“Satria Dewa: Gatotkaca” adalah salah satu film superhero lokal yang banyak ditunggu-tunggu kehadirannya.
Dan beruntung saya mendapat kesempatan (baca: kebagian tiket) pre-screening di tanggal 7 Juni 2022, 2 hari sebelum tayang resmi di bioskop.
Film ini sendiri merupakan pembuka dari Satria Dewa Semesta dimana cerita dan karakternya diadaptasi dari kisah pewayangan di Indonesia.
Menyusul nanti akan hadir “Arjuna” (2023), “Srikandi” (2024), “Kurusetra” (2025), “Yudhistira” (2026), “Bima” (2027), “Bharatayudha” (2028) dan “Bharatayudha II” (2029).
Jika kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan, sepertinya bakal jadi sebuah franchise yang epik.
Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film Satria Dewa: Gatotkaca di bawah ini.
Daftar Isi
Sekilas Tentang
Menyadari bahwa dia adalah keturunan gatotkaca dari keluarga Pandawa, Satrio harus berjuang untuk membuka kekuatan yang ada di dalam dirinya dan menghadapi Aswatama, prajurit Kurawa yang tersisa yang hidup untuk menghancurkan dunia dengan mengubah sejarah Bharatayudha.
Tanggal Rilis: 9 Juni 2022
Durasi: 2 jam 9 menit
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Celerina Judisari
Penulis Naskah: Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo
Produksi: Satria Dewa Studio
Pemain: Rizky Nazar, Yasmin Napper, Omar Daniel, Ali Fikry, Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman, Sigi Wimala, Edward Akbar, Jerome Kurnia
Sinopsis Film / Alur Cerita
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sejak ditinggalkan oleh ayahnya, Pandega (diperankan oleh Cecep Arif Rahman), Yuda (diperankan oleh Rizky Nazar) tinggal berdua bersama ibunya, Arimbi (diperankan oleh Sigi Wimala).
Arimbi mengalami hilang ingatan dan sering bertingkah seperti ODGJ.
Kematian Erlangga (diperankan oleh Jerome Kurnia), sahabat karib Yuda, membuat Yuda mengetahui eksistensi orang-orang yang memiliki gen pandawa dan kurawa.
Yang satu bersifat melindungi / menjaga. Yang satu lagi bersifat mengambil / merebut.
Orang-orang yang mewarisi gen tersebut memiliki kemampuan di atas manusia normal.
Baik Erlangga maupun Yuda sama-sama mewarisi gen Pandawa.
Tidak itu saja, saat menyelidiki pembunuhan Erlangga bersama Agni (diperankan oleh Yasmin Napper), Yuda mendapati bahwa Erlangga adalah pemimpin proyek Satria Dewa. Misinya adalah untuk melindungi para pandawa.
Beberapa yang sebelumnya sudah terlibat adalah Dananjaya (diperankan oleh Omar Daniel), Gege (diperankan oleh Ali Fikry), dan ibu Mripat (diperankan oleh Yati Surachman).
Bersama-sama kemudian mereka menyelidiki siapa dalang sebenarnya dari pembunuhan berantai terhadap orang-orang bergen pandawa.
Pada prosesnya, terungkap bahwa Yuda mewarisi gen spesial. Yaitu Gatotkaca.
Begitu pula dengan Dananjaya yang mewarisi gen Arjuna serta Agni yang mewarisi gen Dewi Kunti.
Berhasilkah mereka menyelesaikan misi Satria Dewa?
Ulasan / Review Film Satria Dewa: Gatotkaca
Ini adalah satu dari sedikit film dimana nyaris seluruh jajaran pemainnya kompak bermain luar biasa.
Didukung dengan karakteristik masing-masing yang kuat. Membuat kita seolah bisa mengenali sifat mereka dalam durasi 2 jam saja.
Ali Fikry, pemeran Miko dalam franchise Kuntilanak, sukses mencuri perhatian.
Justru trio komika yang menurut saya tidak tampil maksimal.
Lawakannya klise, garing, dan agak kurang cocok untuk sebuah film yang memiliki rating Segala Umur.
Habis nonton Satria Dewa Gatotkaca dan salfok pada becandaan open BO yg berulang dalam film yg memiliki rating Segala Umur.
— Curcol Dot Co (@curcoldotco) June 7, 2022
Secara mengejutkan, gelak tawa terbanyak malah dihasilkan oleh karakter yang mungkin tidak disangka-sangka. Setidaknya itu yang terjadi di dalam studio semalam.
Mungkin beliau perlu mencoba mengembangkan karirnya sebagai komika, hehehe.
Alur cerita secara keseluruhan sih oke. Walau memiliki penyakit sama seperti kebanyakan film lokal. Semakin ke belakang semakin membagongkan.
Seperti saat Yuda mencari Agni dan ayahnya di dalam rumah misalnya. Petunjuk dari ponsel Quinn yang ia ikuti ujung-ujungnya tidak terlihat gunanya.
Atau Agni yang mendadak ditahan tanpa ada esensi di balik itu.
Eksekusi di beberapa adegan terasa berantakan. Banyak yang terjadi di layar, membuat bingung harus fokus kemana.
Terkadang ada suara / dialog dari karakter lain yang off frame, namun dengan volume rendah.
Sinematografi dan efek CGI terbilang oke. Walau apabila diperhatikan dengan jeli sebenarnya masih belum sempurna. Seperti sudah kadung deadline dan mau tidak mau apa yang ada digunakan.
Ada momen pamer efek yang resolusinya terlihat lebih rendah dan menghasilkan kotak-kotak pixelated di satu dua bagian layar.
Atau yang terlihat kasar dan kurang menyatu dengan film.
Untuk adegan laganya sendiri cukup lumayan. Tidak sampai ke tahap spesial karena banyak bermain dengan sudut kamera. Terlihat jelas ada bagian dimana pergerakannya dipercepat melalui editing pula, memberikan kesan pertarungan yang kurang nyata.
Ngomong-ngomong, aksi tarung di udara antara Gatotkaca versus Destarastra (mohon dikoreksi jika salah) kok bikin teringat dengan adegan-adegan tarung ala Dragon Ball, ya?
Di luar itu, ada satu yang sangat saya apresiasi.
Meski mengadaptasi kisah pewayangan, banyak twist yang dihadirkan dalam Satria Dewa Semesta.
Seperti silsilah keluarga yang tidak pakem mengikuti silsilah aslinya. Hanya Arimbi sebagai ibu dari Gatotkaca saja yang sesuai.
Orang-orang yang memiliki gen Pandawa pun tidak seluruhnya orang baik. Begitu pula sebaliknya.
Penutup
“Satria Dewa Gatotkaca” adalah sebuah karya yang sedikit berantakan dan terburu-buru dikeluarkan, namun sulit untuk dilewatkan.
Di balik segala kekurangannya, ada kerja keras yang memang layak untuk diapresiasi.
Durasi yang di atas rata-rata sama sekali tidak mengundang kebosanan walau ada beberapa adegan yang bikin geleng-geleng kecewa.
Semoga judul-judul berikutnya bisa jauh lebih baik lagi kualitasnya.
Film “Satria Dewa: Gatotkaca” ini bisa ditonton di bioskop-bioskop dalam jaringan CGV dan XXI.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
UPDATE: Ada sedikit penyesuaian poin penilaian kanrea baru ingat mengenai product placement dari brand sponsor yang ada di dalam film. Terkesan dipaksakan dan tidak natural.
Review Satria Dewa: Gatotkaca 2022
- Story
- Acting / Characters
- Visual Effect / CGI
- Recommended Watching
Summary
Alur cerita lumayan rapi, namun eksekusi agak berantakan di beberapa bagian. Seperti ada banyak yang terjadi di layar dan kita tidak tahu harus fokus kemana. Efek CGI patut diapresiasi walau belum benar-benar memukau. Akting para pemain luar biasa. Di bawah ekspektasi dengan product placement yang mengerikan tapi masih layak untuk ditonton.
Leave a Reply