Begitu tampil perdana di ajang Fantasia International Film Festival 2018, “Cam” langsung menarik minat Netflix untuk memboyongnya ke platform digital mereka.
Walau tidak sedikit film eksklusif bertema horor di katalog Netflix yang membagongkan, keputusan mereka mengusung judul ini terbilang tepat.
Selain banjir respon positif dari kritikus, film yang disutradarai oleh Daniel Goldhaber ini juga mampu menyabet berbagai penghargaan bergengsi.
Benarkah kualitasnya patut diberi acungan jempol? Atau mungkin para kritikus hanya sedang lebay dan memberi nilai yang lebih tinggi dari seharusnya?
Temukan jawabannya dalam sinopsis beserta review singkatnya di bawah ini, gaes.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Alur Cerita / Sinopsis Singkat
Alice Ackerman (diperankan oleh Madeline Brewer) bekerja sebagai camgirl di situs FreeGirlsLive dengan nama sandi Lola_Lola.
Ia terobsesi untuk meningkatkan peringkatnya di situs tersebut. Apalagi kalau bisa menjadi yang nomer satu, posisi yang kini ditempati oleh BabyGirl (diperankan oleh Imani Hakim).
Orang-orang terdekat Alice tidak ada yang tahu mengenai profesinya. Selain Jordan (diperankan oleh Devin Druid), adik laki-lakinya.
Pun begitu, Jordan membantu Alice merahasiakan hal tersebut dari ibu mereka, Lynne (diperankan oleh Melora Walters).
Dengan bantuan dua penonton loyalnya, Barney (diperankan oleh Michael Dempsey) dan Arnold / Tinker (diperankan oleh Patch Darragh), serta sahabatnya sesama camgirl, Fox (diperankan oleh Flora Diaz), pada akhirnya Alice bisa menembus peringkat 50 besar.
Anehnya, keesokan harinya ada orang lain yang menggunakan akunnya untuk melakukan siaran langsung. Orang tersebut tidak hanya memiliki wajah yang mirip dengannya. Penampakan tempat tinggalnya pun serupa dengan kamar Alice.
Alice mencoba melakukan segala cara untuk mendapatkan akunnya kembali. Mulai dari menghubungi pihak FreeGirlsLive hingga membuat laporan ke kepolisian. Semuanya nihil.
Aksi Lola kw yang lebih vulgar tidak hanya membuat peringkatnya naik dengan cepat. Melainkan juga berujung pada terbongkarnya rahasia Alice yang selama ini disembunyikan dari orang-orang terdekatnya.
Suatu hari Alice tidak sengaja mengetahui kesamaan kata-kata Lola kw dengan BabyGirl. Ia curiga keduanya berhubungan.
Dari hasil investigasi, terungkap bahwa BabyGirl yang asli, bernama Hannah Darin, sebenarnya sudah meninggal 6 bulan yang lalu. Dengan demikian, yang sekarang eksis sebagai camgirl adalah kw-nya.
Rupanya bukan hanya dirinya dan BabyGirl yang memiliki kw. Ada pula beberapa camgirl yang sudah bukan pemilik identitas asli. Kesemuanya berteman dengan Arnold.
Dari Arnold, terungkap bahwa ada semacam sindikat di balik semua peristiwa tersebut. Kendati demikian, ia mengaku tidak terlibat.
Setelah mendapati fakta lain bahwa Lola kw sama sekali tidak mengenal dirinya, Alice menantang Lola melakukan berbagai aksi berbahaya secara live.
Yang menang, ditentukan oleh penonton, boleh meminta apa saja.
Dengan mempertaruhkan nyawanya, Alice berhasil menang. Ia lantas meminta password milik Lola.
Setelah Lola memberikannya, Alice melakukan login dan menghapus akun tersebut.
Beberapa waktu kemudian, Alice terlihat kembali menjadi camgirl. Kali ini dengan identitas yang baru dan dengan dukungan penuh dari ibunya.
Tanggal Rilis: 18 Juli 2018
Durasi: 95 menit
Sutradara: Daniel Goldhaber
Produser: Isabelle Link-Levy, Adam Hendricks, John H. Lang, Greg Gilreath
Penulis Naskah: Isa Mazzei
Produksi: Blumhouse Productions, Divide/Conquer, Gunpowder & Sky, Seer Capital
Pemain: Madeline Brewer, Patch Darragh, Melora Walters, Devin Druid, Imani Hakim, Michael Dempsey
Review Singkat
Saat usai menonton “Cam”, hal yang saya rasakan pertama adalah film ini terasa real, menyajikan sesuatu di belakang layar tanpa ada kesan dibuat-buat.
Belakangan saya baru tahu bahwa si penulis naskah, Isa Mazzei, adalah mantan camgirl. Dan sebagian adegan yang tersaji adalah berasal dari pengalaman pribadinya.
Mulai dari pencurian konten (yang di film dikembangkan menjadi pencurian identitas / akun) hingga sikap sinis dari polisi yang menangani kasusnya.
Pantesan saja ceritanya sukses membuat kita (well, setidaknya saya) bersimpati.
Mungkin ini salah satu adaptasi kisah nyata ke layar lebar terbaik yang pernah saya tonton.
Sayangnya, film ini tidak (mau) menggali lebih dalam persoalan sindikat pencurian identitas yang diangkat. Entah disengaja untuk memberi ruang pada sekuel. Atau memang kehabisan ide untuk menjabarkannya.
Terlepas dari benar salahnya profesi Alice, “Cam” mengajarkan bahwa setiap pekerjaan memiliki resikonya sendiri. Bahkan untuk pekerjaan yang terlihat santai dan nikmat seperti camgirl.
Yang saya penasaran, markas bagi camgirl benar ada atau tidak, ya?
Penutup
Bermodal pengalaman pribadi sang penulis naskah, “Cam” berhasil memberikan kisah sisi lain seorang camgirl yang terasa otentik dan meyakinkan.
Benar atau tidaknya menjadi tidak penting lagi.
Elemen horor dihadirkan dari adegan berdarah-darah, walau untuk level seramnya sendiri terbilang di bawah standar.
Tapi jika yang dicari adalah ketegangan cerita, film ini wajib untuk ditonton.
Jangan lupa, bukan untuk anak-anak, ya.
7/10.
Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply