Rekap Sinopsis Goblin Episode 2 & Preview Episode 3 (3 Desember 2016)

Di sinopsis Goblin episode sebelumnya, Ji Eun-Tak (Kim Go-Eun) yang ditakdirkan untuk menjadi pengantin Goblin untuk pertama kalinya bertemu dengan Kim Shin (Gong Yoo), sang Goblin. Namun karena Eun-Tak tidak bisa melihat sosoknya yang sebenarnya, Kim Shin menolak untuk mengakui Eun-Tak sebagai pengantinnya. Sementara itu, Grim Reaper alias malaikat pencabut nyawa Wang Yeo (Lee Dong-Wook) yang sudah kehilangan jejak Eun-Tak tanpa sengaja menyewa rumah milik Kim Shin. Tak ayal pertemuan yang tak diinginkan itu menimbulkan perseteruan di antara keduannya. Apa yang akan terjadi selanjutnya di sinopsis drama korea Goblin episode 2 kali ini?

Sinopsis Episode 2

Tanpa mempedulikan Kim Shin yang berusaha mencegahnya, Eun-Tak berlarian girang ke sana kemari sembari asyik selfie dan berfoto-foto. Sambil berjalan berdua menyusuri jalanan yang dikelilingi pohon maple yang berguguran, Eun-Tak terus mengajak Kim Shin ngobrol, tapi sama sekali tidak dihiraukan. Eun-Tak sempat hendak menggoda cowok ganteng yang berdiri di dekat pohon, tapi sesaat kemudian ia berlari ketakutan karena ternyata cowok itu adalah hantu.

Tak lama mereka tiba di sebuah hotel. Eun-Tak mengaku sakit setelah kontak mata dengan hantu tadi.

“Kenapa kamu takut? Kamu bilang kamu sudah sering melihat hantu,” tanya Kim Shin.

“Ia berbicara padaku dengan bahasa Inggris. Itu lebih menakutkan saat hantu berbicara dalam bahasa Inggris,” aku Eun-Tak.

Eun-Tak kemudian baru menyadari bahwa mereka ada di sebuah hotel. Ia pun menanyakan bagaimana bisa Kim Shin membawa seorang gadis SMA sepertinya ke hotel.

“Kamu bilang kamu akan menikah dinginku,” jawab Kim Shin santai.

“Apa kamu goblin?” tanya Eun-Tak.

“Tidak. Tunggu di sini,” jawab Kim Shin, yang kemudian pergi meninggalkan Eun-Tak di sana tanpa mempedulikan Eun-Tak yang terus ngedumel.

Wang Yeo menemui rekannya sesama Grim Reaper di sebuah coffee shop. Sembari menyerahkan form jiwa yang hilang, rekannya menanyakan kenapa hal semacam itu bisa terjadi karena ia belum pernah melihatnya sendiri. Wang Yeo menjawab bahwa itu adalah ulah ‘dewa’ yang lagi rewel.

“Manusia menyebutnya ‘keajaiban’, kita menyebutnya ‘jiwa yang hilang’,” jelas Wang Yeo.

“Aahh, lalu apakah kasusmu ‘keajaiban’ juga?” tanya rekannya.

“Ini lebih aneh,” respon Wang Yeo, “Ia tidak ada di Daftar Hidup dan Mati atau Daftar Nama. Aku tidak tahu aturan mana yang berlaku.”

Rekannya lantas membahas mengenai kepindahan Wang Yeo ke rumah yang baru. Ia juga ingin pindah tapi tabungannya masih belum cukup. Ditambah ibu kosnya terus-terusan bermimpi tentang Grim Reaper, hingga ia pun jadi stress.

Tiba-tiba seorang pria dan wanita masuk ke dalam coffee shop dan langsung beradu argumen. Wang Yeo dan rekannya melihat mereka, lantas rekannya mempersilahkan Wang Yeo untuk mulai bekerja. Setelah mengenakan topinya, Wang Yeo berdiri dan mendekati mereka, yang ternyata baru saja meninggal karena kecelakaan lalu lintas dengan si wanita sebagai korban. Seperti biasa, ia kemudian melakukan tugasnya, mengantarkan arwah mereka ke dunia lain. Si pria menanyakan mengapa hanya si wanita itu saja yang diberikan minuman teh. Wang Yeo menjawab bahwa ia harus mengingat terlebih dahulu perbuatan-perbuatan buruk yang pernah ia lakukan karena ini bukan pertama kalinya ia menabrak seseorang.

Adegan flashback muncul. Ternyata pria tersebut adalah orang yang 19 tahun lalu menabrak ibu Eun-Tak, Ji Yeon-Hee (Park Hee-Von).

Wang Yeo lalu menambahkan bahwa setelah merasa menyesal telah berbuat buruk dan sadar tidak bisa memutar balik waktu, si pria akan menyadari bahwa ia tahu-tahu sudah berada di dasar neraka. Si wanita tersenyum mendengarnya dan langsung meminum cangkir tehnya, sementara pria tersebut ketakutan dan lantas berlutut di hadapan Wang Yeo untuk meminta maaf.

“Aku ragu aku bisa melakukan itu. Bosku sungguh temperamental,” respon Wang Yeo.

Ia melanjutkan, “Aku tahu seseorang yang hidup dalam siksaan dengan seluruh memorinya di masa lalu. Aku yakin ia berulangkali memohon maaf. Itu tidak membantu. Ia masih hidup dalam penderitaan yang kekal.”

Yang dimaksud oleh Wang Yeo adalah Kim Shin. Kim Shin sendiri saat itu sedang berziarah di sebuah bukit, dimana pembantunya dan anak cucu keturunan mereka dimakamkan. Adegan flashback sekilas menunjukkan Kim Shin yang sedang mencoba untuk mencabut pedang yang menancap di tubuhnya, tapi ia tidak kuasa melakukannya.

Bosan menunggu di dalam hotel, Eun-Tak berjalan-jalan berkeliling kota. Tanpa disangka ia tiba di bukit tempat Kim Shin berada. Diam-diam Eun-Tak menunggui Kim Shin yang saat itu sedang duduk termenung di antara batu-batu nisan pembantunya.

Senja mulai tiba. Kim Shin berdiri dan baru menyadari Eun-Tak sudah berada di belakangnya. Melihat ada satu batu nisan dengan foto Kim Shin di sana (meninggal di tahun 1801), Eun-Tak menghampiri dan memberi hormat.

“Halo, aku Ji Eun-Tak,” ujarnya, “Aku akan menjadi pengantinmu sekitar 200 tahun lagi.”

“Tidak,” potong Kim Shin.

Eun-Tak menoleh ke arah Kim Shin, lalu melanjutkan kata-katanya, “Aku rasa tidak. Tapi bahkan setelah 200 tahun kemduian, kamu masih tampan. Kamu terkadang kasar, tapi jangan khawatir, kamu melakukannya dengan baik. Aku akan pergi sekarang.”

Dalam perjalanan kembali ke hotel, Kim Shin menceritakan bahwa ia sudah menganggap kota ini sebagai kota tempat tinggal keduanya karena sudah sejak dulu tinggal di sana. Ia bahkan melihat pondokan yang kemudian berubah menjadi hotel tempat mereka berada sebelumnya. Eun-Tak mengatakan bahwa Kim Shin seharusnya membeli saja pondokan itu dulu karena ia sekarang pasti sudah jadi pemilik hotel tersebut. Tanpa diduga ternyata hotel tersebut memang milik Kim Shin.

Setelah menatap Kim Shin dengan wajah terpana, Eun-Tak memberikan permen yang ia bawa pada Kim Shin.

“Darimana kamu mendapatkan itu? Kamu tidak punya uang,” tanya Kim Shin.

“Itu sebabnya aku mencurinya,” jawab Eun-Tak santai. Ia lalu memberikan permen itu ke tangan Kim Shin dan berkata, “Cepat makan dan hilangkan barang buktinya.”

Kim Shin jadi kebingungan. Eun-Tak lantas menertawakannya karena ia hanya mengerjai Kim Shin. Permen itu sendiri ia dapatkan karena si penjual permen kasihan kepadanya yang terus-terusan memperhatikan permen itu. Kim Shin cuek dan mengajaknya kembali ke Korea karena sudah waktunya untuk sekolah. Dengan enggan Eun-Tak mengikutinya.

Tak lama mereka sudah kembali berada di Korea. Setelah berpamitan, dengan segera Eun-Tak berlari menuju sekolahnya. Apes baginya, gara-gara sudah terlambat, ia dimarahi oleh gurunya, yang bahkan menyindirnya tidak berniat untuk melanjutkan kuliah. Eun-Tak sempat membantahnya, namun guru tersebut malah tambah memarahinya.

Wang Yeo sedang menonton TV saat Kim Shin datang dan memintanya untuk mengikutinya. Kim Shin keluar dari rumah dan muncul di sebuah padang bunga, sementara Wang Yeo yang menyusulnya dengan enggan tetap saja muncul di depan rumah Kim Shin. Karena Wang Yeo tidak kunjung tiba di padang, Kim Shin kembali lagi dan menemui Wang Yeo.

“Kenapa kamu bisa muncul dari situ?” tanya Wang Yeo heran.

“Itu aneh, bukan?” tanya Kim Shin balik. “Ia melakukan sesuatu yang bahkan Grim Reaper menganggapnya aneh.”

Dengan heran Wang Yeo menanyakan siapa orang yang dimaksud Kim Shin. Ia mendekat ke arah Kim Shin dan mengulangi pertanyaannya. Kim Shin meloncat kaget saat tubuhnya bersentuhan dengan Wang Yeo. Wang Yeo terus menanyakan tentang siapa yang dimaksud oleh Kim Shin, tapi Kim Shin meresponnya dengan mengusirnya pergi sembari masuk kembali ke dalam rumah.

Saat Wang Yeo mengomel karena tidak dihiraukan oleh Kim Shin, Yoo Duk-Hwa (Yook Sung-Jae) tiba-tiba datang. Duk-Hwa menyatakan bahwa ia ingin agar Kim Shin secepatnya meninggalkan rumah itu serta meminta agar Duk-Hwa tidak mengaku telah menyewa rumah itu apabila kakeknya datang menanyakannya. Wang Yeo tidak menghiraukannya dan meninggalkannya masuk ke dalam rumah.

Di perpustakaan, Eun-Tak mencoba masuk ke pintu yang sebelumnya menembus ke Kanada. Tentu saja ia gagal dan yang ada di dalamnya ternyata adalah toilet. Seorang wanita berbaju merah yang sedang berada di sana kemudian memberinya seplastik kangkung begitu saja dan berpesan untuk memakannya bersama keluarganya. Tanpa mempedulikan Eun-Tak yang kebingungan, wanita itu pergi meninggalkannya begitu saja.

Setibanya di rumah, bibinya langsung memintanya untuk memasak makan malam. Melihat tidak ada bahan makanan apa pun di kulkas, Eun-Tak lalu memasak kangkung yang diberikan oleh wanita berbaju merah tadi dan membuat gimbap. Saat sedang menyiapkan makanan, sepupu Eun-Tak turun dan menunjukkan buku tentang Kanada yang sebelumnya dibawa oleh Eun-Tak dari hotel. Mengira Eun-Tak bakal kabur ke sana dengan uang asuransi ibunya, bibinya langsung memarahi dan memukulinya.

Sepupu Eun-Tak kemudian menuju ke dapur dan memotong gimbap yang sedang dibuat Eun-Tak. Tanpa disengaja jarinya teriris pisau dan ia pun menangis histeris melihat darahnya sendiri. Mendengar teriakannya, saudara laki-lakinya mendatanginya dan melihat kondisinya sembari mengigit gimbap tersebut. Tanpa diduga, ia mendadak tersedak. Bibi Eun-Tak menyusul ke dapur untuk membantu mereka, sementara Eun-Tak mengambil kembali bukunya dan pergi meninggalkan rumah dengan membawa sepotong gimbap.

Di sebuah taman, sambil menahan tangis Eun-Tak memakan gimbapnya dan melihat-lihat buku tentang Kanada miliknya.

Di rumahnya, Kim Shin tidak bisa tidur gara-gara memikirkan Eun-Tak yang bisa mengikutinya lewat pintu miliknya namun tidak bisa melihat pedangnya. Karena penasaran, ia pun mendatangi tempat tinggal Eun-Tak dan menunggunya di depan rumah. Saat Eun-Tak kemudian tiba, Kim Shin langsung beralasan bahwa Eun-Tak sudah memanggilnya dengan cara memikirkan tentangnya. Eun-Tak tidak membantahnya karena ia memang tidak sengaja melakukannya saat memikirkan tentang Kanada.

Saat ditanya kenapa Eun-Tak berkeliaran di luar rumah dan tidak masuk ke dalam Eun-Tak menjawab bahwa ia sedang menunggu hingga bibinya tertidur. Karena saat itu sudah tengah malam, Kim Shin pun menemaninya berjalan. Salah seorang kawan Eun-Tak melihatnya berjalan berduaan dengan om-om dan berniat untuk memfotonya. Tanpa disangka, pintu mobil yang ada di sebelah tempatnya berdiri tiba-tiba terbuka dan mendorongnya hingga terjatuh. Begitu melihat tidak ada seorang pun di dalam mobil, kawan Eun-Tak langsung pergi ketakutan.

Hari berlalu. Eun-Tak mendatangi Olive Chicken Cafe dan melihat ada lowongan pekerjaan part-time di sana. Ia pun masuk dan mendapati seorang wanita cantik di dalam kafe, Kim Sun (Yoo In-Na). Ia ternyata adalah pemilik cafe tersebut. Mengetahui Eun-Tak datang untuk melamar pekerjaan, ia lalu meminta Eun-Tak untuk duduk.

Belum ditanya apa-apa, Eun-Tak panjang lebar menceritakan tentang dirinya. Kim Sun memotong dan menanyakan apakah ia punya rencana lain setelah ini karena jika tidak, ia bisa langsung bekerja saat itu juga. Mendengarnya, Eun-Tak bangkit dari kursinya dengan bersemangat tanpa sadar kursi yang baru saja ia duduki sampai terlempar. Dengan jiwa 45 Eun-Tak berjanji akan bekerja sekuat tenaga sementara Kim Sun tetap menanggapi dengan santai.

Malam harinya, dengan riang Eun-Tak pulang dengan menggenggam badge pegawai yang ia miliki. Karena sebelumnya Kim Shin mengatakan Eun-Tak bisa memanggilnya dengan memikirkannya saja, ia mencoba melakukannya. Namun tidak berhasil karena waktu itu Kim Shin memang hanya berdalih. Eun-Tak lantas menyalakan korek api dan meniupnya. Dengan bersemangat ia menoleh ke belakang untuk menyambut Kim Shin, yang memang muncul di sana, tapi dengan mengenakan baju tidur dan mulutnya terbuka karena hendak menyantap steak.

“Kamu makan steak mahal. Kenapa kamu tidak memberiku uang $5000,” respon Eun-Tak saat melihatnya.

“Apa yang kamu pikirkan tentang menggunakan ponsel untuk membuat janji bertemu?” tanya Kim Shin kesal.

“Aku baik-baik saja dengan cara ini,” jawab Eun-Tak tanpa dosa.

“Aku tidak,” bantah Kim Shin.

Kim Shin lalu menanyakan apakah Eun-Tak sedang memikirkannya. Eun-Tak menjawab bahwa ia tadi melakukannya tapi Kim Shin tidak datang.

“Aku tidak keberatan menemuimu saat sedang memikirkan masa depan kita,” ujar Eun-Tak, “Aku mencintaimu.”

Kim Shin merespon dengan menggigit steaknya dan pergi meninggalkan Eun-Tak.

Wang Yeo hendak tidur saat tiba-tiba Kim Shin masuk ke kamarnya — sudah berganti atasan — dan menanyakan apakah bajunya lebih mendingan daripada sebelumnya. Wang Yeo tidak melihat adanya perbedaan. Kim Shin lantas menanyakan apakah buku yang ia bawa matching dengan penampilannya karena ia ingin terlihat cerdas dan sempurna pada saat ia ‘dipanggil’.

Tidak berhenti sampai di situ, tak lama Kim Shin kembali lagi, kali ini dengan membawa CD dan LP. Ia menanyakan mana di antara keduanya yang menunjukkan ia memiliki selera musik yang beragam. Wang Yeo menjawab bahwa sekarang adalah era musik digital. Spontan Kim Shin membuang CD dan LP yang ia bawa.

Kim Shin masih kembali lagi. Sekarang dengan membawa dua buah lukisan. Tanpa menunggu pertanyaannya, Wang Yeo langsung mengusirnya pergi. Saat Kim Shin kembali untuk kesekian kalinya, Wang Yeo sudah berada di balik selimut. Kim Shin membukanya dan kaget mendapati cara tidur Wang Yeo yang seperti orang mati. Dengan kesal ia meminta Kim Shin pergi karena ia ingin tidur. Tanpa diduga, saat paginya terbangun, Kim Shin sudah mendandani kamarnya dengan selimut bunga-bunga dan mengenakan penutup rambut seperti milik nenek-nenek di kepalanya.

Tidak mau kalah, Wang Yeo membalas dengan membawa sekotak boxer milik Kim Shin dan memainkannya di udara sambil menyanyikan lagu underwear yang biasa dinyanyikan Kim Shin. Dengan menahan malu Kim Shin memintanya untuk pergi.

Duk-Hwa mendapati Kim Shin sedang meringkuk di kamarnya. Saat ditanya penyebabnya, Kim Shin justru memintanya agar tidak terkejut karena ia akan menceritakan sesuatu tentang dirinya dan keluarganya.

“Sebenarnya aku adalah…”

“Goblin?” potong Duk-Hwa.

Tanpa disangka, Duk-Hwa sudah mengetahui bahwa Kim Shin adalah goblin sejak ia berumur 8 tahun. Penyebabnya adalah gara-gara Kim Shin selalu menciptakan emas-emas batangan saat ia mabuk dan memamerkannya pada Duk-Hwa. Dengan sedikit kesal bercampur heran, sembari melayang di udara, Kim Shin menanyakan kenapa Duk-Hwa masih berani melawannya meski tahu ia adalah goblin. Duk-Hwa hanya nyengir mendengarnya.

Hujan turun dengan deras di Seoul. Saat tahu Eun-Tak tidak punya payung, Kim Sun menyuruhnya menggunakan payung miliknya dan tidak usah mengembalikannya. Eun-Tak tersenyum senang mendengarnya. Kim Sun kemudian pergi dan berpesan agar Eun-Tak bersantai-santai saja saat ia tidak ada karena jika ia bekerja keras pun ia tidak akan tahu. Eun-Tak tambah senang mendengarnya.

Kim Sun ternyata pergi menemui seorang peramal. Peramal tersebut mengatakan bahwa Kim Sun wanita yang memiliki nafsu duniawi yang kuat serta ditakdirkan untuk selalu sendirian. Namun begitu, peramal memberitahu Kim Sun untuk bersiap akan kedatangan seorang pria yang mengenakan topi hitam.

“Aku harap pria yang mengenakan topi tersebut memiliki penampilan bagus,” respon Kim Sun.

Orang yang dibicarakan, si pemilik topi hitam, Wang Yeo, saat itu hendak pergi ke dry cleaner untuk mencuci topinya. Kim Shin menyindirnya terlihat lucu saat mengantar arwah apabila mengenakan topi tersebut.

“Jangan mencari kematian. Kematian yang akan mencarimu,” respon Wang Yeo pede. “Itulah ide di balik topi ini. Orang mati akan mengenaliku hanya ketika aku mengenakan ini. Ini menyembunyikanku dari manusia.”

“Aku senang kamu jadi tidak terlihat di mata manusia. Itu memalukan untuk dilihat,” balas Kim Shin.

Wang Yeo tidak lagi menanggapinya dan pergi meninggalkan Kim Shin. Kim Shin sendiri terus harap-harap cemas menunggu untuk dipanggil oleh Eun-Tak dengan menyiapkan buku-buku di tangannya.

Di tempat lain, Eun-Tak melaminating daun maple yang beberapa waktu lalu ia dapatkan dari Kim Shin saat berada di Kanada. Malam harinya, ia memanggil Kim Shin, hendak memberikan daun tersebut kepadanya sebagai hadiah. Alih-alih Kim Shin, yang muncul adalah Wang Yeo. Dengan ketakutan Eun-Tak menanyakan apa yang akan terjadi kepadanya sekarang karena ia masih terlalu muda untuk mati. Dengan dingin Wang Yeo menjawab bahwa yang lebih muda dari Eun-Tak juga banyak yang mati. Untunglah sesaat kemudian Kim Shin datang.

Tidak tahu bahwa Kim Shin mengenalinya, Eun-Tak berusaha menutupi mata Kim Shin agar tidak melihat mata Grim Reaper. Kim Shin terdiam, melihat Eun-Tak yang perhatian kepadanya. Ia lalu menurunkan tangan Eun-Tak dan memberitahunya bahwa ia sudah pernah bertemu Grim Reaper.

“Kamu pasti sedang bekerja,” ujar Kim Shin.

“Memang, tapi aku tidak tahu apa yang kamu kerjakan,” balas Wang Yeo.

“Aku turut campur dalam urusan hidup dan mati manusia,” jawab Kim Shin.

“Aku tahu. Aku rasa kamu membuat kesalahan besar,” respon Grim Reaper. “Gadis ini seharusnya mati 19 tahun lalu.”

Petir tiba-tiba menyambar. Ternyata itu ulah si Goblin.

“Apakah aku tampak seperti ingin mendengar penjelasan?” ancam Kim Shin dingin.

“Tidakkah kamu belajar untuk memperhatikan saat seorang Goblin berbicara dengan serius?” lanjut Kim Shin, kali ini melalui telepati. “Hati-hatilah. Aku mungkin akan ikut campur dengan urusan hidup dan matimu juga.”

Wang Yeo terdiam mendengarnya. Eun-Tak yang tidak mengetahui hal itu mengajak Kim Shin untuk kabur saja dan menariknya. Tapi Kim Shin tidak bergeming dan memintanya untuk tenang saja.

“Ia sudah mencariku selama 10 tahun,” ujar Eun-Tak.

“Tetap saja. Tidak masalah jika ia sudah mencarimu selama 100 tahun. Tidak ada Grim Reaper yang bisa mengambil gadis yang ingin menikahi Goblin, terutama di dalam pengawasannya,” respon Kim Shin.

“Jadi dia adalah…”

Eun-Tak memotong perkataan Wang Yeo dan dengan lantang memberitahunya bahwa ia adalah pengantin Goblin yang terkenal dan menantang Wang Yeo untuk mengambilnya.

“Sepertinya aku adalah orang jahat di sini. Aku akan mengurus hal itu terlebih dahulu. Kita akan bicara lagi nanti,” ujar Wang Yeo. “Kita akan bertemu lagi nanti. Kita bisa bertemu seperti ini atau membuat perjanjian.”

Eun-Tak mendengarkannya dengan ketakutan sembari memegang erat lengan Kim Shin. Setelah Grim Reaper pergi, Eun-Tak mengkonfirmasi kembali bahwa Kim Shin adalah Goblin. Kali ini Kim Shin tidak membantahnya dan mengatakan bahwa ia memang sebelumnya tidak mengaku karena tidak menyangka bakal bertemu lagi dengan Eun-Tak. Ia juga tidak tahu kalau Eun-Tak bakal bisa masuk ke ‘dunianya’ melalui pintu itu karena tidak pernah ada seorang pun yang bisa mengikutinya melalui pintu itu.

“Bagaimana dengan selanjutnya? Aku menanyakan hal itu berulang-ulang kali?” tanya Eun-Tak.

“Aku tidak merasa perlu untuk mengoreksinya. Kamu tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi pengantin goblin,” jawab Kim Shin.

Mata Eun-Tak berkaca-kaca. Dengan menahan tangis, ia bertanya sebenarnya dirinya siapa, karena ia sudah lelah diganggu oleh para hantu yang menggosipkannya sebagai pengantin goblin serta dikejar-kejar oleh Grim Reaper. Kim Shin menjawab bahwa itu hanyalah kesialannya saja dan bukan urusannya. Dengan kesal Eun-Tak mengungkapkan bahwa pasti ada hal lain kenapa Kim Shin tidak mau menikahinya. Dan itu adalah karena ia tidak cantik.

“Kamu cantik,” ujar Kim Shin. “Aku sudah hidup selama lebih dari 900 tahun. Aku tidak mencari seseorang yang cantik. Aku mencari seseorang yang bisa melihat sesuatu yang ada pada diriku. Itu sebabnya kamu bukanlah pengantinku. Itulah alasannya.”

Kim Shin menambahkan bahwa Eun-Tak seharusnya bersyukur, karena apabila ia bisa melihat apa yang ada pada diri Kim Shin, ia pasti akan membencinya. Ia pun meminta agar Eun-Tak tidak memanggilnya lagi. Dengan kesal Eun-Tak memastikan bahwa ia tidak akan pernah memanggil Kim Shin lagi dan melangkah pergi meninggalkannya.

Kim Shin tiba di rumahnya. Sudah ada Wang Yeo di sana, yang langsung menanyakan apakah sudah waktunya bagi Kim Shin untuk binasa karena ia sudah menemukan pengantinnya. Kim Shin memberitahunya bahwa gadis itu bukanlah pengantinnya karena ia tidak bisa melihat apa yang ada pada dirinya. Wang Yeo lantas menanyakan mengapa Kim Shin melindungi gadis itu kalau tahu ia bukanlah pengantinnya. Kim Shin tidak mau menjawabnya dan meminta Wang Yeo untuk pergi saja dari rumahnya.

Hari-hari berlalu. Eun-Tak ternyata masih penasaran dengan goblin dan membaca-baca buku anak-anak tentang goblin di perpustakaan. Seorang anak kemudian mendatanginya dan memberikan buku lain tentang goblin yang lebih menyenangkan untuk dibaca. Eun-Tak menerimanya. Tapi setelah anak itu pergi, Eun-Tak teringat kembali dengan ucapan Kim Shin dan jadi kesal, sehingga ia pun meletakkan daun maple miliknya ke dalam salah satu buku lalu mengembalikan semua buku-buku yang ia baca ke rak.

Kim Shin sedang duduk termenung di teras rumahnya. Melihat asap yang tiba-tiba muncul, ia tersenyum, mengira Eun-Tak memanggilnya. Tak disangka, ternyata itu adalah asap dari rokok Duk-Hwa, yang sedang merokok di balik tembok. Kim Shin pun memarahinya dan memintanya berhenti merokok.

Kegalauan Kim Shin berlanjut. Ruangan rumahnya kini dipenuhi awan dan bahkan petir gara-gara ia terus terdiam merenung. Duk-Hwa memintanya agar jangan sampai mendatangkan hujan karena bakal repot membereskannya. Wang Yeo yang datang menghampiri yakin bahwa penyebabnya adalah urusan wanita.

“Itu adalah wajah dari seorang pria yang akan berbicara dengan seorang wanita setelah 300 tahun dan berakhir dengan melukainya,” analisa Wang Yeo.

Meski Wang Yeo terus menyindirnya, Kim Shin tidak mau mengaku dan berdalih sedang mempelajari pergerakan saham. Duk-Hwa sendiri sempat kepo begitu mengetahui wanita yang dimaksud Wang Yeo adalah gadis berumur 19 tahun, namun ia kemudian menasehati pamannya untuk meminta maaf pada gadis itu apabila benar ia sudah melukainya. Kim Shin jadi kesal mendengarnya dan dengan sekali gerakan membuat Duk-Hwa terikat di salah satu pilar rumah.

Tak lama kemudian Wang Yeo dan Kim Shin keluar dari rumah. Wang Yeo mengaku hendak mencuci topinya, sementara Kim Shin mengaku hendak pergi ke toko kelontong. Beberapa saat kemudian, Wang Yeo keluar dari sebuah rumah dan Kim Shin menungguinya di depan. Kim Shin ternyata mengikutinya karena mengira Wang Yeo hendak pergi untuk membunuh Eun-Tak. Karena tidak melakukannya, Wang Yeo berbalik menanyakan dimana Eun-Tak berada. Kim Shin tidak mau menjawabnya dan pergi meninggalkan Wang Yeo.

Eun-Tak menyiapkan kursi di cafe tempat kerjanya untuk tidur di sana. Ia ternyata masih kepikiran soal goblin dan menjadi tidak bisa tidur. Eun-Tak lantas memutuskan untuk pergi keluar dan mencari hantu yang sempat menyindirnya sebagai pengantin goblin beberapa waktu lalu. Ia berhasil menemukannya. Saat ditanya tentang hal itu, hantu tersebut mengatakan bahwa ia tahu tentang hal itu dari hantu nenek-nenek.

Hantu nenek-nenek yang dimaksud, bersama dua hantu lainnya, kemudian berkumpul bersama dengan hantu sebelumnya. Hantu nenek-nenek itu kemudian menceritakan bahwa 19 tahun lalu ia melihat sendiri bagaimana goblin menyelamatkan ibu Eun-Tak (dan Eun-Tak yang ada dalam kandungan) dari kematian. Itu sebabnya Eun-Tak disebut sebagai pengantin goblin. Mendengarnya, Eun-Tak jadi merasa bersalah karena merasa tidak berhak untuk membenci goblin.

Tanpa disadari oleh mereka, dari kejauhan Kim Shin memperhatikan mereka.

Bibi Eun-Tak mendatangi cafe tempat Eun-Tak bekerja dan meminta Kim Sun untuk memecatnya. Dengan tenang, Kim Sun menanggapinya dengan berpura-pura menelpon preman dan menanyakan apakah mereka bisa memukuli seorang wanita yang saat ini sedang mengganggunya. Bibi Eun-Tak jadi ketakutan dan segera berpamitan pergi meninggalkan cafe.

Tiba kembali di rumahnya, dua orang preman suruhan rentenir sudah menunggunya. Bibi Eun-Tak berdalih belum bisa menjawab karena buku tabungannya dicuri oleh Eun-Tak. Preman-preman tersebut percaya dan menculik Eun-Tak yang saat itu baru keluar dari gerbang sekolahnya.

Saat makan malam, Kim Shin menanyakan pada Wang Yeo darimana ia mendapat uang untuk menyewa rumahnya selama 20 tahun. Wang Yeo mengatakan bahwa ia menabung dari uang-uang sumbangan yang diberikan oleh orang-orang yang datang ke pemakaman, sehingga ia tidak mau begitu saja diminta untuk pergi meninggalkan rumah Kim Shin yang sudah ia bayar sewanya. Kim Shin menyindir dengan mengatakan bahwa ia sudah lama tidak mendengar kata ‘menabung’ karena ia punya banyak uang. Perkelahian keduanya kembali terjadi. Gagal melempar botol merica seperti sebelumnya, Wang Yeo ganti melemparkan piring steak Kim Shin keluar jendela. Kim Shin terdiam sejenak melihatnya lalu tertawa sembari mengatakan bahwa itu adalah piring yang biasa digunakan raja Louis XIV. Sesaat kemudian tawanya berhenti dan matanya terbelalak.

Orang-orang yang menculik Eun-Tak membawanya pergi ke suatu tempat yang jalanannya gelap. Mereka menggeledah tas Eun-Tak dan mencoba mencari buku tabungan yang dimaksud oleh bibinya. Melihat si sopir menyalakan pemantik api untuk merokok, Eun-Tak berusaha meniupnya untuk memanggil goblin. Namun usahanya gagal karena preman rentenir yang ada di sebelahnya kembali menariknya untuk duduk.

Sementara itu, pertarungan antara Wang Yeo dan Kim Shin sudah semakin seru karena keduanya sudah menyiapkan berbagai alat makan untuk dilemparkan ke arah yang lainnya.

Kembali ke Eun-Tak, sambil menahan tangis ia mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu soal buku tabungan. Preman tidak percaya karena bibi Eun-Tak mengatakan bahwa Eun-Tak memilikinya. Sadar salah satu di antara Eun-Tak dan bibinya berbohong, preman tersebut jadi kesal dan hendak memukul Eun-Tak. Reflek Eun-Tak membungkukkan badannya untuk melindungi dirinya. Saat itulah tiba-tiba tanda pengantin goblin yang ada di lehernya bersinar.

Kejadian itu membuat Kim Shin menyadari ada yang tidak beres dengan Eun-Tak. Ia menjatuhkan semua perangkat makan yang sebelumnya sedang diterbangkan oleh dirinya dan Wang Yeo. Wang Yeo menanyakan apa yang terjadi, mengira Kim Shin hendak mengajaknya berkelahi secara langsung. Kim Shin terdiam.

Beberapa saat kemudian, preman yang menyetir mobil mengerem mendadak. Ternyata satu demi satu lampu jalan yang ada di hadapannya pecah. Sejurus kemudian, dua orang berpakaian hitam melangkah perlahan mendekati mobil. Mereka adalah Kim Shin dan Wang Yeo.

[wp_ad_camp_1]

Preview Episode 3

Berikut ini preview episode 3 dari drama korea Goblin (The Lonely and Great God):

» Sinopsis eps 3 selengkapnya

sinopsis goblin 2

Leave a Reply