“Waktu Maghrib” adalah film horor yang saya pikir sekuel dari “Menjelang Maghrib“. Ternyata gak ada hubungannya sama sekali, hehehe.
Film ini adalah debut layar lebar dari sutradara Sidharta Tata.
Pun begitu, berhubung yang memproduksi adalah Rapi Films, yang mana mereka punya rekam jejak cukup baik untuk urusan film horor, sepertinya film ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film Waktu Maghrib di bawah ini.
Daftar Isi
Sekilas Tentang
Di sebuah desa ada seorang gadis yang berpamitan ke masjid untuk sholat maghrib kepada ayahnya.
Tanggal Rilis: 9 Februari 2023
Durasi: 1 jam 47 menit
Sutradara: Sidharta Tata
Produser: Gope T. Samtani, Sunil Samtani
Penulis Naskah: Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Bayu Kurnia, Sidharta Tata
Produksi: Rapi Films, Sky Media
Negara: Indonesia
Pemain: Ali Fikry, Bima Sena, Nafiza Fatia Rani, Aulia Sarah
Sinopsis Film / Alur Cerita
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Di desa Jatijajar, Wonoasri.
Wati (diperankan oleh Bebe Gracia), Karta (diperankan oleh Malvin JJ), dan Drajat (diperankan oleh Evan Putra) bermain di lapangan.
Menjelang maghrib, Wati mengajak kedua temannya pulang.
Namun karena Karta dan Drajat menolak, Wati memilih untuk pulang sendiri.
Saat melewati hutan, sesuatu menarik tubuh Wati.
Hal serupa dialami Karta yang masuk ke hutan untuk mengambil tongkat mainan yang masuk ke lubang.
Sesuatu menarik tangannya hingga salah satu jarinya putus.
Belakangan Karta diketemukan selamat sementara Drajat tewas. Wati sendiri menghilang.
30 tahun kemudian.
Adi (diperankan oleh Ali Fikry), Saman (diperankan oleh Bima Sena), dan Ayu (diperankan oleh Nafiza Fatia Rani) adalah teman sekelas.
Karena sering terlambat, Saman dan Adi langganan dimarahi oleh bu Woro (diperankan oleh Aulia Sarah), guru mereka yang galak.
Saman juga acap lupa mengirim madu ke warung Marto (diperankan oleh Nasarius), ayah Ayu.
Padahal uang hasil penjualan madu tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Alhasil, Samiun (diperankan oleh Kevin Abani), kakak Saman yang setiap hari banting tulang untuk mencari nafkah, selalu memarahinya. Bahkan tidak jarang main tangan.
Suatu hari, Adi dan Saman pergi untuk menonton pertunjukan wayang di kota.
Dalam perjalanan, Adi dan Saman berandai-andai. Hidup mereka pasti lebih tenang jika bu Woro mati.
Di saat bersamaan, bu Woro diteror oleh hantu berwajah seram hingga akhirnya meninggal.
Kejadian tersebut membuat mobil yang ditumpangi Adi dan Saman memutar balik. Keduanya pun batal menonton wayang.
Sejak itu, Saman yang merasa bersalah menjadi pendiam.
Sampai kemudian sosok hantu yang sama dengan yang membunuh bu Woro datang dan merasukinya.
Dalam kondisi kerasukan, Saman membunuh Samiun, membunuh ayam-ayam milik tetangga, dan meneror Marto dengan botol berisi darah ayam.
Ia lalu ditangkap dan dikurung di gudang milik pak Lurah (diperankan oleh Muhammad Abe).
Belakangan Saman diketemukan tewas gantung diri.
Guru pengganti bu Woro datang. Namanya adalah bu Ningsih (diperankan oleh Taskya Namya).
Sifatnya berbanding terbalik. Ramah, lembut, dan penyabar.
Kendati demikian, giliran Adi yang kemudian dirasuki oleh hantu.
Ayu lantas mendapat informasi penting dari pamannya yang tinggal di hutan. Yang tak lain adalah Karta (diperankan oleh Andri Mashadi).
Bahwa anak-anak di desa Jatijajar dalam bahaya. Dan pelakunya adalah salah seorang yang tinggal di sana.
Dapatkah keduanya menyelamatkan Adi dan desa Jatijajar dari bahaya? Siapakah sebenarnya pelakunya?
Ulasan / Review Film Waktu Maghrib
Setelah belakangan banyak film horor lokal yang gemar menggunakan tema sekte atau pemujaan terhadap iblis, cukup menyenangkan akhirnya ada lagi yang menggunakan premis yang sebenarnya lebih merakyat dan lebih bisa diterima oleh masyarakat.
Yaitu tentang mitos atau larangan agar tidak keluar rumah di waktu maghrib.
Saya malah baru tahu bahwa dari segi agama larangan untuk tidak meninggalkan rumah di jam-jam tersebut, selain untuk melaksanakan sholat di masjid, adalah sunah.
Untungnya, modal premis yang melokal ini bisa diolah dengan baik oleh departemen penulisan menjadi sebuah naskah yang rapi dan berkualitas.
Well, kecuali di bagian akhir. Yang jelas sekali terlihat terburu-buru dan sedikit tidak masuk akal.
Penggunaan campuran bahasa Indonesia dan Jawa agak mengganggu. Kalau pun ingin di-mix dalam percakapan, setidaknya gunakan satu bahasa dalam satu kalimat. Jangan dicampur atau diselipkan secara asal.
Unsur horor bagi saya adalah yang terbaik di sepanjang tahun 2023.
Walau kebanyakan cuma bermodal penampakan dengan make up serem, tapi tetap bisa terasa serem dan menegangkan.
Bahkan sukses tidak membosankan ketika jump scare-nya bisa diprediksi.
Momen Adi yang kerasukan memburu Ayu dengan celurit mungkin salah satu yang paling berkesan.
Akting jajaran pemainnya oke. Tidak spektakuler tapi di atas rata-rata.
Sinematografi tidak ada komplain. Banyak adegan yang memanjakan mata. Juga beberapa sudut kamera yang bikin suasana lebih intens.
Penutup
Dengan “Para Betina Pengikut Iblis” di minggu mendatang yang trailernya tidak terlalu meyakinkan, saya rasa “Waktu Maghrib” bakal jadi kandidat kuat film horor lokal terlaris di bulan Februari ini.
Premisnya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari berhasil dikembangkan menjadi naskah yang rapi dan berkualitas. Sayang tidak sempurna di bagian akhir.
Horornya oke. Yang terbaik sepanjang tahun 2023 sejauh ini.
Pada saat artikel ini ditulis, film “Waktu Maghrib” ini bisa ditonton di bioskop-bioskop jaringan XXI dan CGV.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Review Waktu Maghrib 2023
- Story
- Acting / Characters
- Horror / Jump Scare
- Recommended Watching
Summary
Naskah oke dengan premis yang relate dengan kehidupan warga +62. Sayang tidak sempurna di bagian akhir. Diperburuk dengan dialog campuran dua bahasa yang acap mengganggu. Horornya sejauh ini yang terbaik di sepanjang tahun 2023.
Leave a Reply