Review Film Prey (Netflix, 2021)

“Prey” adalah film bergenre suspense thriller asal negeri Jerman yang tayang perdana di Netflix pada tanggal 10 September 2021 lalu. Saya kebetulan baru sempat menuliskan sinopsis dan reviewnya sekarang. Semoga belum telat telat amat, hehehe.

Dari trailernya, tidak sulit untuk menebak ceritanya. Tentang lima orang sahabat yang terperangkap di wilayah pegunungan. Mereka harus bertahan hidup dari serangan seorang penembak jitu misterius.

Siapakah yang menembaki mereka? Apa alasannya? Apakah ada hubungannya dengan salah satu di antara mereka?

Yuk simak kelanjutan artikel ini untuk tahu jawabannya. Selamat membaca!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster prey 2021

poster prey 2021

Roman (diperankan oleh David Kross), kakaknya Albert (diperankan oleh Hanno Koffler), serta tiga orang sahabat mereka – Vincent (diperankan oleh Yung Ngo), Stefan (diperankan oleh Klaus Steinbacher), dan Peter (diperankan oleh Robert Finster) – pergi bersama untuk mendaki gunung.

Usai mengikuti jalur pendakian, saat hendak pulang, tanpa disangka seseorang menembak mereka. Tembakannya tepat mengenai lengan Vincent.

Menyadari bahwa itu bukanlah sekedar peluru nyasar dari pemburu, Roman dkk berusaha untuk kabur. Mereka mencoba mencari jalan keluar lain dengan memutari pegunungan. Apes, Stefan yang mengenal wilayah tersebut justru tewas tertembak lebih dulu.

Pelakunya ternyata adalah seorang wanita, yang belakangan diketahui bernama Eva (diperankan oleh Maria Ehrich).

Setelah Vincent dan Peter terbunuh, pada akhirnya terungkap bahwa Eva dendam pada semua pendaki, khususnya pria, yang datang ke sana. Pasalnya, putrinya tewas akibat ulah seorang pendaki pria yang mabuk.

Dalam duel sengit, Roman berhasil merebut senapan milik Eva. Kendati demikian, ia tidak tega untuk membunuhnya. Eva sendiri kemudian memilih untuk menjatuhkan dirinya sendiri dari atas tebing hingga (kemungkinan) tewas.

Tanggal Rilis: 10 September 2021
Durasi: 87 menit
Sutradara: Thomas Sieben
Produser: –
Penulis Naskah: Thomas Sieben
Produksi: Senator Film Produktion
Pemain: David Kross, Hanno Koffler, Maria Ehrich

Review Singkat

Film ini langsung mengingatkan saya pada “Nobody Sleeps In The Wood Tonight“.

Memang, ceritanya berbeda. Level sadisnya pun tak sama. Namun keduanya kompak mudah ditebak jalan ceritanya.

Di beberapa menit awal, saat Albert menemukan boneka kecil dan memungutnya, sudah jelas cerita akan ada kaitannya dengan anak kecil, kemungkinan besar adalah perempuan, yang meninggal di wilayah tersebut.

Hal itu langsung terkonfirmasi dengan adanya insiden penembakan. Ada seseorang yang dendam atau tidak terima dengan kematian si anak kecil. Kemungkinan besar adalah anggota keluarganya.

Bumbu-bumbu konflik antara Roman dan Albert ujung-ujungnya ya hanya sekedar bumbu belaka. Toh lagi-lagi tidak terlalu mengejutkan twist-nya. Sudah tertebak saat yang disajikan berulang adalah masa lalu Roman dan kekasihnya. Ditambah dengan sikap Albert yang menutupi sesuatu.

“Prey” memang tidak benar-benar buruk. Bagaimanapun alur ceritanya masih bisa dinikmati. Setidaknya tidak membuat saya ingin nyambi melakukan kegiatan lain kala menontonnya.

Sayangnya, dengan segala misteri yang cukup mudah terpecahkan sejak awal, film ini gagal memberikan alasan bagi saya untuk tidak merasa kecewa.

Terlebih akting para pemainnya tergolong standar. Tidak ada yang benar-benar menonjol. Bahkan cenderung di bawah rata-rata.

Sinematografi dari film-film rilisan Netflix yang biasanya mampu memanjakan mata juga kurang terlihat dalam “Prey”. Mungkin karena sang sutradara sibuk mencari cara untuk memburu rasa takut penonton. Yang sayangnya gagal ia lakukan.

Penutup

“Prey” menghadirkan tema usang yang bahkan tidak ada upaya untuk melakukan tehnik ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Hanya sebatas pada dua karakter di awal saja. A dan T.

Entah sudah berapa banyak film serupa dimana sekelompok orang terjebak di wilayah yang tak mereka kenal lantas diburu dan dihabisi satu-satu nyawanya oleh sosok yang juga tak mereka kenal.

Petunjuk misteri mengenai alasan para karakter diburu pun disajikan dengan gamblang. Tidak perlu berpikir keras. Di 20 menit pertama sudah tertebak jawabannya.

Kesemuanya itu dilengkapi dengan akting para pemain yang seperlunya. Tidak buruk, namun jauh dari kata berkualitas.

3/10.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf prey

Leave a Reply