Review Film Pengabdi Setan 2: Communion (2022) | Teror Ibu Yang Kembali Menyerbu

“Pengabdi Setan 2: Communion” hadir setelah berselang 5 tahun dengan prekuelnya, “Pengabdi Setan“.

Dengan penggarapan yang terlihat serius, ditambah dengan respon penonton semasa Early Screening dan Gala Premier yang hampir seluruhnya positift, tentu saya berharap banyak pada film horor besutan Joko Anwar ini.

Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?

Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film Pengabdi Setan 2: Communion di bawah ini.

Sekilas Tentang

poster film pengabdi setan 2

poster film pengabdi setan 2

Setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen, teror baru menanti.

Tanggal Rilis: 4 Agustus 2022
Durasi: 1 jam 59 menit
Sutradara: Joko Anwar
Produser: Gope T. Samtani, Tia Hasibuan
Penulis Naskah: Joko Anwar
Produksi: Rapi Films, Come and See Pictures, Sky Media, Brown Entertainment, Legacy Pictures
Pemain: Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Anuz, Bront Palarae, Ratu Felisha, Jourdy Pranata, Muzakki Ramdhan, Fatih Unru, Nazifa Fatia Rani, Iqbal Sulaiman, Kiki Narendra, Ayu Laksmi

Sinopsis Film / Alur Cerita

Pasca meninggalkan rumah, Rini (diperankan oleh Tara Basro), Toni (diperankan oleh Endy Arfian), Bondi (diperankan oleh Nasar Anuz), dan bapak (diperankan oleh Bront Palarae) kini tinggal di sebuah rumah susun yang ada di wilayah pinggir pantai.

3 tahun berlalu, mereka mencoba melupakan apa yang telah terjadi dan melanjutkan hidup seperti sedia kala.

cuplikan film pengabdi setan 2

cuplikan film pengabdi setan 2

Hingga suatu malam, Rini melihat beberapa penghuni rusun mulai berkelakuan aneh.

Ditambah dengan terjadinya kecelakaan lift yang mengakibatkan banyak korban jiwa.

Anehnya, bapak yang juga berada dalam lift jadi satu-satunya yang selamat.

Rini, Toni, dan Bondi belakangan menyadari bahwa rusun tersebut bukanlah rusun biasa.

Tempat yang mungkin berkaitan erat dengan apa yang pernah mereka alami sebelumnya.

Dan teror sang ibu (diperankan oleh Ayu Laksmi) beserta pengikut sekte pengabdi setan ternyata benar kembali menghantui mereka.

Ulasan / Review Film Pengabdi Setan 2

Mari kita awali ulasannya dengan hal yang paling membuat saya terkesan. Yaitu musik latar.

Dari seluruh judul film horor lokal yang pernah saya tonton hingga saat ini, scoring dalam “Pengabdi Setan 2” mungkin adalah yang terbaik.

Mampu memberikan rasa tidak nyaman di sepanjang durasi. Juga tidak mendadak lebay pada saat jump scare muncul di layar.

Sayang jump scare-nya sendiri terbilang tidak terlalu istimewa.

Sebagian bahkan sudah eksis di trailer yang beredar. Sedikit banyak mengurangi efek kejut ketika melihatnya.

Yang berharap ditakut-takuti kemungkinan besar bakal kecewa.

Sisi positifnya, penampakan yang dihadirkan jelas digarap dengan rapi. Tidak asal-asalan.

yang phobia pocong bakal diteror habis habisan

yang phobia pocong bakal diteror habis habisan

Rasanya apabila ratingnya tidak mengejar 13+ dan dibuat lebih berdarah-darah hasilnya bakal lebih seru.

Untuk akting, well, sejak dulu Joko Anwar sudah terbukti mampu memilih jajaran pemeran yang pas di setiap film yang ia besut.

Dan “Pengabdi Setan 2” bukanlah pengecualian.

Saya suka dengan bagaimana karakter Toni dan Bondi kini lebih mendapat spotlight ketimbang prekuelnya.

Juga bagaimana karakter-karakter yang sifatnya hanya sebagai pendukung ternyata mampu mencuri perhatian.

Mulai dari Tari (diperankan oleh Ratu Felisha), ustaz Mahmud (diperankan oleh Kiki Narendra), hingga Dino (diperankan oleh Jourdy Pranata).

Kalau Jokan sampai bikin spin-off dari semesta “Pengabdi Setan” dengan Tari sebagai bintang utamanya, saya pasti nonton.

she steals the show

she steals the show

Satu lagi adalah eksekusi latar cerita di tahun 80-an yang begitu meyakinkan.

Sayang ada bagian yang terasa bertele-tele dan seharusnya bisa dihilangkan tanpa mengurangi tingkat kepercayaan terhadap latar cerita tersebut.

Lantas bagaimana dengan naskahnya?

Itu dia. Kekurangan yang saya rasakan dalam film “Pengabdi Setan 2” ini justru ada pada elemen cerita.

Jadi tidak mungkin untuk mengungkapkan uneg-uneg saya tanpa memberikan sedikit spoiler.

Jika anti terhadap bocoran cerita, langsung scroll saja ke bagian Penutup di bawah.

Kalau perlu sambil merem agar tidak terbaca sekilas, hehehe.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Pertama adalah soal keputusan Rini untuk memeriksa isi koper bapak.

Saya paham trigger-nya adalah ketika bapak jadi satu-satunya yang selamat dalam kecelakaan lift di rumah susun.

Namun dengan 3 tahun mereka tinggal bersama pasca insiden ibu dan Ian tanpa ada rasa penasaran sedikit pun, peristiwa tersebut terasa tidak cukup kuat untuk menjadi pemicu aksi Rini.

Kedua adalah aksi Bondi yang dengan santainya memasuki kamar-kamar rusun yang ada. Seolah itu hal biasa di sana.

Termasuk ketika memasuki kamar pak RT dengan alasan khawatir ada yang sakit. Terasa dibuat-buat dan, lagi-lagi, tidak cukup meyakinkan.

Ketiga adalah tentang Wisnu dan buku misterius berisi bahasa isyarat.

Bagian ini mohon diralat apabila saya salah.

Yang saya dengar dari dialog Wisnu dan Rini, Wisnu menyatakan menggunakan bahasa isyarat rahasia dengan ibunya agar tidak diketahui oleh ayahnya.

Bahasa isyarat tersebut dipelajari dari buku misterius yang ia temukan saat pindah ke rusun.

Padahal, mereka pindah ke sana pasca rumah mereka terbakar dan ayahnya menjadi korban.

Lini masanya jadi tidak nyambung.

Sekali lagi, mohon diralat jika memang saya salah dengar di bagian ini.

Jika dibandingkan dengan keseluruhan naskah yang berkualitas, tiga kejanggalan yang ada di atas memang tidak seberapa.

Namun masalahnya, ketiga hal itu juga berperan penting terhadap jalannya cerita yang mengarah ke babak puncak.

Agak sulit untuk kemudian bisa 100% menikmatinya ketika otak masih kepikiran dengan adanya plot hole.

Satu masalah lagi adalah, di luar babak akhir yang sebenarnya sudah bisa ditebak, sebagian besar jump scare yang ada di babak pertama dan kedua sudah muncul di trailer.

Sebagian besar, ya. Bukan semua.

Kalau teman-teman belum menonton trailernya, mending jangan. Langsung tonton saja filmnya.

Penutup

Secara keseluruhan, kualitas dari “Pengabdi Setan 2: Communion” ada di atas pendahulunya. No debat.

Akting top dimana para karakter pendukung sukses mencuri perhatian, jump scare yang tereksekusi dengan baik walau sebagian besar sesuai prediksi, serta musik latar yang mungkin salah satu yang terbaik di antara film-film horor lokal yang pernah saya tonton.

Naskah masih bernoda dan tidak jauh berbeda dengan template film-film bertema serupa. Namun secara keseluruhan rapi dan tidak membosankan.

Layak tonton. Tapi jujur, yang pertama lebih memuaskan.

Sebagai catatan, saat saya tadi menontonnya di pertunjukan kedua (10.30 WIB), reaksi penonton di satu studio terbilang senyap. Cuma ada beberapa tawa kecil di titik-titik komedi.

Yang paling kencang sih saat adegan pak ustaz nge-prank. Yang memang unexpected, hehehe.

Saat review ini dipublikasikan, film “Pengabdi Setan 2: Communion” ini bisa ditonton di seluruh jaringan bioskop CGV dan XXI.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

review film pengabdi setan 2 communion
Review Pengabdi Setan 2: Communion 2022
  • Story
  • Acting / Characters
  • Horror / Jump Scare
  • Recommended Watching
3.5

Summary

Eksekusi lebih baik dari prekuel. Akting jajaran pemain yang top dan musik latar yang bikin hati uneasy. Bahkan karakter pendukung pun mampu mencuri perhatian. Walau naskahnya rapi, secara keseluruhan tidak terlalu berkesan dan bisa diprediksi. Sejalan dengan unsur horornya yang berada di bawah ekspektasi.

Leave a Reply