Berhubung sudah me-review “Ruqyah: The Exorcism” dan “Kesurupan“, tidak komplit rasanya jika tidak sekaligus membahas mengenai “Kerasukan”. Kebetulan ketiganya memiliki tema serupa, yang tentunya sudah bisa ditebak dari judulnya. Belakangan saya baru tahu bahwa saat penayangannya di tahun 2013 lalu, film ini sempat membuat kehebohan. Produser Firman Bintang kabarnya ngambek dan menarik film ini dari seluruh jaringan bioskop 21 / XXI karena yang bersangkutan dituduh menganakemaskan “Iron Man 3”. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 27 Juni, judul ini dirilis kembali. Pertinyiinnyi, seberapa hebatnya sih kualitas film ini sampai-sampai dibelain seperti itu? Simak langsung deh sinopsis dan review singkatnya di bawah.
Sinopsis Singkat
Andien, Didi, Vanilla dan Binar pergi berlibur ke Pangandaran untuk menghibur Didi yang baru saja putus dengan kekasihnya. Setelah sempat bermain-main di air terjun, mereka berempat tiba di sebuah kampung yang tampak sepi dan terbengkalai. Kampung tersebut ternyata menyimpan sebuah kejadian tragis di masa lalu, yang menyebabkan semua penghuninya kini berubah menjadi hantu zombie. Siapa pun yang masuk ke area kampung tersebut dikisahkan tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Untungnya Andien dan Didi pada akhirnya bisa selamat, walau harus meninggalkan dua sahabatnya, Vanilla dan Binar, yang menjadi korban keganasan makluk gaib di kampung tersebut.
Tanggal Rilis: 25 April 2013
Durasi: 1 jam 23 menit
Sutradara: Chiska Doppert
Produser: Firman Bintang
Penulis Naskah: Ratih Kumala
Produksi: Mitra Pictures, BIC Production
Pemain: Arumi Bachsin, Jesyca Marlein, Kimmy Geovanni, Angelica Simperler, Yati Surachman, Leroy Osmani
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Jika “Kesurupan” sempat membuat saya terpesona di awal, “Kerasukan” justru sebaliknya. Dimulai dengan kejadian konyol nan tidak logis dimana dengan pedenya Andien, Didi, Vanilla dan Binar mengikuti arah penunjuk jalan ke Pangandaran yang jelas-jelas dalam kondisi copot, penampakan perdana sudah langsung membuat saya bisa mengira-ngira bakal seperti apa sisa durasi yang harus saya lewati.
Penggemar film horor Indonesia rasanya sudah bisa menebak. Sutradara Chiska Doppert identik dengan tata suara yang mengganggu pendengaran saat bermain-main dengan penampakan maupun jump scare. Tak terkecuali film yang sebelumnya berjudul “Kampung Setan” ini. Suara petir menggelegar mengiringi eksistensi makhluk gaib di layar, yang frekuensinya tidak minim.
Saya curiga bahwa hal tersebut disengaja agar yang menonton tidak ketiduran. Secara dari segi cerita pun membosankan. Premisnya mungkin menarik, tentang sebuah kampung terpencil yang seluruh warganya meninggal karena wabah. Seluruhnya kecuali 1 orang nenek. Atau dukun. Atau apalah dia, gak penting juga untuk dipahami. Tapi apalah arti ide cerita menarik jika tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah naskah yang baik, solid, dan meyakinkan. Nyatanya “Kerasukan” gagal melakukan hal tersebut.
Film ini sebenarnya bisa jadi lebih baik apabila cerita fokus pada satu tema: kerasukan atau kampung setan. Adegan saat Binar kesurupan dan bunuh diri itu asli creepy banget. Bayangkan betapa mencekamnya apabila hal tersebut terjadi pada ketiga karakter yang lain satu demi satu. Pastinya bakalan serem banget.
Unsur kampung setan, atau lebih cocok disebut kampung zombie, menurut saya merusak semuanya. Tidak ada alasan yang kuat kenapa para warga yang terkena wabah jadi penasaran dan bertingkah laku seperti hybrid hantu dan zombie. Makan daging namun bisa ngilang begitu saja. Butuh latar cerita yang lebih kuat untuk memperkenalkan setan semacam itu.
Untungnya, akting para pemainnya tidak buruk-buruk amat. Masih bisa dinikmati. Chemistry di antara 4 sahabat tidak begitu kuat tapi masih terlihat. Pun begitu dengan akting Yati Surachman yang lumayan creepy walau terasa kurang jahat.
Penutup
“Kerasukan” pada dasarnya memiliki kualitas yang setali tiga uang dengan “Kesurupan”. Meski menggunakan template standar tentang sekumpulan remaja yang pergi berlibur, film ini mencoba untuk memasukkan elemen cerita yang berbeda — kampung setan dengan hantu-hantunya yang mirip zombie. Sayangnya, sulit untuk mengabaikan kualitas cerita yang buruk serta adegan-adegan penampakan / jump scare yang biasa saja. Di banyak bagian malah cenderung megganggu berkat adanya tata suara ala petir menggelegar yang bikin telinga tidak nyaman. Sedikit tertolong oleh akting para pemainnya. 3/10.
Leave a Reply