Review Film Carrie (1976)

Rasanya tidak ada yang lebih pas untuk menyambut kehadiran Halloween tahun ini dengan ngereview berbagai judul film horor klasik yang saya tonton dulu.

Dan jujur saya hepi banget begitu tahu “Carrie”, film horor perdana yang pernah saya simak melalui kaset VHS rentalan, ternyata tersedia di Mola.

Kebahagiaan pun lengkap karena saya menontonnya dengan memanfaatkan voucher berlangganan gratis selama 1 bulan, hehehe.

Mengingat ada beberapa versi film “Carrie”, yang saya review kali ini adalah versi orisinilnya. Yang dirilis pada tahun 1976 silam.

Kisahnya sendiri diadaptasi dari novel karangan Stephen King. Sama seperti “In The Tall Grass” yang pernah dibahas beberapa bulan lalu.

Seperti apa ceritanya? Yuk sama-sama simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini, ya.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster carrie 1976

poster carrie 1976

Carrie White (diperankan oleh Sissy Spacek) tinggal bersama ibunya, Margaret White (diperankan oleh Piper Laurie).

Sebagai seorang religius garis keras, Margaret memerintahkan putrinya untuk menutup diri dan melarangnya bergaul dengan siapa saja di sekolah. Hal itu membuatnya dianggap sebagai anak yang aneh dan acap di-bully.

Salah satunya adalah ketika Carrie panik pertama kali mengalami menstruasi. Semua teman-temannya justru menertawakannya. Untung bu Collins (diperankan oleh Betty Buckley), guru olahraga, kemudian menolongnya.

Sebelum itu, Carrie yang terbawa emosi sempat memecahkan barang dengan kemampuan telekinesisnya.

Buntut dari kejadian tersebut, bu Collins menghukum semua murid yang terlibat. Mereka wajib mengikuti latihan olahraga setiap hari. Jika absen, mereka diancam tidak diperbolehkan untuk hadir ke pesta dansa di akhir minggu.

Sue Snell (diperankan oleh Amy Irving), salah satu yang dihukum, menyesali perbuatannya. Ia meminta kekasihnya, Tommy Ross (diperankan oleh William Katt), untuk mengajak Carrie datang ke pesta dansa bersamanya.

Sue bahkan rela tidak ikut ke pesta karena hanya yang membawa pasangan (dan panitia serta staff pengajar) saja yang diperbolehkan masuk ke acara.

Bu Collins yang mengetahui hal itu sempat mempertanyakan maksud Sue sebenarnya. Sue memastikan bahwa ia sama sekali tidak punya niat jahat. Ia hanya ingin membantu Carrie agar bisa berbaur dengan yang lain.

Setelah sempat ditolak, Tommy pada akhirnya berhasil meyakinkan Carrie untuk menjadi pasangannya di pesta dansa.

Sementara itu, Chris Hargensen (diperankan oleh Nancy Allen), teman Sue, berpikir sebaliknya. Ia berniat membalas dendam pada Carrie.

Dengan bantuan Billy Nolan (diperankan oleh John Travolta), pacarnya, diam-diam mereka meletakkan sebuah ember berisi darah babi di atas panggung pesta dansa.

Menjelang hari H, Carrie memberitahu Margaret mengenai kemampuan telekinesisnya. Margaret panik dan menganggap putrinya sudah dikuasai oleh setan.

Margaret juga sebenarnya tidak memperbolehkannya datang ke pesta dansa. Pikirannya berubah setelah Carrie dengan tegas membangkang dan bahkan sampai melibatkan kekuatannya.

Di pesta dansa, Carrie yang awalnya malu dan takut lambat laun mulai menikmatinya. Terlebih Tommmy memperlakukannya dengan baik dan sopan.

Di acara puncak, penobatan raja dan ratu pesta, tanpa diketahui yang lain, Chris dkk mengubah kertas suara dengan yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Ia sengaja membuat Tommy dan pasangannya menjadi juara.

Sesuai rencana Chris, keduanya pun dinobatkan sebagai raja dan ratu pesta.

Dan begitu naik ke panggung, Chris langsung menarik tali yang terhubung ke ember sehingga tubuh Carrie auto bersimbah darah.

Sue, yang diam-diam menyusup ke acara untuk menonton, sebenarnya sempat hendak mencegahnya. Bu Collins salah paham dan mengira Sue hendak mengganggu penobatan kemenangan mereka. Sue pun dipaksa keluar ruangan oleh bu Collins.

Walau awalnya kaget, satu persatu orang yang melihat kejadian tersebut mulai tertawa. Hal itu membuat emosi Carrie membuncah.

Tanpa bisa ditahan, ia melepaskan segala amarah yang ada di dadanya. Dimulai dengan menutup seluruh pintu ruangan, ia melemparkan semua properti yang ada.

Aksinya disusul dengan menyiram semua orang dan seluruh ruangan dengan air, lantas menjatuhkan lampu sorot yang beraliran listrik.

Hampir semua orang tewas. Termasuk Tommy yang tertimpa ember darah. Juga bu Collins.

Hanya Sue yang berhasil selamat karena sebelumnya sudah dikeluarkan dari ruangan oleh bu Collins. Begitu pula Chris dan Billy.

Dalam perjalanan pulang, Chris dan Billy hendak menabrak Carrie dengan mobilnya.

Carrie yang mengetahui niat mereka membuat mobil tersebut selip hingga terjungkal dan terbakar.

Setibanya di rumah, Carrie mengadukan kejadian tersebut pada ibunya. Ia juga meminta maaf dan berjanji akan selalu menuruti perkataan Margaret.

Tanpa disangka, Margaret justru menusuknya dengan pisau yang sudah disiapkan.

Melihat ibunya berniat untuk membunuhnya, Carrie reflek bertahan dan membuat berbagai peralatan dapur yang berujung tajam melayang ke arah Margaret. Margaret pun tewas.

Syok, emosi Carrie kembali bergejolak, membuat bangunan rumahnya mulai bergoyang hebat. Mencoba menyelamatkan diri, ia lantas menarik ibunya ke sebuah ruangan kecil dan bersembunyi di sana.

Tak lama rumah tersebut terbakar habis dan ambruk.

Beberapa waktu kemudian, Sue diperlihatkan mengalami trauma berat dan acap bermimpi buruk tentang Carrie.

Tanggal Rilis: 3 November 1976
Durasi: 98 menit
Sutradara: Brian De Palma
Produser: Paul Monash
Penulis Naskah: Lawrence D. Cohen
Produksi: Red Bank Films
Pemain: Sissy Spacek, Amy Irving, William Katt, Nancy Allen, John Travolta, Betty Buckley, P.J. Soles, Piper Laurie

Review Singkat

Cerita tentang kasus bullying yang berujung pada insiden tragis memang bukan hal baru. Sejak puluhan tahun lalu sudah diangkat ke layar lebar dengan berbagai latar dan sudut pandang.

Sebagai film bergenre horor, “Carrie” tentu saja mengambil sudut pandang dunia gaib. Lebih tepatnya kekuatan supranatural berupa kemampuan telekinesis.

Menontonnya untuk kedua kali dalam selisih waktu yang cukup lama membuat saya lebih mengapresiasi film ini. Bukan dari segi cerita, melainkan dari eksekusinya.

Seperti suara kilat dan cahaya sambaran petir yang berhenti tepat ketika Margaret menyiramkan air ke wajah Carrie.

Atau ketika tone warna berubah menjadi hitam merah saat Carrie mengamuk di pesta dansa.

Adegan bunuh-bunuhannya? Well, jika SEKARANG saya baru melihatnya, mungkin akan terasa biasa saja. Kurang sadis dan durasinya terlalu cepat. Tidak lupa hadirnya satu dua kejanggalan dalam cerita.

Yang paling membuat kening berkernyit adalah Chris yang seolah punya kemampuan cenayang. Dari awal ia sudah bisa tahu Carrie bakalan datang ke pesta dansa.

Padahal, Sue sama sekali tidak memberitahukan rencana tersebut pada yang lain. ‘Keberhasilan’ Tommy mengajak putri Margaret tersebut juga baru terungkap dua hari sebelum pesta dansa, SETELAH Chris mempersiapkan ember darah di atas panggung.

Tapi untungnya film ini hadir dimana pada masa itu ia belum memiliki kompetitor yang sepadan. Wajar jika adegan di pesta dansa kemudian banyak ‘ditiru’ oleh film-film bergenre serupa.

Cerita sendiri bisa dibilang straight to the point. Tidak ada yang namanya obrolan ngalor ngidul. Tidak perlu pula untuk main tebak-tebakan. Alur yang disajikan mudah dicerna tanpa harus menerka-nerka.

Mungkin satu hal yang dulunya tidak saya perhatikan dan sebenarnya adalah kekuatan utama dari film ini adalah akting dua pemeran utamanya. Sissy Spacek dan Piper Laurie.

Nama yang disebut pertama bahkan sukses menyabet penghargaan Best Actress dalam ajang National Society of Film Critics.

Penutup

Menonton ulang “Carrie” setelah sekian tahun berselang mengembalikan banyak memori. Salah satunya tentang masa dimana menonton film horor bisa menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan.

Cerita yang mudah dicerna, tampilan visual yang digarap serius, serta suasana yang mencekam.

Film ini mampu membuktikannya walau untuk urusan mistis ‘hanya’ bermodal aksi telekinesis.

Definitely worth watching. 8/10.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Mola.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf carrie 1976

Leave a Reply