Di cerita sebelumnya, contekan yang diberikan Lin ternyata bocor ke murid lain, seorang anggota klub drama. Kendati demikian, tidak ada seorang pun yang mengaku telah menyebarkan jawaban dari Lin tersebut. Belakangan terungkap bahwa Grace pelakunya, berharap bisa mendapat peran utama di pertunjukkan klub drama. Takut ketahuan, Grace meminta pada Tong agar ia mau menjadi kambing hitam. Sebagai imbalannya, Grace mau melakukan apa saja untuknya. Tong pun setuju. Akankah rahasia Grace bakal terungkap? Simak kelanjutan ceritanya dalam sinopsis lengkap Bad Genius The Series Episode 4 berikut ini.
Sinopsis Bad Genius The Series Episode 4 Lengkap
Pat mengantarkan Grace audisi iklan di sebuah gedung. Pat berencana untuk menunggu hingga Grace selesai, namun Grace memintanya untuk pulang saja. Meski heran, Pat menuruti permintaan Grace.
Setelah Pat pergi, Grace menghubungi Tong. Tak lama mobil Tong datang dan Grace masuk ke dalamnya.
—
Lin dan Bank diberitahu oleh pihak sekolah mengenai beasiswa sekolah di luar negeri untuk tahun ketiga mereka. Seperti sebelumnya, hanya ada 1 kuota yang tersedia. Mengingat itu adalah beasiswa penuh, Lin dan Bank diwanti-wanti agar jangan sampai melewatkannya. Bahkan Pongsakorn, keponakan bu kepala sekolah, pun ikut mendaftar.
Mendengarnya, Bank mengatakan bahwa ia tidak akan mengambil beasiswa tersebut. Ia beralasan hendak kuliah di universitas kedokteran ternama di Thailand saja karena ingin menjadi dokter dan merawat ibunya.
Ketika hendak mencetak dokumen-dokumen yang dibutuhkan di lab komputer, pintu lab ternyata terkunci. Bank menawarkan untuk mencetakkan dokumen-dokumen tersebut untuk Lin. Lin lantas memberikan flash disk berbentuk keyboard miliknya pada Bank.
—
Tong mengajak Grace ke sebuah cafe. Sembari melahap cake strawberry, Tong memberitahu Grace agar pada hari pertama ujian nanti Grace datang ke rumahnya. Grace terdiam. Melihat sikap Grace itu, Tong mengingatkan bahwa Grace sudah berjanji kepadanya. Ia pun mengancam bakal membeberkan semuanya apabila Grace ingkar janji. Grace semakin tidak bisa berkata apa-apa.
—
Bu kepsek memanggil Lin dan memintanya untuk mengambil beasiswa yang lain. Ia beralasan banyak murid-murid lain yang menginginkannya. Dengan kepintaran mereka yang berada di bawah Lin, tentunya murid-murid tersebut harus berusaha lebih keras untuk memperoleh beasiswa tersebut.
Lin menolaknya. Ia memastikan bahwa ia juga selama ini telah belajar dengan keras dan sama berhaknya untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Sebelum meninggalkan ruangan, Lin sempat menyentil Pongsakorn yang adalah keponakan bu kepsek. Bu kepsek sendiri merespon dengan senyum yang dipaksakan.
—
Minggu ujian dimulai. Ping, salah satu klien Lin yang bertugas di radio sekolah, menyiarkan bahwa saat itu sistem speaker mereka sedang mengalami gangguan. Sehingga bakal ada suara-suara aneh selama berhari-hari ke depan. Murid-murid yang mendengarkan pernyataan Ping tersebut terlihat tidak ada yang mempedulikannya.
—
Di rooftop sekolah, Lin memberitahu Pat dan Grace bahwa ia hanya akan memberikan contekan hingga akhir semester saja. Meski berat, Pat tidak memaksa Lin. Ia lebih fokus pada sikap Grace yang akhir-akhir ini banyak terdiam. Saat itu pun ponsel Grace bolak-balik berbunyi.
Ketika Grace menjauh untuk menerima telpon, Pat curhat pada Lin. Lin menggoda dengan mengatakan siapa tahu Grace sedang dekat dengan pria lain. Wajah Pat pucat mendengarnya. Sambil tertawa Lin melanjutkan bahwa meski sikap Pat kelihatan cuek, namun diakui atau tidak ia sebenarnya sangat perhatian pada Grace.
—
Malam harinya, seorang wanita menghubungi Pat dan mengajaknya bertemu. Pat menolak, bahkan memblokir nomer wanita tersebut. Tak sengaja ia melihat kalendar di ponselnya yang mencatat bahwa besok adalah hari perayaan tahun ketiga dirinya dan Grace.
—
Esok malamnya, Pat menjemput Grace di gedung tempat Grace audisi. Seperti sebelumnya, Grace hanya berdiam diri sembari menatap jendela. Namun tak lama ia kaget saat membaca deret tulisan yang ada di billboard iklan pinggir jalan.
“Apakah kamu sedang melamun?”
“Tahukah kamu bahwa orang di sampingmu merindukanmu?”
“Happy Anniversary ke-3, Grace, cintaku”
Grace terkejut dan spontan menoleh ke arah Pat. Tanpa berkata apa-apa, Pat meminta Grace melihat ke billboard berikutnya.
“Ayo kita makan malam.”
Grace tersenyum haru melihatnya.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di restoran milik orang tua Pat. Tidak ada seorang pun di sana kecuali seorang pelayan. Setelah menyelipkan uang ke saku si pelayan, Pat membawa Grace ke balkon restoran. Sudah ada sebuah meja di sana.
Dengan girang Grace duduk dan mengeluarkan ponselnya. Ia ingin merekam momen-momen tersebut di hapenya. Giliran Pat yang dengan penuh semangat menjelaskan tiga hidangan yang sudah ia siapkan sendiri: omlet telur, nasi putih, dan kue tar cokelat. Makan malam pun mereka lalui dengan penuh keceriaan.
—
Masuk ke kamar, Pat langsung menghempaskan dirinya ke tempat tidur karena kekenyangan. Grace melihatnya sambil tersenyum. Sesaat kemudian sebuah pesan masuk ke ponselnya. Adalah Tong yang mengirimkannya, mengingatkan agar Grace datang ke rumahnya besok malam pukul delapan.
Grace lantas menghampiri Pat yang masih asyik berbaring. Perlahan ia memberitahu Pat bahwa ia kini sudah siap untuk ‘melakukannya’. Pat terkejut mendengarnya.
Setelah terdiam beberapa detik, Pat mulai mencium Grace dan merebahkannya di tempat tidur. Namun saat ia hendak membuka kancing baju Grace, Grace terlihat makin tidak nyaman. Pat langsung menghentikan perbuatannya dan mengatakan bahwa Grace tidak perlu memaksakan diri jika ia memang belum siap. Grace menangis mendengarnya. Pat pun merespon dengan memeluknya.
—
Esok malam, Pat kembali menjemput Grace di gedung biasanya. Tak lama penjaga keamanan menghampiri Pat. Ia memberitahu bahwa hari itu perusahaan sedang libur. Pat bingung mendengarnya.
Sesaat kemudian, Grace datang dengan berlari dari seberang jalan. Ia mengaku diminta audisi di studio lain karena hari itu ada banyak orang yang melakukan audisi di gedung tersebut. Pat makin bingung mendengarnya.
—
Bank menyerahkan cetakan dokumen persyaratan beasiswa untuk Lin serta mengembalikan flash disknya. Ia meminta Lin untuk menemuinya usai ujian nanti di perpustakaan. Lin penasaran dan menanyakan ada apa. Kendati demikian, Bank tidak mau menjawab dan pergi meninggalkan Lin.
—
Karena sudah memutuskan untuk tidak meneruskan aksi bagi-bagi contekan di semester berikutnya, Lin meminta Pat untuk mencari klien lain agar ia bisa mengumpulkan cukup uang untuk membayar biaya sekolah semester depan. Berhubung sudah tidak ada lagi teman sekelas mereka yang berminat, mau tidak mau Pat mengambil klien dari kelas-kelas lain.
Dengan contekan yang harus disebarkan ke beberapa kelas sekaligus, Lin kali ini memanfaatkan speaker sekolah untuk aksinya. Caranya adalah dengan membunyikan efek suara yang berbeda untuk masing-masing opsi jawaban dan menyiarkannya melalui speaker tersebut.
Setelah menyelesaikan ujiannya, Lin buru-buru menyerahkan jawabannya dan meninggalkan kelas. Ia lantas menggunakan laptopnya dari sebuah ruangan untuk satu persatu membagikan kunci jawaban ujian tersebut.
Ujian pertama berlalu dengan lancar. Masalahnya, Bank yang sedang berlatih menyatakan cintanya pada Lin di toilet tanpa sengaja mendengar percakapan 2 orang klien Lin dari kelasnya perihal contekan melalui speaker sekolah.
Saat ujian kedua berlangsung, Bank ikut menyimak suara-suara yang keluar dari speaker. Begitu tau memang benar suara-suara itu adalah jawaban dari ujiannya, ia langsung menyerahkan lembar jawaban miliknya (yang kebetulan sudah terisi semua) dan mencoba memberitahu guru pengawas mengenai hal itu. Kendati demikian, sang guru menganggap Bank hanya main-main saja dan memintanya untuk segera keluar kelas.
Karena masih penasaran, Bank bergegas menuju ruang audio visual (penyiaran radio) untuk mengecek siapa sebenarnya orang yang telah membocorkan kunci jawaban melalui speaker sekolah. Setibanya di sana, ruangan tersebut ternyata kosong. Namun tak butuh waktu lama bagi Bank untuk menyadari ada kabel lain yang terhubung ke sistem speaker sekolah. Ia pun lanjut menelusuri asal kabel tersebut, yang berujung di sebuah ruangan.
Ketika hendak masuk, pintu ruangan tersebut terkunci. Tidak putus asa, Bank berusaha mendobraknya. Lin yang berada di dalam menjadi panik. Ia lalu bersembunyi di sebuah loker yang ada di sana.
Sesaat kemudian Bank berhasil membuka pintu ruangan. Melihat ruangan kosong, Bank langsung curiga pada loker yang ada. Perlahan ia menghampiri loker tersebut. Tepat di depan loker langkahnya terhenti karena menginjak sesuatu. Dan sesuatu itu adalah tutup flash disk keyboard milik Lin.
“Bad Genius The Series” tayang setiap hari Senin dan Selasa mulai tanggal 3 Agustus 2020. Di Indonesia, serial TV ini bisa disaksikan melalui layanan streaming iFlix dan WeTV.
Leave a Reply