“Trinil: Kembalikan Tubuhku” adalah film horor yang diangkat dari sandiwara radio misteri populer tahun 80’an berjudul “Trinil: Balekno Gembungku”.
Disutradarai, diproduseri, serta ditulis naskahnya oleh Hanung Bramantyo, film ini menjadi debut aktris keturunan Belanda Carmela van der Kruk di kancah horor.
Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film Trinil: Kembalikan Tubuhku di bawah ini.
Daftar Isi
Sekilas Tentang
Pasangan Rara dan Sutan yang siap memulai hidup baru setelah berbulan madu.
Rara mewarisi perkebunan teh yang luas di Jawa Tengah milik William Saunder, ayahnya, seorang Belanda yang sangat mencintai Indonesia.
Tanggal Rilis: 4 Januari 2024
Durasi: 1 jam 41 menit
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Hanung Bramantyo, Azlin Hilda
Penulis Naskah: Haqi Achmad, Hanung Bramantyo
Produksi: Dapur Film, Seven Skies Motion, Double Tree Film, Rocket Studio Entertainment
Negara: Indonesia
Pemain: Carmela van der Kruk, Rangga Nattra, Fattah Amin, Wulan Guritno, Willem Bevers, Elly D. Luthan
Sinopsis Film / Alur Cerita
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Usai berbulan madu dengan Sutan (diperankan oleh Rangga Nattra), suaminya, Rara (diperankan oleh Carmela van der Kruk) kembali ke perkebunan teh yang sudah diwariskan oleh ayahnya, William (diperankan oleh Willem Bevers), kepadanya.
Tanpa diketahui Rara, semenjak ia berbulan madu, beberapa pekerja tewas secara misterius. Hal itu sengaja dirahasiakan agar Rara tidak merasa khawatir.
Pun begitu, tak butuh waktu lama sebelum kemudian Rara dan Sutan mulai ikut mendapat teror dari hantu berwujud kuyang.
Berbeda dengan Rara yang tampak tenang menghadapi semua itu, Sutan justru ketakutan. Ia lantas meminta Yusof (diperankan oleh Fattah Amin), temannya yang berprofesi sebagai paranormal.
Investigasi Yusof mengantarkannya pada rahasia yang berhubungan dengan Rahayu (diperankan oleh Wulan Guritno & Shalom Razade), istri William sekaligus ibu kandung Rara. Juga Nyai Rondoalas (diperankan oleh Elly D. Luthan), ibu dari Rahayu.
Apa yang sebenarnya terjadi antara Rahayu dan Rara? Kenapa hantu kuyang meneror perkebunan teh?
Ulasan / Review Film Trinil: Kembalikan Tubuhku
Perjalanan film horor di tahun 2024 dibuka dengan sangat menyenangkan oleh Hanung Bramantyo.
Kualitasnya sih tidak. Tapi jujur, saya menikmati banyak momen sepanjang durasi “Trinil”.
Pun begitu dengan sebagian besar penonton yang ada di dalam studio.
Aksi takut karakter Sutan yang kocak sukses menghadirkan gelak tawa dari penonton yang tergelitik sekaligus gemes dengan polahnya.
Namun di saat mereka masih ngik ngik, alur cerita dibawa ke momen pengungkapan yang menohok dan menguras emosi.
Sayangnya, dari segi naskah dan eksekusi film ini terbilang kurang.
Banyak momen dragging dan membosankan. Terutama saat kilas balik terjadi.
Penggambaran karakternya pula terasa tidak konsisten. Hanya para karakter utama yang seolah sejalan dengan latar waktu cerita. Sisanya seperti hidup di era sekarang.
Untuk horornya sendiri B-aja sih. Ada jump scare tapi tidak terlalu berkesan karena formulanya standar.
Penampakan kuyangnya pun kureng. Masih jauh lebih seram “Inhuman Kiss” dari negeri Thailand yang diproduksi 4 tahun lalu.
Penutup
Mampu membuat emosi naik turun sayangnya tidak dibarengi dengan naskah skenario yang berkualitas.
Banyak momen dragging yang terkadang membuat pengalaman menonton jadi terasa membosankan.
Para pegawai perkebunan juga terlihat seperti karakter dari era sekarang. Sementara para tokoh utama seperti berasal dari era tahun 60’an, sesuai dengan latar cerita.
Begitu pula dengan hantu kuyang yang tidak garang. Kalah jauh dengan film lain yang mengangkat sosok mistis sama.
Pada saat artikel ini ditulis, film “Trinil: Kembalikan Tubuhku” ini bisa ditonton di bioskop-bioskop jaringan XXI dan CGV.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Review Trinil: Kembalikan Tubuhku 2024
- Story
- Acting / Characters
- Horror / Jump Scare
- Recommended Watching
Summary
Film yang menyenangkan untuk ditonton karena mampu mencampuradukkan emosi. Asal bisa tahan dengan kualitasnya saja. Yang memang terbilang di bawah rata-rata. Tidak hanya naskahnya, penampakan hantunya pun ikut kurang meyakinkan.
Leave a Reply