“The Road” (atau ditulis sebagai “The Яoad” pada poster resminya) adalah film asal negara Filipina ke-empat yang saya tonton. Tapi tenang saja. Kali ini tidak salah pilih seperti “Bloody Crayons” yang nihil unsur horor. Masih ada penampakannya. Apalagi, pada masanya film ini mendapat banyak pujian dari berbagai kalangan. Bahkan sampai dirilis ulang di kancah internasional. Penasaran, kan?
Sinopsis Singkat
Luis Medina (TJ Trinidad) adalah seorang polisi senior yang sudah banyak memecahkan kasus kriminal. Atas prestasinya itu, walikota menganugerahinya piagam penghargaan. Usai upacara penyerahan, Luis bertemu dengan seorang wanita yang menanyakan perkembangan kasus hilangnya kedua putrinya, Joy (Louise de los Reyes) dan Lara (Rhian Ramos), 10 tahun yang silam. Pihak kepolisian ternyata sudah mengabaikan kasus tersebut karena minim petunjuk.
—
Bagian 1: 2008
Di satu malam, Ella (Barbie Forteza) menyelinap keluar bersama sepupunya Janine (Lexi Fernandez) dan kekasih Janine, Brian (Derrick Monasterio). Tujuan mereka adalah agar Janine bisa belajar mengemudi sebelum menghadapi tes esok harinya. Di tengah perjalanan, karena tidak ada yang memiliki SIM, Brian masuk ke jalur yang sudah lama ditutup demi menghindari razia. Ia merasa area itu — yang kini hampir seperti hutan karena sudah lama terbengkalai — bakal jadi tempat yang tepat bagi Janine untuk belajar mengemudi.
Di tengah perjalanan, mobil mereka berkali-kali dilewati oleh mobil yang sama. Sedan berwarna merah yang tidak tampak pengemudinya. Karena panik, mereka berusaha untuk keluar dari area tersebut. Anehnya, meski hanya ada satu jalan, mobil yang mereka kendarai seolah hanya berputar-putar saja.
Kejadian-kejadian aneh berlanjut, termasuk sedan merah yang terperosok keluar jalan dan meledak, hingga akhirnya Brian terpisah dari Janine dan Ella. Keduanya lantas mencoba untuk kembali keluar dari tempat tersebut dengan mobil mereka. Belum kesampaian, mereka dikagetkan dengan penampakan hantu berwajah mengerikan di dalam mobil. Hal tersebut membuat Janine terkejut dan kepalanya membentur setir mobil. Sementara itu, Ella terlempar keluar dari pintu yang tidak sengaja ia buka (saking kagetnya). Saat ia membuka mata, ada penampakan hantu wanita yang terbakar tepat di hadapannya.
Beberapa waktu kemudian, pihak kepolisian menemukan tubuh Janine dan Brian dalam kondisi tidak bernyawa. Ella menghilang. Luis dan beberapa rekannya sempat mencari di sebuah rumah kosong yang berada tidak jauh dari TKP, namun hasilnya nihil. Sebagai gantinya, Luis menemukan tengkorak yang mengenakan liontin berbentuk hati di bangku belakang mobil sedan merah yang sebelumnya terbakar. Belakangan diketahui bahwa liontin hati tersebut adalah milik Lara.
—
Bagian 2: 1998
Lara sedang mengemudi bersama adiknya Joy (Louise delos Reyes) di jalanan yang sama. Saat itu masih berupa jalan berpasir dengan lapangan rumput di kanan kiri. Di tengah jalan, mobil mereka — sedan berwarna merah — kepanasan dan mogok. Kebetulan ada seorang pemuda (Alden Richards) yang lewat dan memberitahu mereka bisa mendapatkan air di rumahnya.
Setibanya di depan rumah si pemuda, Lara merasa ada yang tidak beres. Ia buru-buru mengajak Joy untuk meninggalkan tempat tersebut. Terlambat, si pemuda sudah muncul kembali dan langsung menghantam keduanya dengan tongkat kayu.
Beberapa saat kemudian, Lara terbangun dalam kondisi terantai ke tempat tidur. Di luar kamar yang terkunci, ia melihat si pemuda itu sedang menarik paksa Joy yang dalam kondisi terikat. Setelah sampai ke basement, si pemuda itu lalu menghajar Joy habis-habisan hingga babak belur.
Setelah puas, pemuda itu mengembalikan Joy ke kamar tempatnya disekap, tepat di samping kamar Lara. Tau kondisi Joy yang mengenaskan, begitu pemuda itu hendak membawa Lara, Lara pun berusaha mati-matian untuk melepaskan diri. Usahanya berhasil. Pemuda itu membatalkan niatnya dan kembali meninggalkan Lara di kamarnya.
Tak lama, Lara menyadari bahwa si pemuda tadi tanpa sengaja menjatuhkan kunci-kuncinya. Ia segera membuka rantainya, lantas keluar dari kamar untuk mencari Joy di kamar sebelah. Alih-alih mendapati adiknya di sana, Lara justru menemukannya di halaman. Tepatnya di sebuah lubang di halaman. Dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Si pemuda yang melihat Lara kabur segera mengejarnya dengan menggunakan mobil milik Lara yang sudah sempat ia perbaiki. Tanpa ampun ia menabrak tubuh Lara dan membungkus kepalanya dengan plastik plus mengikatnya lehernya dengan sabuk. Dalam perjalanan kembali ke rumah, Lara tiba-tiba tersadar. Hal itu membuat si pemuda kaget dan tidak bisa mengontrol mobilnya. Sedan itu pun terperosok keluar jalan dan terbakar. Si pemuda yang berhasil selamat dengan wajah datar melihat Lara yang tidak berdaya terbakar di dalam mobil tersebut.
—
Luis dan beberapa rekannya kembali ke rumah kosong. Ia berhasil menemukan Ella di sana. Anehnya, saat bertemu dengan ayahnya, Ella mengatakan bahwa mobilnya mogok di tengah jalan karena kepanasan dan ia minta pertolongan pada seorang pemuda. Mendengarnya, wajah Luis tiba-tiba terlihat tegang dan diam-diam ia pergi kembali ke rumah kosong.
—
Bagian 3: 1988
Seorang anak laki-laki (Renz Valerio) tinggal bersama ibunya Carmela (Carmina Villaroel) dan ayahnya (Marvin Agustin). Ayahnya adalah seorang pendeta yang bertugas di gereja setiap harinya hingga petang. Ibunya sendiri acap menggunakan kekerasan untuk menghukumnya. Paling sering dengan memerintahkan anak tersebut untuk masuk ke dalam lemari dan menguncinya dari luar. Baik sang ayah dan ibu sama-sama tidak memperbolehkan anak laki-laki itu untuk keluar rumah dan berbicara dengan wanita, apapun alasannya.
Suatu hari, kesalahpahaman terjadi saat Carmela melihat putranya berbincang dengan Martha (Ynna Asistio), gadis yang menyediakan jasa cuci baju. Carmela yang emosi tanpa sengaja membunuh Martha. Pun begitu, ia terlihat tetap tenang dan meminta si anak laki-laki untuk membersihkan noda darah di lantai. Namun belum selesai ia melakukannya, anak laki-laki itu keburu pingsan.
Beberapa saat kemudian si anak laki-laki terbangun. Ia sudah berada di kamarnya. Dari balik jendela, ia melihat Carmela sedang janjian dengan pria selingkuhannya untuk pergi meninggalkan rumah pada keesokan harinya. Secara kebetulan sang ayah juga melihatnya. Saat Carmela masuk ke rumah, si anak laki-laki diminta masuk ke kamarnya. Dari dalam kamar terdengar pertengkaran antara ayah dan ibunya.
Pagi harinya, Carmela membangunkan si anak laki-laki. Ia diminta untuk menyiapkan meja makan untuk sarapan. Anehnya, tiba-tiba ayahnya datang dan menyatakan bahwa Carmela sudah pergi meninggalkan mereka. Karena masih melihat sosok ibunya di depan mata kepala sendiri, anak laki-laki tersebut tidak menghiraukan perkataan ayahnya.
Hal yang sama terjadi untuk kedua kalinya. Karena kesal, sang ayah lalu memaksa anaknya keluar. Ia menunjukkan sebuah lubang besar di halaman. Terdapat tubuh Carmela yang sudah terbujur kaku di sana.
Masih tidak percaya, anak laki-laki itu kembali masuk ke rumah. Tepatnya ke dalam lemari tempat ibunya biasa mengurungnya. Sesaat kemudian ia baru sadar ada mayat Martha di sana. Pun begitu, tidak terlihat tanda kepanikan di wajah si anak laki-laki.
Tak lama ayahnya menyusul. Ia membuka lemari dan mengajak anak laki-laki itu keluar. Ia pun syok melihat ada mayat seorang wanita di sana. Terlebih setelah anak laki-lakinya justru lebih memilih tetap berada di dalam lemari.
Esok harinya, anak laki-laki itu bangun dan mendapati ayahnya sudah tewas gantung diri.
Waktu berlalu. Setelah beranjak dewasa, anak laki-laki itu baru berani untuk keluar rumah. Dan ia adalah pemuda yang telah membunuh Lara dan Joy.
—
Di rumah kosong, Luis dan opsir Allan (Gerald Madrid) menemukan sebuah kamar tersembunyi. Luis memerintahkan Allan untuk mendobrak pintu kamar tersebut dan memeriksa isinya. Betapa kagetnya Allan begitu mendapati lencana penghargaan milik Luis di dalam kamar tersebut. Belum sempat ia bereaksi, Luis sudah keburu melumpuhkannya dan lantas membunuhnya.
Dengan santai Luis kembali ke TKP. Tanpa disangka, saat ditanya siapa pemuda yang dimaksud Ella, Ella tiba-tiba menunjuk ke arah Luis. Curiga, kepala polisi (John Regala) meminta Luis untuk berhenti. Permintaannya dibalas Luis dengan tembakan.
Luis lantas masuk ke mobilnya dan bergegas melaju. Di tengah perjalanan, ia baru menyadari ada sosok hantu Lara dan Joy di dalam mobil. Tidak sekedar menakut-nakuti, Lara kemudian memaksa Luis untuk mengambil pistolnya dan menembak kepalanya sendiri.
Tanggal Rilis: 30 November 2011
Durasi: 109 menit
Sutradara: Yam Laranas
Produser: Annete Gozon-Abrogar
Penulis Naskah: Aloy Adlawan, Yam Laranas
Produksi: GMA Films
Pemain: Carmina Villarroel, Marvin Agustin, TJ Trinidad, Rhian Ramos, Barbie Forteza, Alden Richards, Lexi Fernandez, Louise delos Reyes, Derrick Monasterio, Ynna Asistio, Renz Valerio
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Kita mulai review dari segi cerita karena jujur elemen tersebut yang paling bisa dibanggakan dari “The Road”. Bukan ‘cerita’-nya sih, lebih tepatnya, ‘cara bercerita’ yang digunakan.
Alur cerita dalam film ini dibagi dalam tiga bagian. Masing-masing mengisahkan tentang sebuah kejadian pada tahun tertentu yang bergerak mundur. Bagian 1 tahun 2008, bagian 2 tahun 1998, dan bagian 3 tahun 1988. Di penghujung bagian 2 dan 3 akan ada ‘callback’ ke bagian 1 yang memang merupakan alur utamanya.
Ketiga kejadian tersebut tentu saja saling berkaitan. Ada satu karakter yang menjadi benang merahnya. Yang jeli mungkin sudah bisa menebaknya sejak bagian kedua. Tapi yang sibuk menikmati filmnya (kata halus dari ‘males mikir’, hehehe) bakal kaget dengan twist yang dihadirkan di akhir babak ketiga.
Secara keseluruhan, genre yang dihadirkan tidaklah murni horor. Bahkan lebih cenderung mengarah ke genre drama kriminal psikologi. Elemen supranatural hanya bumbu belaka. Sekedar ada untuk mengerucutkan tersangka. Serem? Sama sekali tidak.
Sayangnya, cerita yang lumayan tidak diimbangi dengan penyutradaraan yang mumpuni. Pada masanya mungkin saja film ini patut diacungi dua jempol. Terbukti dengan banyaknya nominasi penghargaan yang berhasil diraih. Namun sulit mengabaikan kebodohan-kebodohan logika yang tersemat di beberapa adegan. Sama sulitnya dengan mempercayai adegan-adegan yang harusnya menghadirkan ketegangan.
Satu yang cukup menggelikan adalah ketika Lara ditabrak mobil yang dikendarai Luis muda. Saat tertabrak, Lara terlihat jatuh begitu saja di depan mobil. Namun tepat pada adegan berikutnya, posisi Lara sudah berpindah beberapa METER di depan mobil.
Belum lagi adegan balapan mobil atau tabrakan mobil yang mirip adegan sinetron lokal. Kelihatan sekali kalau sekedar dipercepat gerakannya melalui proses editing.
Pun begitu, akting mayoritas pemainnya patut diapresiasi. Terutama yang beraksi di bagian 3. Mungkin karena bagian itu juga yang paling mengaduk-aduk emosi penonton.
Penutup
Dengan mengabaikan eksekusi yang kurang maksimal, “The Road” adalah tontonan drama kriminal yang menyenangkan dan cukup layak ditonton. Tidak perlu berharap apa-apa pada unsur horornya. Nikmati saja tehnik bercerita yang rapi dan bikin penasaran berbalut sinematografi yang nyaman di mata. 6/10.
Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply