Direncanakan tayang pada bulan Juni 2021, “Fear Street Part One: 1994” harus mengalami imbas dari pandemi COVID-19. Sebagai gantinya, setahun kemudian, judul tersebut kini hadir di layanan streaming Netflix. Tepatnya per tanggal 2 Juli 2021 lalu.
Film slasher horor ini sendiri merupakan bagian pertama dari trilogi Fear Street yang rilis berurutan dengan selang 1 minggu. Bagian kedua pada tanggal 9 Juli, sedang bagian ketiga pada tanggal 16 Juli.
Dari namanya sebagian dari kita mungkin bakal auto teringat dengan serial Fear Street karya R.L. Stine. Walau bukan merupakan adaptasi langsung, ceritanya memang dibuat berdasarkan serial tersebut.
Nah, seperti apa ceritanya? Layakkah untuk ditonton? Simak yuk alur cerita dan review singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Alur Cerita / Sinopsis Singkat Fear Street Part One: 1994
Sebuah pembunuhan terjadi di Shadyside, Ohio. Pelakunya, Ryan Torres (diperankan oleh David W. Thompson), ditembak mati oleh sheriff Nick Goode (diperankan oleh Ashley Zukerman) sesaat setelah membunuh korbannya, Heather Watkins.
Kejadian tersebut ternyata sudah acap terjadi di Shadyside. Selalu saja ada kasus kriminal sadis dari masa ke masa.
Berbanding terbalik dengan kota tetangganya, Sunnyvale. Situasi di sana damai, tentram, dan banyak dihuni oleh orang berada. Bahkan sudah berjalan 30 tahun tanpa ada tindak kejahatan berarti satu pun.
Untuk memberi penghormatan terakhir pada Heather, diadakan sebuah upacara di Sunnyvale. Seluruh anggota ekstrakuliner di SMA tempat Heather bersekolah diminta untuk hadir.
Tiga di antaranya adalah Deena Johnson (diperankan oleh Kiana Madeira), Kate (diperankan oleh Julia Rehwald), dan Simon (diperankan oleh Fred Hechinger).
Pertemuan Deena dengan Samantha Fraser (Olivia Scott Welch), mantan kekasihnya, di acara membuatnya kesal. Pasalnya, Samantha pindah begitu saja ke Sunnyvale.
Belakangan terungkap bahwa Sam sengaja pindah karena keluarganya belum bisa menerima hubungan asmaranya dengan Deena.
Acara yang awalnya lancar berubah menjadi kacau karena Peter (diperankan oleh Jeremy Ford), pacar baru Sam, menyindir Shadyside.
Pertengkaran berlanjut dimana Peter, Sam, dan seorang temannya membuntuti bus yang ditumpangi Deena dkk dan melemparinya dengan botol air.
Melihat Sam, Deena yang kesal lantas membalas dengan melemparkan kotak cooler ke mobil mereka. Peter kaget dan mobil mereka keluar jalur hingga menabrak sebuah pohon.
Saat keluar dari mobil, Sam memegang sebuah tulang di tanah dan tiba-tiba ia mendapat penampakan masa lalu seorang penyihir yang diketahui bernama Sarah Fier.
Khawatir dengan Sam, Deena bersama Kate dan Simon mengecek kondisinya. Untungnya tidak terdapat luka fatal.
Anehnya, sejak kejadian malam itu, baik Deena, Kate, maupun Simon sama-sama diteror oleh sosok seseorang yang mengenakan kostum dan topeng tengkorak.
Mengira itu adalah ulah Peter, Deena mengkonfrontasi Sam di rumah sakit tempatnya dirawat.
Tanpa diduga, tepat di hadapan mata keduanya, Peter dibunuh oleh si tengkorak.
Sesaat sebelum berhasil kabur, Deena sempat melihat wajah di balik topeng tengkorak sang pembunuh. Ia terkejut begitu melihat itu adalah Ryan Torres yang seharusnya sudah mati.
Deena dan Sam melaporkan kejadian tersebut pada sheriff Goode. Awalnya Goode tidak percaya. Namun pikirannya mulai berubah begitu mendapat laporan adanya pembunuhan di rumah sakit.
Tahu tidak dipercaya oleh polisi, Deena diam-diam mencuri polisi milik seorang polisi yang berjaga.
Di saat bersamaan, Simon yang menunggu di luar diserang oleh seorang wanita yang belakangan diketahui bernama Ruby Lane (diperankan oleh Jordyn DiNatale).
Deena berhasil datang tepat waktu dan menembak Ruby tepat di kepalanya. Anehnya, tubuh Ruby sesaat kemudian pulih kembali.
—
Saat membahas masalah tersebut di rumah Deena, Josh (diperankan oleh Benjamin Flores Jr.), adik Deena yang selama ini mempelajari mengenai kasus-kasus pembunuhan di Shadyside, langsung ngeh.
Yang baru saja dihadapi oleh Deena dkk hanyalah dua di antara pembunuh-pembunuh sadis di Shadyside. Dan mereka semua melakukan hal itu karena dirasuki oleh arwah Sarah.
Terungkap pula bahwa yang sempat dipegang oleh Sam adalah tulang dari potongan tangan Sarah. Hal itu membuatnya menjadi target dari ‘anak buah’ Sarah, para pembunuh di Shadyside.
Untuk menyelamatkan Sam, Deena dkk mencoba untuk membunuh tiga pembunuh yang mengejar mereka. Selain Ruby dan Ryan, juga ada pelaku pembantaian di Camp Nightwing pada tahun 1978.
Apes, mereka ternyata tidak bisa dibunuh. Apapun yang terjadi, tubuh mereka akan kembali pulih seperti sedia kala.
Dari potongan kliping koran milik Josh, terdapat berita mengenai seorang wanita yang selamat dari insiden Camp Nightwing. Namanya adalah C. Berman (diperankan oleh Gillian Jacobs). Deena mencoba menghubunginya, namun telponnya tidak diangkat.
Josh kemudian menyadari bahwa berita tersebut juga mencantumkan mengenai Berman yang jantungnya sempat berhenti sebelum diselamatkan menggunakan CPR.
Tidak ada pilihan lain, mereka pun memutuskan untuk melakukan hal itu pada Sam. Yaitu membunuhnya untuk kemudian dihidupkan kembali.
Walau Kate dan Simon jadi korban, pada akhirnya Deena berhasil membunuh dan menyelamatkan Sam. Seperti dugaan, ketiga pembunuh menghilang begitu saja setelahnya.
—
Goode mencoba mengorek informasi dari Deena, Josh, dan Sam. Ketiganya kompak berbohong. Mau tidak mau, untuk menutupi kejadian tersebut, Kate dan Simon yang dijadikan kambing hitam.
Usai diinterogasi, Sam memberanikan diri untuk mengakui hubungannya dengan Deena pada ibunya. Deena senang melihatnya.
Malam harinya, Deena mendapat telpon dari Berman. Berman memberitahu bahwa semua itu belum usai. Sarah tidak akan membiarkan mereka tetap hidup.
Sesaat kemudian, Sam muncul dan menusuk perut Deena dengan pisau. Sam rupanya sudah dirasuki oleh Sarah.
Setelah melalui perkelahian sengit, Deena berhasil mengikat tubuh Sam. Ia memanggil Josh dan memberitahunya bahwa mereka harus mencari cara untuk mengembalikan Sam seperti semula.
Tanggal Rilis: 2 Juli 2021
Durasi: 107 menit
Sutradara: Leigh Janiak
Produser: Peter Chernin, Jenno Topping, David Ready
Penulis Naskah: Kyle Killen, Phil Graziadei, Leigh Janiak
Produksi: Chernin Entertainment
Pemain: Kiana Madeira, Olivia Scott Welch, Benjamin Flores Jr., Julia Rehwald, Fred Hechinger, Ashley Zukerman, Darrell Britt-Gibson, Maya Hawke, Jordana Spiro, Jordyn DiNatale
Review Singkat
Di luar satu dua jump scare yang kacangan dimana wajah seram muncul tiba-tiba di layar, “Fear Stret Part One: 1994” ini lumayan seru dan menghibur.
Terasa sekali vibe “Scream” maupun “I Know What You Did Last Summer” yang sudah lama tidak muncul di layar lebar.
Film horor slasher yang dipenuhi kejar-kejaran dan bumbu adegan pembunuhan sadis.
Sayang sekali bumbu tersebut terlalu pelit disajikan. Bakal jauh lebih seru jika dihadirkan dengan porsi yang berlebih.
Beberapa tindakan atau keputusan bodoh dari para karakter utama masih ada di sana sini. Mungkin disengaja supaya yang nonton jadi geregetan. Untung eksekusinya tidak bikin beban pikiran bertambah.
Beberapa misteri sepertinya akan terjawab di dua film berikutnya. Seperti tentang kondisi Sunnyvale yang jauh berbeda dengan Shadyside. Atau tentang sheriff Goode yang tampaknya menyimpan rahasia.
Nama sang penyintas Camp Nightwing, C. Berman, juga patut dipertanyakan. Jangan-jangan ada sesuatu di balik inisial C tersebut.
Penutup
Sebagai pembuka trilogi, “Fear Street Part One: 1994” ini punya modal yang cukup kuat. Setidaknya ia sudah berhasil membuat saya dan mungkin sebagian besar penonton lain untuk tidak sabar menunggu kedatangan lanjutan ceritanya, “Fear Street Part Two: 1978”.
Secara keseluruhan memang belum sempurna. Tapi masih sangat layak untuk ditonton.
Apalagi terasa sekali nuansa film horor klasik yang ‘menyenangkan’ untuk ditonton. Seperti trilogi Scream misalnya.
3.5/5, highly recommended.
Film “Fear Street Part One: 1994” bisa ditonton secara streaming melalui Netflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Review Fear Street Part One: 1994
- Story
- Acting / Characters
- Element of Surprise
- Recommended Watching
Summary
Mengembalikan masa-masa menonton film horor yang menyenangkan tanpa harus banyak memikirkan tentang alur. Sayang terlalu pelit dalam menghadirkan adegan sadis. Overall, tidak sempurna namun sangat layak untuk ditonton.
Leave a Reply