Usai menonton “Nyi Roro Kidul Project” beberapa hari lalu, saya baru membaca komentar-komentar netizen mengenai film tersebut. Banyak yang menghujat karena menyatakan filmya copas dari “Hashima Project” (atau disebut juga “H Project”), sebuah film horor asal negeri Thailand. Saking penasarannya, saya pun mencoba mencari film yang dirilis pada tahun 2013 tersebut. Dan ketemu. Dari posternya sih emang mirip. Tapi benarkah ceritanya juga mirip? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
Sinopsis Singkat
Sekelompok remaja — Aof (diperankan oleh Alex Rendell), Nan (diperankan oleh Apinya Sakuljaroensuk), Nick (diperankan oleh Pirat Nitipaisalkul), Doc (diperankan oleh Mek Mekwattana), dan May (diperankan oleh Sucharat Manaying) — ingin memiliki program TV mereka sendiri mengenai hal-hal yang berbau mistis. Karena lamaran mereka belum juga diterima, mereka pun mencoba untuk meng-upload salah satu rekaman yang telah mereka buat ke Youtube. Siapa sangka, dalam waktu singkat, jumlah penontonnya sudah mencapai ratusan ribu. Popularitas yang menanjak membuat mereka mendapat tawaran untuk menggarap liputan sebuah lokasi yang berhantu di Jepang, tepatnya di pulau Hashima, oleh seorang produser. Tanpa berpikir panjang, tawaran tersebut pun mereka terima.
Di TKP, mengabaikan instruksi dari Mr. Sato (diperankan oleh Bungo Satō), guide yang menemani selama di Jepang, Aof dkk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Puncaknya adalah saat Aof memecahkan guci berisi abu jenazah seorang wanita yang meninggal di sana, Ms. Miko (diperankan oleh Shô Nishino), dan mengambil cincin yang tersimpan di dalam guci tersebut. Padahal, siapapun yang melakukannya pasti akan berakhir tragis.
Dan mitos tersebut menjadi kenyataan. Dimulai dari gempa bumi yang membuat Aof dan yang lainnya pontang panting berusaha keluar dari bangunan yang ada di pulau Hashima hingga teror gaib yang menghantui mereka sekembalinya ke Thailand. Teror yang mengakibatkan kematian beberapa di antara mereka.
Tanggal Rilis: 31 Oktober 2013
Durasi: 118 menit
Sutradara: Piyapan Choopetch
Produser: Jantima Liawsirikun, Adirek Wattaleela
Penulis Naskah: Adirek Wattaleela
Produksi: M39 Pictures
Pemain: Alex Rendell, Apinya Sakuljaroensuk, Pirat Nitipaisalkul, Mek Mekwattana, Sucharat Manaying, Shô Nishino
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Ada masa dimana kisah tentang influencer (Youtuber, Instragrammer) yang ingin mendapatkan penonton dan tambahan penggemar nekat mengunjungi tempat-tempat seram laku dijual. Salah satunya ya ini, “Project Hashima”. Polanya pun tidak jauh berbeda. Sekedar ingin eksis tanpa punya pengetahuan yang cukup mengenai dunia mistis. Kalau pun tahu, ya asal tahu aja. Tidak peduli dan tidak mengindahkannya.
Cerita jadi makin klise ketika sekelompok anak muda di film ini mengunjungi lokasi yang dinyatakan sebagai salah satu tempat paling berhantu di dunia, lantas bertindak asal-asalan di sana. Bahkan sampai membawa pulang sebuah barang yang merupakan salah satu aturan dasar yang tidak boleh dilanggar. Bisa ditebak jika kemudian satu demi satu menghembuskan nyawa terakhir mereka.
Untungnya, lokasi uji nyali yang dipilih bukanlah lokasi biasa. Saya, yang memang suka menjelajahi tempat-tempat semacam ini, langsung gugling untuk mencari tahu apakah suatu saat nanti bisa mendatanginya. Dan ya, jawabannya bisa, hehehe.
Gunkanjima alias Hashima Island, bekas tambang batu bara yang ditutup sejak tahun 1974. Banyak peristiwa tragis pernah terjadi di sana mengingat di tahun 1940-1945, pihak Jepang memperkerjakan paksa ratusan orang Korea. Lebih dari 100 orang meninggal dengan kondisi mengenaskan, yang berujung dijulukinya pulau tersebut sebagai pulau Neraka.
Lokasi yang creepy ditunjang dengan pengambilan gambar yang cerdas melalui sudut-sudut sempit. Dari balik tembok, dari jendela yang ada di kejauhan, dari balik lobang kayu, dan sebagainya. Ada kalanya kita bahkan seolah-olah diajak untuk melihat kondisi sekitar dari sudut pandang arwah penasaran yang ada. Ini unik sekaligus mampu membangun suasana mencekam secara perlahan.
Tata suara pun mendukung. Aturannya jelas. Boleh diberi efek suara yang (agak) keras asal penonton juga bisa melihat penampakan yang ada. Semakin jelas terlihat, semakin keras pula genjreng-genjrengnya. Sebaliknya, jika hanya terlihat sepintas, atau dari kejauhan, maka sama sekali tidak ada efek suara yang ditambahkan. Ini keren dan seharusnya diadopsi oleh sineas film horor Indonesia.
Sayangnya, kelemahan cerita memang tidak bisa diabaikan. Ini semakin terlihat di babak ketiga. Sutradara terlihat terburu-buru sehingga banyak detil yang terlewat. Penampakan yang sebelumnya rapi terkonsep jadi asal-asalan. Sayang sekali.
Penutup
Mengklaim bahwa “Nyi Roro Kidul Project” dengan “Hashima Project” sebagai sebuah film yang serupa jelas merupakan salah satu contoh kebodohan netizen +62 yang suka nyinyir tanpa fakta. Selain cerita yang JAUH berbeda, “H Project” juga mengusung level horor yang ada di atas rata-rata film horor Indonesia. Bukan dari tingkat keseramannya, melainkan dari cara mereka membangun suasana. Memberi efek suara pada hantu yang terlihat jelas di layar dan tetap sunyi saat ada penampakan yang jau di belakang jelas sesuatu yang sangat cerdas. Sayang, cerita bukanlah kekuatan utamanya. Ketidakrapian di awal malah semakin berantakan saat mendekati akhir yang terkesan diburu-buru. 5.5/10.
Leave a Reply