Judul dan poster film “Nyi Roro Kidul Project” ini membuat banyak pihak su’udzon dan menganggapnya jiplakan dari “H Project” atau “Hashima Project”, sebuah film horor asal negeri Thailand yang tayang setahun sebelumnya. Sayangnya, saya belum bisa membuktikannya karena belum pernah menonton film Thai tersebut dan tidak menemukannya di situs-situs streaming yang biasa saya akses. Tapi dari trailernya sih sekilas tidaklah sama. Jadi, yah, sinopsis dan terutama review singkat berikut akan berasal dari sudut pandang orang yang belum menonton “H Project”, ya, hehehe.
Sinopsis Singkat
Pasca kematian kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan mobil, Sandra (diperankan oleh Vebby Palwinta) mengetahui dari tante Mia (diperankan oleh Indah Kalalo) bahwa ia sebenarnya diadopsi dari sebuah panti asuhan. Untuk mencari informasi mengenai sosok orang tuanya yang asli, Sandra memutuskan untuk menuju ke sana dengan ditemani oleh kekasihnya, Niko (diperankan oleh Randy Pangalila), serta dua orang sahabatnya, Anggun (diperankan oleh Raquel Katie Larkin) dan Gento (diperankan oleh Fauzan Nasrul). Desa tempat panti asuhan yang dimaksud ternyata sudah lama terbengkalai. Tidak itu saja, dari Ernest (diperankan oleh Andrew Andika) yang tengah mendokumentasikan tempat tersebut, mereka mengetahui bahwa desa itu dulunya merupakan tempat tinggal para pengikut Nyi Roro Kidul.
Tanggal Rilis: 25 September 2014
Durasi: 85 menit
Sutradara: Nayato Fio Nuala
Produser: Nayato Fio Nuala
Penulis Naskah: Ery Sofid
Produksi: MD Pictures
Pemain: Randy Pangalila, Vebby Palwinta, Fauzan Nasrul, Raquel Katie Larkin, Andrew Andika, Margin Wieheerm, Indah Kalalo, Jajang C. Noer
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
This is surprisingly good! Perjalanan mencari orang tua biologis Sandra ke panti asuhan yang berada di tengah-tengah desa yang kini terbengkalai berujung pada terungkapnya misteri demi misteri yang mengejutkan. Twist yang dihadirkan di penghujung cerita juga lumayan mengagetkan. Saya sempat kebingungan menebaknya karena dari pengalaman menonton film horor selama ini hanya ada satu kemungkinan yang tersisa. Eh lah kok ternyata memang benar seperti itu twistnya, hehehe.
Sayangnya, apik secara cerita tidak otomatis mengantarkan “Nyi Roro Kidul Project” sebagai sebuah film horor lokal yang layak diberi acungan jempol. Beberapa hal masih menjadi catatan. Yang paling utama menurut saya adalah pola penampakan atau jump scare yang begitu begitu saja. Kalau tidak tiba-tiba muncul di belakang dan saat ditengok sudah hilang, ya ada tangan yang menggapai secara perlahan dari belakang. Membosankan.
Sinematografi sangat terasa kebantingnya dengan judul-judul jaman now. Yah, masih bisa dimaklumi sebenarnya, mengingat yang begitu begitu saja dulu tidak banyak penonton yang protes. Yang lebih saya sesalkan adalah ketidakmampuan kamera menggambarkan sebuah desa yang sudah ditinggalkan penduduknya, seperti yang disampaikan dalam cerita. Pemilihan lokasi-lokasinya juga nggak banget. Ketimbang dusun pesisir, jelas sekali bahwa pengambilan gambar dilakukan di daerah villa dan taman di sekitarnya.
Poin plusnya, ini adalah sedikit film dimana semua karakter utama — Sandra, Niko, Anggun, dan Gento — mendapat porsi yang pas. Masing-masing punya peranan, tidak sekedar sebagai pemanis atau pelengkap grup yang bisa dihilangkan kapan saja tanpa ada pengaruhnya dengan cerita. Titik tawanya juga lumayan, walau terkadang lebay dan garing.
Penutup
Dengan mengabaikan beberapa bagian dialog yang tidak konsisten, secara keseluruhan “Nyi Roro Kidul Project” adalah film yang sangat bisa dinikmati. Khususnya dari segi cerita. Saya tidak tahu mana yang lebih berjasa untuk itu, apakah sang sutradara atau penulis naskah. Rasanya harus saya buktikan dengan memasukkan judul-judul film horor lain yang mana keduanya berkolaborasi.
6.5/10. Layak tonton.
Leave a Reply