Sinopsis Bad Genius The Series Episode 7 (S1E7) (2020)

Di episode sebelumnya, hubungan Lin, Grace, dan Pat kembali membaik seperti semula. Pat dan Grace hendak melanjutkan kuliah di Boston, sehingga harus mendapatkan nilai baik dalam ujian STIC. Lin sendiri sempat menjadi joki ujian tersebut bagi Grace secara tidak sengaja. Saat itu, Lin mendapat ide untuk mencurangi ujian STIC secara masal dengan cara mengambil ujian terlebih dahulu di Australia. Selisih zona waktu 4 jam lebih dari cukup untuk mendistribusikannya pada siapa saja di Thailand. Pat dan Grace setuju untuk bekerjasama. Kendati demikian, mereka membutuhkan 1 orang lagi yang memiliki kemampuan sama. Satu-satunya kandidat adalah Bank. Akankah Bank bergabung dengan aksi mereka?

Sinopsis Bad Genius The Series Episode 7 Lengkap

Bank terbangun karena mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Saat diperiksa, toko laundry milik ibunya ternyata sudah dalam kondisi berantakan. Tidak itu saja, uang simpanan mereka sudah ludes. Hanya tersisa beberapa uang receh saja. Dari yang sempat dilihat oleh Bank, ada 2 orang pria yang mengendarai motor pelakunya.

Beberapa waktu kemudian, polisi datang untuk memeriksa TKP. Tahu hanya uang simpanan saja yang hilang, mereka menganggap itu sebuah keberuntungan. Pasalnya, sepeda motor Bank yang ada di sana tidak ikut dicuri.

Bank lantas melaporkan ciri-ciri sepeda motor pelaku yang berwarna hitam dan merah. Termasuk plat nomer yang terpasang, LBK240. Pihak kepolisian berjanji akan memeriksanya.

Berbeda dengan Bank, ibu Bank terlihat tidak begitu sedih. Ia bahagia karena tidak terjadi sesuatu pada putranya. Namun saat sedang mencoba mengangkat mesin cuci yang terguling, ibu Bank tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri.

Di rumah sakit, saat menunggu giliran diperiksa, ibu Bank mengaku tidak bisa merasakan kakinya sama sekali. Bank mencoba meminta pada pihak rumah sakit agar ibunya diperiksa lebih dulu. Namun bagaimanapun dalih Bank, ia tetap diminta untuk menunggu sesuai antrian. Mau tidak mau Bank menurut.

Setelah menunggu lama, akhirnya ibu Bank diperiksa. Hasilnya, ia harus segera menjalani operasi yang biayanya tidak sedikit. Mencapai 500rb Baht atau sekitar 232 juta rupiah.

Bank mendatangi rumah Lin. Ia menanyakan apakah benar dengan berbuat curang dalam ujian bisa menghasilkan banyak uang. Dengan jujur Bank mengatakan bahwa ia butuh uang untuk membiayai operasi ibunya. Untuk itu, ia akan melakukan apa saja yang diperlukan.

Lin terdiam sejenak lalu mengkonfirmasi apakah benar Bank mau melakukan hal itu. Bank mengiyakan.

Lin, Bank, Pat, dan Grace berkumpul di kantor percetakan milik Grace. Pat sempat ragu karena khawatir Bank bakal membocorkan rahasia mereka. Namun karena Lin dan Grace mempercayai Bank, Pat tidak lagi mempersalahkannya.

Lin lantas memberitahu apa yang harus dilakukan Bank, termasuk juga bagiannya nanti sejumlah 1jt baht. Lin, Pat, dan Grace sendiri masing-masing bakalan menerima 2jt baht.

Persiapan pun dimulai. Mulai dari mendaftarkan diri sebagai peserta ujian STIC, mencari klien (dilakukan oleh Pat), dan melakukan simulasi ujian sekaligus menghapalkan jawabannya (oleh Lin dan Bank). Nantinya, baik Lin dan Bank akan membawa satu buah ponsel khusus untuk mengirimkan jawaban pada Grace, yang bertanggungjawab untuk mendistribusikannya ke klien. Ponsel tersebut akan mereka simpan di dalam toilet agar tidak ketahuan pengawas.

Ujian STIC sendiri terdiri 4 sesi. Ada 2 kali jeda 10 menit yang bakal dimanfaatkan untuk mengirimkan jawaban. Untuk jawabannya akan dicetak sebagai barcode di pensil yang digunakan oleh klien untuk ujian. Lebar masing-masing barcode menunjukkan jawabannya (A, B, C, atau D).

Terakhir, untuk soal essay, yang akan dikirimkan adalah kata kuncinya. Adalah Bank yang ditugaskan untuk itu, karena Bank tidak butuh benar-benar lolos dalam ujian tersebut. Setelah usai menghapal jawaban pilihan ganda dan kata kunci soal essay, Bank cukup berpura-pura muntah agar bisa meninggalkan ruang ujian sebelum waktunya.

Saat Pat dan Grace tengah menghitung uang bayaran dari klien, Bank menanyakan apakah ia bisa meminta sebagian dari bayarannya terlebih dahulu. Pat menolak mentah-mentah karena itu tidak sesuai dengan perjanjian. Kendati demikian, usai mengomel, Pat mengatakan bahwa ia hendak pergi sebentar untuk membeli kopi, dan seandainya saja uangnya berkurang saat ia tidak ada, berarti itu bukan tanggungjawabnya. Lin dan Grace tersenyum mendengarnya.

Setelah meletakkan sebuah tas berisi uang sejumlah 500rb baht di lantai, Pat pergi meninggalkan mereka. Lin lantas memberikan tas tersebut pada Bank.

Lin tiba di rumah. Ayahnya ternyata menunggunya di meja makan. Setelah tahu Lin belum makan, ayahnya lalu memanaskan seporsi nasi yang sudah ia siapkan untuk Lin.

Lin mengaku berada di rumah Grace. Ayahnya tidak mempermasalahkannya, hanya mengingatkan agar lain kali mengabarinya jika pulang larut malam.

Lin kemudian memberitahu bahwa minggu depan ia hendak pergi ke Australia. Ia beralasan ibunya sudah mengirimkan tiket untuknya. Lin menambahkan kalau ia kangen dan ingin bertemu dengan ibunya. Ayah Lin terdiam mendengarnya.

Kepada ibunya, Bank mengaku meminjam uang pada ayah Pat. Ia meminta agar ibunya tidak usah khawatir karena ia akan mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai guru les untuk menyicil mengembalikan pinjamannya tersebut.

Tak lama polisi datang dan mengabarkan bahwa mereka sudah menemukan pemilik sepeda motor pelaku pencurian di laundry Bank. Mereka akan dipanggil untuk menjalani pemeriksaan dalam 2-3 hari ke depan.

Grace menyerahkan ID ujian dan tiket pesawat pada Lin dan Bank. Untuk hotel, Pat menyarankan agar mereka menggunakan 1 kamar saja agar lebih hemat. Lin menolak. Ia malah meminta agar dipesankan hotel yang terpisah saja untuk berjaga-jaga apabila salah satu dari mereka nantinya tertangkap. Grace menyetujuinya.

Tiba-tiba terdengar ada orang datang di luar percetakan. Pat mengatakan bahwa itu adalah pesanan bunga darinya untuk ibu Bank. Bank hendak membantu mengambilkannya, namun Pat menolak.

Sesaat setelah Pat turun, ponselnya berbunyi. Melihat nomer yang menelpon, Bank langsung ingat bahwa itu adalah nomer ponsel pemilik sepeda motor pelaku pencurian yang sebelumnya ditunjukkan datanya oleh polisi. Ia pun nekat menerima panggilan tersebut.

Sebelum ia sempat berkata apa-apa, orang di seberang panggilan mengatakan bahwa saat ini ia sedang dikejar-kejar oleh polisi. Untuk itu ia meminta diberi tambahan bayaran. Bank syok mendengarnya.

Dengan penuh emosi Bank turun ke bawah untuk menemui Pat. Tanpa basa basi ia langsung menghajar Pat yang hendak menyerahkan sekeranjang bunga kepadanya. Bersusahpayah Lin dan Grace berusaha memisahkan mereka.

Saat dikonfrontasi, Pat ternyata tidak membantah. Ia sengaja menyewa orang-orang itu untuk mencuri uang Bank dan memancingnya bergabung dengan mereka. Pun begitu, ia tidak menyangka ibu Bank bakal mengalami kejadian seperti itu.

Mendengarnya, Bank melampiaskan emosinya dengan menginjak-injak keranjang bunga pemberian Pat sambil menangis.

Bank menuduh Lin dan Grace juga tahu rencana Pat. Pat menegaskan bahwa dirinya bertindak sendiri tanpa sepengetahuan Lin dan Grace.

Bank lantas mengambil tasnya dan beranjak untuk pergi. Pat mengingatkan bahwa apabila Bank pergi maka ia akan kembali pada kehidupannya yang dulu. Tidak ada yang berubah. Pasca operasi, ibunya juga akan tetap harus bekerja keras. Bank mengabaikan kata-kata Pat dan melanjutkan langkahnya.

Lin ikut kecewa dengan perbuatan Pat. Ia tidak mempedulikan penjelasan Pat dan pergi meninggalkannya.

Begitu pula dengan Grace. Ia memastikan bakal putus dari Pat apabila sekali lagi ia melakukan sesuatu tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Bank tengah terduduk sambil menangis saat Lin mendatangi rumahnya. Tanpa berkata apa-apa, Lin ikut duduk di sampingnya.

Lin mengatakan bahwa Bank tidak harus mendengarkan kata-kata Pat. Ia boleh mundur jika memang tidak ingin melakukannya. Namun Bank merasa bahwa itu sudah jadi takdirnya. Hidupnya tidak akan berubah bila ia tidak melakukan rencana mereka. Dengan tegas ia menyatakan bakal lanjut ikut ujian STIC.

Bank berharap, saat ibunya kembali ke rumah nanti, hidup mereka sudah berubah menjadi jauh lebih baik.

Lin dan Bank tiba di Sydney, Australia. Bank mengaku bahwa itu pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di luar negeri. Keluarganya tidak pernah memiliki cukup uang untuk itu. Dan ia tidak menyukainya.

Lin merespon bahwa ia menyukai Bank apa adanya.

Lin lantas mengajak Bank untuk selfie. Bank mengingatkan bisa saja besok petugas memeriksa ponsel mereka apabila salah satu dari mereka ketahuan. Lin setuju. Ia menggantinya dengan mengajak Bank berpura-pura untuk selfie saja.

Ayah Lin gelisah dalam tidurnya. Ia teringat saat memarahi Lin gara-gara ketahuan membagikan kunci jawaban ujian dan melarang Lin untuk kuliah di luar negeri. Sepertinya ia khawatir Lin bakal meninggalkannya dan memilih untuk tinggal bersama ibunya di Australia.

Ayah Lin kemudian menghubungi mantan istrinya alias ibu Lin melalui telpon. Saat ditanya apakah ia sudah bertemu dengan Lin, ibu Lin kebingungan mendengarnya. Ayah Lin langsung curiga Lin sudah membohongi mereka.

Ibu Lin lalu mengatakan ia bakalan mencoba menghubungi Lin. Sementara itu, ia meminta agar mantan suaminya itu mencoba mencari keberadaan Lin di sana.

Lin dan Bank tiba di gedung tempat ujian STIC berlangsung. Kepala pengawas menginstruksikan para peserta untuk melakukan daftar ulang dan menitipkan barang bawaan mereka di tempat yang telah disediakan.

Setelah melakukannya, Lin dan Bank menuju toilet untuk menyembunyikan ponsel cadangan mereka. Belum apa-apa, permasalahan muncul. Niat untuk menyimpan ponsel tersebut di balik tutup penyiram air toilet gagal total karena model toilet yang berbeda. Dengan waktu yang hanya tersisa 5 menit sebelum ujian dimulai, keduanya pun panik.


“Bad Genius The Series” tayang setiap hari Senin dan Selasa mulai tanggal 3 Agustus 2020. Di Indonesia, serial TV ini bisa disaksikan melalui layanan streaming iFlix dan WeTV secara gratis.

sinopsis badgeniustheseries episode7

Leave a Reply