Review Film Nini Thowok (2018)

Tahun 2018 bisa dibilang masa kejayaan genre film horor di era milenial. Dari daftar 15 film box office di waktu itu, 7 di antaranya adalah film tentang hantu, setan, dan teman-temannya. Sebut saja “Suzanna: Bernafas Dalam Kubur”, “Danur 2: Maddah”, atau “Sebelum Iblis Menjemput”. Yang akan dibahas kali ini juga hadir di tahun yang sama, “Nini Thowok”. Kebetulan tidak masuk di dalam daftar tersebut. Apakah karena kurang beruntung? Atau memang kualitasnya bikin mual? Biar gak penasaran, simak sinopsis dan review singkatnya berikut.

Sinopsis Singkat

poster ninithowok

Pasca kematian neneknya, Eyang Marni (diperankan oleh Jajang C Noer), Nadine (diperankan oleh Natasha Wilona) dan adiknya, Naya (diperankan oleh Nicole Rossi), menerima warisan sebuah losmen tua Mekar Jiwo yang diwanti-wanti untuk tidak ditutup maupun dijual. Mau tidak mau, mereka berdua bersama suami Nadine terpaksa pindah ke Solo untuk mengelolanya. Dari kedua pegawai losmen, Mbok Girah (diperankan oleh Ingrid Widjanarko) dan pak Rahmat (diperankan oleh Slamet Ambari), Nadine mengetahui ada sebuah kamar yang tidak boleh dibuka. Ia tidak mempedulikan pesan mereka dan memaksa untuk membuka kamar tersebut. Di dalamnya ternyata terdapat sebuah boneka nini thowok (jleangkung perempuan) dan juga sebuah lukisan bergambar perempuan keturunan Cina yang belakangan diketahui sebagai Nyonya Oey (diperankan oleh Gesata Stella), pemilik asli losmen tersebut.

Sejak kejadian itu, peristiwa mistis mulai dialami oleh Nadine. Puncaknya, Naya menghilang begitu saja. Mbok Girah akhirnya menceritakan bahwa kemungkinan besar pelakunya adalah arwah Nyonya Oey, yang hingga sekarang terus mencari anak perempuannya yang dulu hilang.

Tanggal Rilis: 1 Maret 2018
Durasi: 1 jam 15 menit
Sutradara: Erwin Arnada
Produser: Ronny Irawan, Hendro Djasmoro, Andreas Setiaputra
Penulis Naskah: Alim Sudio, Erwin Arnada
Produksi: TBS Films
Pemain: Natasha Wilona, Nicole Rossi, Jajang C Noer, Ingrid Widjanarko, Slamet Ambari, Gesata Stella, Amec Aris

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Setelah menonton puluhan judul film horor Indonesia, saya jadi bisa mengira-ngira kualitas suatu judul secara keseluruhan dengan melihat ciri-ciri yang muncul di layar. Dan dari sajian 10 menit perdana yang menggunakan pencahayaan sangat minim, saya sudah khawatir bahwa “Nini Thowok” bakal masuk dalam kategori film dengan kualitas di bawah rata-rata.

Well, dugaan saya tepat. Kacau. Berantakan. Tidak meyakinkan. Dan Labil.

Cerita menggunakan salah satu template standar (baca Ciri-Ciri Film Horor Indonesia). Penginapan dengan satu pintu yang digembok dan tidak boleh dibuka. Saat dibuka, isinya adalah boneka nini thowok dan lukisan bergambar seorang wanita keturunan Tiongkok. Tentu, pasca kejadian tersebut, teror gaib mulai bermunculan.

Seperti biasa pula, karakter pembantu / pegawai lama tahu rahasia kenapa pintu tersebut tidak boleh dibuka. Ia yang nanti bakal mengungkapkan misteri yang sebenarnya. Nothing special.

Twistnya? Lebih mudah lagi untuk ditebak.

Kesemua itu dibalut dengan bebarapa bagian yang sulit dinalar. Anak kecil jaman sekarang memang lebih cepat dewasa dan bisa melakukan hal-hal sadis. Tapi untuk ukuran bocah tahun 1950-an, menyeret dan menyembunyikan mayat anak majikan yang tidak sengaja ia bunuh jelas ngawur. Terlebih setelah itu digambarkan bahwa si bocah bukanlah psikopat, hanya manusia biasa yang lantas diselimuti rasa bersalah.

Di luar cerita, yang bagi saya sangat mengganggu justru akting para pemainnya. Tidak ada yang terlihat meyakinkan. Mayoritas lebay dalam berkata-kata. Terlalu ekspresif sehingga nampak fake. Dialognya pun bikin puyeng. Puyeng karena sepertinya ditulis oleh orang introvert yang tidak pernah bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain dalam hidupnya.

Simak saja bagaimana cara Nadine dan suaminya (mbuh siapa namanya) berkomunikasi. Jangankan mengharap chemistry. Wong deretan kalimatnya lebih mirip antar teman biasa kok. Yang di bagian penutup juga parah. Bercakap formal dengan rekan bisnis, saling memanggil ‘pak’ dan ‘bu’, tapi di tengah-tengah terselip kata ganti ‘kamu’. Hadeh.

Penampakannya? Super duper konyol. Tidak konsisten. Segala macam setan asal dimasukkan. Dari yang mirip iblis neraka hingga satpam India. Paling ngaco ketika dua sosok hantu anak kecil dihadirkan di tengah pasar. Padahal yang satu meninggal di rumahnya sendiri, sementara yang satu lagi MASIH HIDUP (dan sudah berumur). Jump scare apalagi. Begitu begitu saja.

Momen puncak ditutup dengan pamer efek CGI yang sayangnya gak nyambung sama sekali. Ingin kelihatan keren dengan mengeluarkan budget bermilyard-milyard (katanya), namun ujung-ujungnya malah memalukan diri sendiri.

Penutup

Dalam sebuah wawancara, baik produser maupun sutradara sama-sama mengaku tidak banyak melakukan riset dalam pembuatan film “Nini Thowok”. Dan yah, hasilnya memang sesuai. Bikin seadanya, kualitas pun seadanya. Mau tidak mau saya menilai juga seadanya. 1/10, hanya berkat adanya wajah imut nan manis Natasha Wilona.

rf ninithowok

Leave a Reply