Review Film Mengejar Setan (2013)

“Mengejar Setan” menggenapi review film horor Indonesia di Curcol.Co yang dibintangi oleh Evan Sanders. Saya sengaja berputar-putar menonton judul-judul yang lain terlebih dahulu sebelum akhirnya menyimak yang satu ini. Alasannya tidak perlu dijelaskan lagi, seperti yang sudah pernah saya sampaikan di sini. Apakah masalah yang sama bakal saya temui di sini? Simak deh sinopsis dan review singkatnya di bawah.

Sinopsis Singkat

poster mengejarsetan

Andika (diperankan oleh Evan Sanders) dan Tarina (diperankan oleh Masayu Anastasia) memutuskan untuk memulai hidup yang baru di kota Bandung pasca mengalami kecelakaan tragis. Mereka menempati sebuah rumah tua yang mereka beli dari pak Lukman dengan harga murah. Untuk membantu Andika dan Tarina, pak Lukman meminjamkan Asep (diperankan oleh Munajat Raditya), pembantunya, untuk sementara bekerja di rumah tersebut. Sebelum pergi, pak Lukman berpesan agar Andika dan Tarina tidak naik ke lantai atas karena belum dibersihkan dan masih ada barang-barang miliknya yang belum dipindahkan.

Karena Andika masih sibuk mengurus pekerjaannya yang baru, Tarina lebih sering berada sendiri di rumah bersama Asep dan Alia (diperankan oleh Yafi Tesa Zahara), putrinya. Lama kelamaan ia mulai merasakan hal-hal ganjil di rumah tersebut. Berbagai penampakan terus menerus menterornya, bahkan mencoba membunuhnya.

Tidak tahan lagi, Tarina lantas meminta bantuan pada Broto Seno, seorang paranormal yang direkomendasikan oleh sahabatnya. Broto mengkonfirmasi bahwa memang ada energi jahat di rumah tersebut yang berasal dari kamar di lantai atas. Tepatnya dari lukisan seorang wanita yang ada di sana. Belakangan diketahui bahwa wanita tersebut, Jamilah, sebelumnya dibunuh oleh suami sirinya sendiri yang memaksa agar kandungannya digugurkan. Untuk menghilangkan jejak, si suami meminta bantuan pada pak Lukman dan ayah Asep untuk menguburkan mayat Jamilah di hutan belakang rumah.

Di akhir terungkap pula bahwa sosok Alia yang selama ini dilihat Tarina sebenarnya telah meninggal dalam kecelakaan yang sebelumnya mereka alami.

Tanggal Rilis: 19 Desember 2013
Durasi: 74 menit
Sutradara: Nayato Fio Nuala
Produser: Firman Bintang
Penulis Naskah: Alexander Harry
Produksi: Mitra Pictures, BIG Production
Pemain: Evan Sanders, Masayu Anastasia, Cinta Dewi, Munajat Raditya, Yafi Tesa Zahara, Ivan Leonardy, Donita

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sepertinya saya sudah mulai terbiasa dengan akting-akting Evan Sanders di film bergenre horor sehingga tidak lagi terganggu oleh ekspresi wajah anehnya saat beradegan ketakutan. Atau mungkin saja aktingnya di sini sedikit lebih baik dari keempat film horor Indonesia lain yang pernah ia bintangi (“Kuntilanak”, “Kuntilanak 2”, “Ruqyah: The Exorcism”, dan “Roh Fasik”). Pun begitu, saya tetap berharap bahwa ia jangan lagi mengambil tawaran peran di genre tersebut.

Di sisi lain, Masayu Anastasia tetap tampil meyakinkan seperti sebelum-sebelumnya. Apesnya dia, selalu saja bermain dalam film horor yang naskahnya abal-abal. Tidak terkecuali “Mengejar Setan” ini.

Satu-satunya yang bisa saya ingat dari film ini adalah penampakan setan wanita yang berlari slow motion. Tujuannya apa? Gak ada. Hubungannya dengan cerita? Gak ada juga. Cuma bagus aja penampakannya, hehehe.

Untuk kesekian kali, cerita menjadi titik lemah dalam film besutan Nayato Fio. Saking seringnya sampai bukan menjadi hal yang aneh lagi. Masalahnya, untuk standar karya-karya beliau pun kualitas naskah film ini jauh di bawah.

Film mencoba menghadirkan misteri ganda dengan dua penampakan yang berbeda. Sosok seorang wanita berpakaian penari tradisional serta seorang anak kecil. Tidak butuh waktu lama untuk menebak bahwa si anak kecil hanyalah ‘khayalan’ dari Tarina, sementara hantu wanita pasti berhubungan dengan kamar di lantai atas yang dilarang untuk dimasuki. Tanpa terlalu banyak eksplorasi cerita pun penulis Alexander Harry tetap tidak mampu untuk fokus. Terlihat di babak ketiga dimana adegan yang emosinya paling kuat justru antara Tarina dengan arwah anaknya. Sedang si hantu wanita berlalu begitu saja tanpa ada feel apapun.

Tapi sutradara Nayato memang sudah terbiasa menangani naskah-naskah kacrut semacam ini. Ia pun menutup film dengan adegan pamungkas yang acap ia lakukan. Menampilkan kembali sosok hantu (yang seharusnya tidak lagi menghantui) untuk membunuh karakter yang tersisa. Harapannya penonton kaget dan lupa bahwa film yang barusan ditonton tidak ada juntrungannya sama sekali.

Bagaimana dengan jump scare-nya? Saya suka momen saat hantu keluar menembus pintu lift dan karakter Andika yang kaget lantas reflek melangkah menuju lift (yang tentu saja pintunya belum terbuka). Ini disusul dengan saat menekan tombol lift ternyata ada jari si setan yang sudah lebih dulu menempel di tombol. Not bad.

Penutup

Cerita yang tidak rapi, tidak ada kesesuaian dengan judul, serta tidak fokus membuat “Mengejar Setan” sangat tidak layak untuk ditonton. Kalau nekat bisa-bisa kita yang dikejar oleh rasa penyesalan. Seperti saya. 0.5/10, untuk jump scare di lift dan penampakan setan berlari slow motion.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf mengejarsetan

Leave a Reply