Bulan lalu, setelah mengambil e-Paspor di Kantor Imigrasi Waru, Surabaya, saya langsung melanjutkan mengurus visa waiver di Konsulat Jendral (Konjen) Jepang. Rencananya dadakan karena sebenarnya baru hendak mengurus satu dua hari kemudian. Tapi karena sudah tidak sabar sendiri pengen liat bentuk visa waiver nempel di lembaran buku paspor, akhirnya capcus deh dari gedung Graha Pena menuju ke jalan Sumatera, jalan di belakang hotel Santika Premier Gubeng.
Gedung Konjen Jepang sendiri terletak di ujung pertigaan jalan yang menghubungkan jalan Jawa dengan jalan Sumatera. Untuk menuju ke sana, jika dari arah Raya Gubeng, kita bisa melalui jalan Jawa (sebelum hotel Santika Premier Gubeng, gedung Konjen Jepang ada di ujung sisi kanan jalan), maupun melalui jalan Kalimantan (belok kiri di pertigaan, lalu lurus hingga sampai ke pertigaan jalan Jawa, gedung ada di sebelah kiri). Karena waktu itu tidak sempat mengecek peta di Google Maps, saya mengambil jalur jalan Kalimantan agar tidak terlewat.
Proses pengurusan visa Jepang sendiri, baik visa biasa maupun visa waiver ternyata tidak seribet yang saya bayangkan. Pada saat masuk, kita akan diminta untuk menuliskan data diri di lembar buku tamu serta menitipkan ponsel dan kamera yang kita bawa di pos keamanan. Setelah melalui mesin x-ray (seperti yang ada di bandara), kita pun diarahkan untuk menuju ke loket pengurusan visa. Petugas keamanannya cukup ramah dan tidak sok galak. Cuman saya agak keki juga karena pada saat pertama datang saya dikira mau jadi TKI, sedang pada saat datang kedua kali untuk pengambilan visa, saya dikira sedang disuruh bos untuk mengambil mesin pabrik…
Eniwei, kembali ke proses pengurusannya. Langkah berikutnya adalah mengambil nomer antrian dan mengisi form pengajuan visa jika kita belum mengisinya. Form ini tersedia online agar bisa kita isi dari rumah. Tapi jika tidak tahu atau belum mengisinya, di sana juga disediakan kok. Waktu saya datang, kebetulan ada seorang pegawai travel yang baru saja selesai mengurus pengajuan visa untuk kliennya. Mengetahui saya hendak mengurus visa, ia memberikan lembar form tanda terima dan meminta saya untuk mengisinya sekalian. Meski tidak tahu maksudnya, saya melakukan saja apa yang dimintanya.
Setelah menunggu sejenak, akhirnya nomer antrian saya dipanggil. Karena mengurus visa waiver, di sini saya hanya perlu menyerahkan buku paspor serta form pengajuan visa. Petugas kemudian memberikan lembar tanda terima permohonan visa yang ternyata sama persis dengan yang tadi diberikan oleh pegawai travel. Jadinya saya tinggal menyerahkan sekalian form tersebut dan diminta untuk menunggu sejenak.
Kurang lebih lima menit kemudian saya dipanggil kembali. Sambil menyerahkan form tanda terima, petugas memberitahu agar saya besok datang kembali untuk mengambil buku paspor kembali dan visa waivernya. Bener-bener gak nyangka bakal secepat itu prosesnya.
Untuk pengajuan visa biasa saya lihat juga sama saja prosesnya. Ambil nomer antrian, serahkan form dan persyaratan pada saat dipanggil, tunggu sekitar 5 menit (sepertinya dilakukan pemeriksaan awal terhadap persyaratan-persyaratan yang diberikan), lalu diberi form tanda terima dan diminta untuk datang lagi nanti. Berbeda dengan visa waiver yang hanya butuh 1 hari kerja, untuk visa biasa membutuhkan waktu 4 hari kerja. Masih terhitung cepat sih jika dibandingkan dengan pengurusan visa negara lain.
Baca juga: Tata Cara Pengurusan Visa Jepang
Esok harinya, seperti yang diminta, saya datang kembali untuk mengambil buku paspor saya. Dan yes, akhirnya punya juga tempelan visa waiver Jepang seperti pada gambar di bawah ini. Oh ya, pada saat menyerahkan buku paspor, petugas akan memberikan penjelasan mengenai masa berlalu visa serta durasi kunjungan yang diperbolehkan. Untuk visa waiver sendiri masa berlakunya adalah 3 tahun dengan batas durasi 14 hari per kunjungan. Lumayanlah kalau buat jalan-jalan aja, hehehe.
Semoga sharing pengalaman ini bisa sedikit banyak membantu teman-teman yang hendak melakukan pengurusan visa, khususnya visa waiver, Jepang. Untuk berikutnya nanti saya mau berbagi pengalaman tentang berburu uang Yen di Surabaya. Gak segampang nukerin uang dolar ternyata. Seriusan.
Leave a Reply