Review Film Fear Street Part Three: 1666 (Netflix, 2021)

Minggu kemarin, tepatnya dalam “Fear Street Part Two: 1978“, Deena dan Josh mendapat informasi dari C. Berman a.k.a Ziggy mengenai cara untuk memusnahkan kutukan Sarah Fier di kota Shadyside.

Namun saat Deena menguburkan potongan tangan Sarah bersama dengan tubuhnya, ia tiba-tiba berpindah ke masa lalu, ke dalam tubuh Sarah. Apa yang sebenarnya terjadi?

Masih dibesut oleh sutradara Leigh Janiak, simak akhir kisah trilogi ini dalam alur cerita dan review singkat “Fear Street Part Three: 1666” berikut ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster fear street part three 1666

poster fear street part three 1666

Tahun 1666. Sarah Fier (diperankan oleh Kiana Madeira) tinggal di Union bersama dengan ayahnya, George Fier (diperankan oleh Randy Havens), dan adiknya, Henry (diperankan oleh Benjamin Flores Jr.).

Seperti halnya Deena dan Sam, Sarah diam-diam menjalin hubungan asmara dengan Hannah Miller (diperankan oleh Olivia Scott Welch), putri dari pastor Cyrus.

Suatu hari, sebelum pesta dansa anak muda di hutan, Sarah, Hannah, dan Lizzie (diperankan oleh Julia Rehwald) menyusup ke tempat tinggal seorang wanita tua bernama Lane (diperankan oleh Jordana Spiro) untuk mengambil buah-buahan yang bila dikonsumsi bisa mengakibatkan efek mabuk.

Di sana Sarah tanpa sengaja menemukan buku sihir milik Lane. Ia tertegun melihat sebuah halaman yang membahas mengenai perjanjian dengan iblis.

Lane muncul dan mengusir mereka bertiga.

Beberapa waktu kemudian, saat pesta berlangsung, Hannah diganggu oleh Elijah (diperankan oleh Matthew Zuk). Sarah menolongnya.

Keduanya lantas melipir dari pesta dan bermesraan di tengah hutan. Mereka sempat merasa ada yang melihat, namun mengabaikannya.

Esok harinya, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi di Union. Mulai dari hewan-hewan ternak yang menjadi liar, roti dan buah yang menjadi busuk, serta sumber-sumber air yang kering maupun tidak bisa digunakan lagi.

Hal itu berujung pada pastor Cyrus yang tiba-tiba berubah. Ia mengurung beberapa orang dalam gereja lalu membunuh mereka semua sebelum akhirnya ia dibunuh oleh Solomon Goode (diperankan oleh Ashley Zukerman).

Malam hari, penduduk Union mengadakan rapat. Sebagian besar meyakini bahwa desa tersebut telah dikutuk dan pastor Cyrus hanyalah korban dari iblis yang datang ke desa mereka.

Elijah dan Caleb (diperankan oleh Jeremy Ford) memprovokasi warga, menyatakan bahwa Sarah dan Hannah, dengan hubungan terlarang mereka, yang telah menyebabkan Union menjadi seperti itu.

Warga terpancing dan mulai mencari keduanya. Sarah berhasil kabur, namun Hannah tertangkap. Ia direncanakan untuk digantung mati keesokan harinya.

Demi menyelamatkan Hannah, Sarah berniat untuk membuat perjanjian dengan iblis. Anehnya, setibanya di rumah Lane, Lane ternyata sudah terlebih dahulu dibunuh oleh seseorang. Buku sihir pun tidak lagi ada di sana.

Sarah lantas menceritakan hal tersebut pada Solomon yang selama ini merupakan sahabatnya. Solomon mengaku mempercayainya.

Tak lama beberapa orang warga, dipimpin oleh Elijah, mendatangi rumah Solomon untuk mencari keberadaan Sarah. Solomon berusaha menahan mereka sembari menyuruh Sarah untuk bersembunyi.

Tanpa disangka, Sarah justru menemukan terowongan tersembunyi di bawah rumah Solomon. Tidak itu saja, ia lalu menemukan adanya tanda penyihir (witch’s mark) dan buku milik Lane di sana.

Solomon muncul dan mengungkapkan bahwa ia sudah membuat perjanjian dengan iblis. Dengan imbalan harta dan tahta, Solomon wajib secara berkala menumbalkan nyawa seseorang.

Dan orang pertama yang ia tumbalkan adalah pastor Cyrus.

Solomon merayu Sarah untuk bergabung bersamanya. Sarah menolak dan berusaha melarikan diri. Tangannya sempat terpenggal saat menahan tikaman pisau Solomon.

Pada akhirnya, Solomon berhasil menangkap Sarah. Ia pun diserahkan ke warga untuk dieksekusi bersama Hannah.

Beberapa jam kemudian, keduanya dibawa ke sebuah pohon besar untuk digantung.

Untuk menyelamatkan Hannah, Sarah mengaku bahwa ia sudah membuat perjanjian dengan iblis agar menjadi penyihir. Tidak hanya membuat Union terkutuk, ia juga sudah menggunakan sihirnya untuk merayu Hannah.

Pernyataan tersebut membuat warga melepaskan Hannah.

Saat Solomon mengalungkan tali ke lehernya, Sarah dengan geram mengutuk Solomon. Ia memastikan bahwa suatu saat nanti rahasia Solomon akan terungkap dan ia tidak akan berhenti mengejarnya sampai hal itu benar terjadi.

Pasca kematian Sarah, Hannah, Lizzie, dan 2 orang lainnya memindahkan jasad Sarah ke tempat lain. Tepatnya di dekat batu besar tempat sebelumnya mobil Sam dan pasangannya kecelakaan.

Deena (diperankan oleh Kiana Madeira) kembali ke ‘dunianya’ tepat di saat sherif Nick Goode (diperankan oleh Ashley Zukerman) datang. Ia bergegas menarik Josh (diperankan oleh Benjamin Flores Jr.) menghindar dan kabur menggunakan mobil patroli Nick.

Setelah menceritakan semuanya pada Josh dan Ziggy (diperankan oleh Gillian Jacobs), diputuskan untuk membunuh Nick sebagai satu-satunya cara mengakhiri kutukan di Shadyside.

Josh kemudian mengajak Martin (diperankan oleh Darrell Britt-Gibson), pegawai kebersihan di Shadyside Mall yang berulang kali dikerjai oleh Nick, untuk bergabung. Martin setuju.

Tahu bahwa para pembunuh Shadyside kini mengejar Deena, mereka menggunakan Shadyside Mall sebagai area untuk melakukan perlawanan. Rencana awal adalah dengan mengurung para pembunuh Shadyside lalu menyiram Nick dengan air yang bercampur darah Deena.

Rencana tersebut semula berjalan baik. Apes, Nick gercep dan memeluk Ziggy, mengakibatkan para pembunuh Shadyside sebagian menyerangnya.

Mau tidak mau Deena menggores telapak tangannya dan membuat perhatian mereka kembali kepadanya.

Sementara Josh, Ziggy, dan Martin menghadapi pembunuh Shadyside, Deena mengejar Nick yang kabur melalui terowongan di bawah bangunan mall.

Tak lama Sam (diperankan oleh Olivia Scott Welch) lolos dari ikatannya dan ikut mengejar Deena.

Walau Deena bisa mengatasi Sam, nyawanya nyaris habis di tangan Nick. Di saat terakhir, Deena mendorong tangan Nick hingga menyentuh ‘gundukan darah’ yang ada di witch’s mark.

Sesaat kemudian, bayangan-bayangan korban Solomon bermunculan di hadapan Nick dan membuatnya ketakutan. Deena memanfaatkan momen tersebut untuk membunuh Nick.

Bersamaan dengan itu, para pembunuh Shadyside menghilang. Pun begitu dengan witch’s mark serta deretan nama tumbal yang terukir di tembok batu.

Kondisi Sunnyvale sedikit demi sedikit memburuk. Sebaliknya, keadaan di Shadyside justru semakin lama semakin membaik.

Di bagian akhir terlihat ada seseorang yang mengambil buku sihir dari bekas area witch’s mark.

Tanggal Rilis: 16 Juli 2021
Durasi: 114 menit
Sutradara: Leigh Janiak
Produser: Peter Chernin, David Ready, Jenno Topping
Penulis Naskah: Phil Graziadei, Leigh Janiak, Kate Trefry
Produksi: Chernin Entertainment
Pemain: Kiana Madeira, Ashley Zukerman, Gillian Jacobs, Olivia Scott Welch, Benjamin Flores Jr.

Review Singkat

Tebakan saya rupanya separuh tepat. Separuhnya lagi ‘belum terkonfirmasi’.

Jadi, sejak mendengar narasi awal mengenai kondisi Shandyside dan Sunnyvale di bagian pertama (1994), saya sudah menduga bahwa keluarga Goode pasti ada kaitannya.

Di akhir film “Fear Street Part Three: 1666” ini memang ditunjukkan bahwa kutukan berakhir pasca Nick tewas. Namun aneh rasanya jika walikota Will tidak turut campur dalam hal itu.

Terlebih kamera sengaja menyorot adanya silsilah atau gambar pohon keluarga yang berhulu pada Solomon.

Eniwei, penutup trilogi ini cukup mengobati kekecewaan saya akan bagian keduanya kemarin yang tidak terlalu berani menghadirkan adegan-adegan sadis.

Pengungkapan bahwa Sarah sebenarnya bukanlah penyihir tidak terlalu mengejutkan. Dari awal sudah terlihat mengikuti pakem formula misteri film horor pada umumnya.

Karakter yang terlalu baik biasanya yang paling jahat.

Terbukti bahwa Solomon adalah penyihir yang sebenarnya.

Pun begitu, alurnya secara keseluruhan tetap menarik untuk disimak. Terutama adegan terpenggalnya tangan Sarah, yang jauh lebih creepy dibanding adegan bunuh-bunuhan yang ada di sepanjang trilogi film Fear Street ini.

Pada babak kedua, dimana Deena dkk harus kembali para pembunuh Shadyside, taktik yang digunakan tidak jauh berbeda dengan yang digunakan di film pertama. Agak membosankan.

Untungnya ada adegan nge-prank ke-empat pembunuh Shadyside agar mereka baku bunuh. Seru sih ini.

Overall, trilogi Fear Street bisa dibilang ditutup dengan sukses oleh 1666. Bravo!

Penutup

Perjalanan trilogi Fear Street memang tidak bisa dibilang mulus. Beberapa lubang dalam cerita serta detil yang terlewatkan masih bisa ditemui. Tensi pun sempat menurun di Part Two: 1978, walau ujung-ujungnya ditutup dengan memuaskan oleh Part Three: 1666.

Sebagai tiga film perdana dalam jagat Fear Street, trilogi ini sudah berhasil meletakkan pondasi yang kukuh. Ada modal untuk menghadirkan film-film lain. Kisah tentang Ruby Lane misalnya.

Dan jika memang sudah direncanakan seperti ini, saran saya, tetap pada jalur genre horor slasher. Tidak usah meng-eksplor ke genre-genre lain.

Perbanyak juga adegan bunuh-bunuhan frontalnya, hehehe.

8.5/10. Highly recommended!

Film ini bisa ditonton melalui layanan streaming Netflix.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf fear street 1666

Leave a Reply