Review Film Child’s Play (1988)

Setelah “Carrie”, kini review film horor klasik dalam rangka menyambut Halloween berlanjut ke “Child’s Play“.

Atau, saking populernya karakter boneka jahat yang menjadi sosok protagonis, banyak dikenal sebagai film Chucky.

Sama halnya seperti judul yang disebut pertama, film “Child’s Play” ini juga banyak mempengaruhi perkembangan genre film horor. Rasanya sudah tidak terhitung lagi betapa banyaknya film yang berkisah tentang boneka setan.

Atau tentang anak kecil yang berteman dengan hantu dan/atau dianggap memiliki teman khayalan.

Saking bejibunnya, sekarang saya sampai sudah ilfil duluan kalau tahu ada karakter anak kecil di film horor yang saya tonton. Auto su’udzon, pasti ujung-ujungnya bakal ngobrol atau sohiban dengan hantu, melakukan hal-hal absurd, dan tidak dipercaya oleh yang lain.

But anyway, sebelum kebablasan curcolnya, langsung aja deh simak sinopsis dan review singkat dari “Child’s Play” yang rilis 33 (tiga puluh tiga!!!) tahun silam ini. Cekidot!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat Child’s Play

poster child's play

poster child’s play / chucky

Tahun 1988. Detektif Mike Norris (diperankan oleh Chris Sarandon) tengah memburu dua orang pelaku pembunuhan berantai, Charles Lee Ray (diperankan oleh Brad Dourif) dan Eddie Caputo (diperankan oleh Neil Giuntoli).

Eddie memutuskan untuk meninggalkan Charles agar bisa melarikan diri. Charles sendiri kemudian tertembak oleh Mike dan bersembunyi di dalam sebuah toko mainan.

Sadar nyawanya sudah di ujung tanduk, Charles yang mempelajari ilmu hitam lantas memindahkan jiwanya ke dalam sebuah boneka karakter Good Guy. Ritual voodoo tersebut mengakibatkan petir menyambar dan toko tersebut meledak.

Esok harinya, Andy Barclay (diperankan oleh Alex Vincent) yang ngefans dengan karakter Good Guy meminta agar ibunya, Karen Barclay (diperankan oleh Catherine Hicks), membelikan boneka Good Guy untuk hadiah ulang tahunnya.

Tanpa sengaja, siang harinya Maggie Peterson (diperankan oleh Dinah Manoff) melihat ada seorang gelandangan yang menjual boneka tersebut dengan harga murah. Karen pun membelinya.

Namun karena harus kerja lembur, ia lalu menitipkan boneka tersebut pada Andy, sekaligus meminta tolong agar Maggie menemani Andy di apartemen hingga ia pulang nanti.

Begitu tahu Maggie membawa boneka Good Guy, Andy auto kegirangan.

Tanpa membuang waktu ia mengeluarkan boneka tersebut dan memperkenalkan diri. Sesuai iklan yang sempat Andy lihat di TV, boneka tersebut bisa merespon perkataan Andy dan balik memperkenalkan dirinya sebagai Chucky.

Malam harinya, Maggie meminta Andy untuk menggosok gigi dan tidur. Andy memberitahu bahwa Chucky ingin tetap di ruang tengah dan menonton berita.

Maggie menganggap Andy hanya bercanda dan membawa boneka Chucky ke kamar Andy.

Tak lama, saat kembali ke dapur untuk memasak, Maggie terkejut mendapati TV tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Tidak itu saja, boneka Chucky ternyata sudah ada di sana dalam posisi duduk di sofa seolah sedang menonton.

Mengira itu perbuatan Andy, Maggie membawa kembali boneka Chucky ke kamar Andy dan meminta Andy agar tidak lagi mengulangi hal itu. Andy membantah melakukannya, namun Maggie tidak percaya.

Beberapa saat kemudian, ketika sedang tidur untuk menunggu kedatangan Karen, Maggie mendengar suara-suara misterius. Penasaran, ia mencoba mengecek sumber suara tersebut.

Ia terkejut mendapati ada tepung yang tumpah dan berserakan di lantai. Namun begitu ia membalikkan badan, seseorang memukul kepalanya dengan palu. Badan Maggie limbung dan terlempar keluar jendela apartemen hingga tewas.

Kematian Maggie membuat Karen syok. Terlebih detektif Mike, yang menangani kasus tersebut, mencurigai keterlibatan Andy.

Andy yang melihat ada tepung di sepatu Chucky sempat memberitahu Karen dan Mike. Bukannya dipercaya, Karen justru memarahinya karena dianggap mengada-ada.

Keesokan harinya, Chucky mengajak Andy bolos sekolah dan pergi ke sebuah tempat. Yang dituju ternyata adalah apartemen persembunyian Eddie.

Tanpa sepengetahuan Andy, Chucky meledakkan apartemen tersebut dan mengakibatkan Eddie tewas.

Insiden tersebut membuat Andy kembali berurusan dengan detektif Mike.

Setelah Karen tiba di kantor polisi, detektif Mike meminta Andy untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya. Pun begitu, lagi-lagi mereka tidak percaya bahwa Chucky yang telah mengajak Andy ke tempat tersebut.

Tidak itu saja. Khawatir dengan gelagat Andy, ia kemudian diminta untuk sementara waktu berada di sebuah rumah sakit jiwa untuk diperiksa kejiwaannya secara intensif.

Di apartemen, Karen terkejut mendapati baterai boneka Chucky ternyata masih ada di dalam dus. Penasaran, Karen mencoba mengancam untuk membakarnya. Chucky tiba-tiba merespon dengan menyerang Karen.

Setelah berhasil menggigit tangan Karen hingga terluka, Chucky kabur dari apartemen tersebut.

Karen bergegas menemui detektif Mike dan menceritakan hal itu. Karena detektif Mike tidak percaya, Karen lantas pergi menemui gelandangan yang menjual boneka tersebut.

Ia sempat diganggu oleh si gelandangan, namun detektif Mike muncul dan menolongnya. Dari si gelandangan, terungkap bahwa boneka tersebut ia peroleh dari area toko mainan yang meledak beberapa hari lalu.

Meski mulai terlihat hubungan boneka Chucky dengan Charles, detektif Mike masih menolak percaya bahwa boneka tersebut hidup.

Dalam perjalanan pulang usai mengantarkan Karen kembali ke apartemen, detektif Mike diserang oleh Chucky yang bersembunyi di dalam mobilnya. Untungnya ia masih bisa selamat. Mike bahkan sempat menembak dada Chucky dan membuatnya terluka.

Chucky menemui John Bishop (diperankan oleh Raymond Oliver), orang yang mengajarkan tentang ilmu hitam. John memberitahu bahwa semakin lama Chucky berada dalam boneka tersebut, tubuhnya akan berubah menjadi layaknya manusia dimana ia tetap bisa mati.

Satu-satunya cara adalah memindahkan jiwanya ke orang pertama yang ia beritahu tentang dirinya sebenarnya. Yaitu Andy.

Setelah menusuk John hingga terluka parah, Chucky pun pergi ke rumah sakit tempat Andy diperiksa.

Tak lama, detektif Mike datang bersama Karen. Sebelum meninggal, John sempat memberitahu bahwa mereka bisa membunuh Chucky dengan cara menembak jantungnya.

Chucky menyusup masuk ke rumah sakit. Andy sempat memberitahu dokter yang menanganinya, namun dokter tersebut tidak percaya. Ujung-ujungnya dokter tersebut tewas di tangan Chucky.

Berhasil lolos dari Chucky, Andy memutuskan untuk kembali ke apartemen.

Di luar dugaan, Chucky sudah ada di sana dan melumpuhkannya. Ritual pemindahan jiwa pun segera dimulai.

Di saat-saat menentukan, detektif Mike dan Karen tiba dan menggagalkanya. Setelah bersusah payah, mereka akhirnya bisa membunuh Chucky.

Karena detektif Mike terluka dalam aksi pertarungan tersebut, Karen, Andy, dan juga Jack Santos (diperankan oleh Tommy Swerdlow), rekan Mike, bergegas membawa Mike ke rumah sakit dan membiarkan boneka Chucky, yang dianggap sudah mati, tergeletak di apartemen begitu saja.

Tanggal Rilis: 9 November 1988
Durasi: 87 menit
Sutradara: Tom Holland
Produser: David Kirschner
Penulis Naskah: Don Mancini, John Lafia, Tom Holland
Produksi: United Artists
Pemain: Catherine Hicks, Chris Sarandon, Alex Vincent, Brad Dourif

Review Singkat

Alih-alih menggunakan landasan gaib, “Child’s Play” mengangkat ilmu hitam voodoo sebagai penyebab bagaimana sebuah boneka yang notabene benda mati bisa berubah menjadi hidup dan jahat.

Hal ini membuatnya relatif lebih mudah diterima. Terlebih di dunia barat kebanyakan orang memang lebih percaya pada black magic ketimbang hantu-hantuan.

Dengan apa yang menyebabkan boneka tersebut bisa bergerak layaknya manusia diungkap di awal, di sepanjang durasi sisanya kita fokus disuguhkan pada usaha para tokoh utama dalam menghentikan aksi Chucky.

Perlu diacungi jempol bahwa alur tidak terjebak dalam hubungan Andy dan Chucky secara berlebihan. Perbandingan dengan porsi Karen dan Mike bisa dibilang berimbang.

Pertarungan mereka versus si boneka jahat pun cukup seru. Sedari awal kita sudah mendapat info bahwa jiwa Charles masih dalam proses perubahan dari ‘boneka’ menjadi ‘manusia’.

Sehingga tidak ada yang perlu dipertanyakan ketika boneka tersebut bisa terus bergerak dan balik menyerang walau kondisinya terlihat parah.

Yang paling mengecewakan adalah terdapat banyak lubang dan kejanggalan dari segi dialog dan adegan.

Seperti Andy yang entah bagaimana bisa tahu bahwa Chucky datang ke rumah sakit untuk membunuhnya.

Atau Mike yang entah bagaimana bisa tahu bahwa boneka Chucky dalam kondisi terpretel-pretel padahal ia sendiri tengah tergeletak tak berdaya di ruangan yang lain.

Juga, lagi-lagi Mike, yang lebih fokus memeriksa kondisi Karen yang diserang Chucky ketimbang berusaha menangkap boneka tersebut.

Bikin ilfil aja nih si Mike.

Penutup

Walau secara keseluruhan “Child’s Play” menghadirkan pengalaman menonton film horor yang menyenangkan sekaligus menegangkan, beberapa kejanggalan aksi maupun dialog, terutama dari karakter detektif Mike, cukup mengganggu.

Di sisi lain, cerita yang tidak selalu fokus pada hubungan Andy dan Chucky membuat alur terasa dinamis. Tidak membosankan.

Sosok Chucky yang sempat ‘berubah’ menjadi seperti karakter Freddy Krueger juga menghadirkan kejutan yang tidak disangka-sangka. Untungnya, sang sutradara pun tidak terlalu mengeksploitasi momen tersebut. Masih layak diapresiasi sebagai semacam tribut.

7.5/10. Bisa lebih baik jika beberapa noda dalam cerita dihilangkan.

Film “Child’s Play” ini dapat ditonton secara streaming melalui layanan Mola.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf childs play

Leave a Reply