untuk menyendiri. Seperti halnya yang disajikan dalam “Detention” sejauh ini.

Aksi bejat yang dilakukan Shen Hua di episode 4 terus terang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Tapi bagaimana pun momen tersebut cukup krusial karena karakter Yun-Hsiang butuh satu ‘dorongan kuat’ untuk (kemungkinan besar) kembali mengenakan kalung giok Jui-Hsin. Agar bisa menulis puisi rasanya terlalu remeh jika menjadi satu-satunya alasan.

Bagaimana menurut teman-teman?

Leave a Reply