Pandemi COVID-19 memang membawa banyak dampak bagi kehidupan umat manusia. Tidak hanya bagi diri kita pribadi, melainkan juga bagi kehidupan bermasyarakat. Yang paling utama tentunya dari segi kebersihan. Kalau sebelumnya kebanyakan dari kita (termasuk saya tentunya) tidak terlalu mempedulikan hal itu, sekarang mau tidak mau harus aware terhadapnya. Masker dan hand sanitizer adalah salah dua barang yang kini setia menemani.
Dengan telah mulai diberlakukannya new normal, saya sendiri jadi penasaran seperti apa penerapannya. Apakah bakal ketat sesuai yang dianjurkan pemerintah? Atau malah biasa aja? Penasaran juga dengan dampak langsung dari pandemi bagi beberapa bidang yang sering bersinggungan dengan saya pribadi. Traveling dan game center misalnya.
Untuk kali ini saya bahas mengenai pengalaman menginap saya terlebih dahulu, yang baru saja saya lakukan akhir minggu lalu. Kebetulan dapat promo menarik dari Traveloka untuk salah satu hotel berbintang di Surabaya yang selama ini belum pernah saya inapi. Seperti apa? Simak liputannya di bawah.
Daftar Isi
Sekilas Hotel Garden Palace Surabaya
Hotel yang saya inapi bernama Garden Palace. Hotel tua yang cukup populer karena lokasinya yang nyaris tepat di tengah kota. Hanya berjarak kurang lebih 150 meter saja dari pusat kota alias gedung balaikota Surabaya.
Menurut informasi yang tersaji di situs web resminya (https://www.gardenpalacehotel.co.id/), terdapat 360 kamar (termasuk suite room) dengan pemandangan kota Surabaya di hotel Garden Palace. Bahkan di lantai tertentu kita bisa melihat penampakan jembatan Suramadu yang tersohor itu. Beberapa tipe kamar yang ada di antaranya adalah Deluxe Thematic, Superior, Standard New, Royale Club, dan Suite.
Hotel berbintang 4 (empat) ini memiliki Green House Kitchen Bistro yang menyajikan sarapan dan juga menu buffet. Terdapat pula Ming Court, restauran masakan China; Curabhaya Lounge, serta Cat’s Pajamas, sebuah klub malam.
Promo Menginap Dari Traveloka
Dulunya, hotel Garden Palace bisa dibilang salah satu hotel papan atas di Surabaya yang jarang sekali menurunkan harga. Biaya menginap per malamnya bisa mencapai jutaan rupiah untuk tipe kamar tertentu.
Saya sendiri penasaran banget dengan kamar tipe Deluxe Thematic mereka. Pilihannya ada Japanese Room, Nusantara Room, Roman Room, dan Oriental Room. Seperti mungkin sudah bisa ditebak, nuansa dalam masing-masing kamar tersebut berbeda dengan kamar-kamar hotel pada umumnya. Untuk Japanese Room misalnya, nuansa kamar yang disajikan adalah nuansa Jepang.
Begini penampakannya.
Biaya menginap di kamar tipe incaran saya ini biasanya berkisar antara 650 ribu hingga 900 ribu per malam. Tidak pernah kurang dari itu.
Namun semua berubah semenjak virus Corona menyerang. Rendahnya tingkat hunian membuat hotel berbintang ini terpaksa membuang gengsinya dan tidak lagi jual mahal. Begitu tahu kamar tersebut ditawarkan dengan harga 324 ribu saja per malamnya di Traveloka, saya langsung mem-booking-nya tanpa berpikir panjang. Cita-cita yang sudah lama terpendam akhirnya terwujud.
Tapi akankah kenyataan sesuai harapan?
Pengalaman Menginap Pada Era New Normal di Hotel Garden Palace Surabaya
Saya tiba di hotel Garden Palace kurang lebih pukul setengah satu siang. Sebelumnya sempat mampir ke mall Tunjungan Plaza. Selain untuk survey kondisi plus protokol game center Fun World dan Amazing Zone di sana, juga pengen tau seperti apa ngemall di masa new normal ini. Keduanya akan saya ceritakan di artikel terpisah.
Saat hendak masuk ke hotel, ada petugas security yang melakukan pengecekan suhu. Untuk barang bawaan tidak lagi diperiksa. Bilik keamanan — entah apa itu namanya, yang biasanya bunyi kalau membawa benda logam — pun tidak dijaga. Dibiarkan lewat begitu saja.
Hanya ada satu orang pegawai yang terlihat di bagian resepsionis. Hingga waktu sore dan esok harinya (saat check out) pun yang bertugas tetap orang yang sama.
Proses check-in berlangsung seperti biasa. Tidak ada prosedur ekstra yang berhubungan dengan COVID-19. Yang mengecewakan, tanpa konfirmasi kamar saya ternyata di-upgrade ke tipe Royale Club. Iya, lebih mahal (1 juta / malam), tapi kan bukan itu tujuan saya menginap di Garden Palace. Belakangan tampaknya pihak hotel sengaja ‘mengumpulkan’ tamu-tamu yang menginap di lantai-lantai tertentu saja agar memudahkan petugas cleaning service yang jumlahnya jauh berkurang. Selama menginap hanya ada 1 orang saja pegawai departemen tersebut yang saya temui.
Sebelum beranjak, saya ditanya mengenai menu sarapan yang diinginkan. Ada 3 opsi: soto ayam, bubur ayam, dan nasi goreng. Pilihan jatuh pada yang disebutkan terakhir. Entah terkait pandemi atau pemangkasan pegawai, kegiatan breakfast rupanya kini dibatasi. Tidak lagi bebas mengambil ala buffet. Sudah dijatah seperti di hotel-hotel melati atau bintang 1.
Menuju ke kamar di lantai 12, hanya terlihat ada satu hand sanitizer yang disediakan untuk publik. Lokasinya tepat di samping lift di lantai dasar.
Kamarnya sendiri, karena termasuk tipe tertinggi di bawah kamar suite, sudah pasti tergolong mewah dan luas. Apalagi area kamar mandinya. Terdapat fasilitas bath tub yang saat ini cukup jarang ditemui di hotel maupun kamar kelas menengah. Tidak ada komplain sih untuk segala sesuatu yang ada di dalam kamar.
Esok harinya, pada saat sarapan, posisi meja diatur oleh pegawai. Disesuaikan dengan jumlah orangnya. Demikian pula dengan posisi duduknya. Ditentukan sedemikian rupa agar tidak bersebelahan dalam jarak dekat. Selain menu yang telah dipilih sebelumnya, ada tambahan segelas air putih dan teh atau kopi. Walau makanan dijatah, setidaknya untuk minuman kita boleh mengambil tambahan jika memang masih kurang.
Terakhir, proses check-out berlangsung normal. Serahkan kunci, konfirmasi sekilas, done.
Kesimpulan
DISCLAIMER: Kesimpulan ini berdasarkan pengalaman pribadi menginap di hotel Garden Palace Surabaya. Dengan demikian, apa yang sampaikan di bawah (dan juga di atas) mengacu spesifik pada hotel yang bersangkutan, bukan untuk hotel berbintang secara keseluruhan. Mohon dipahami.
Ada dua hal yang bisa disimpulkan dari pengalaman menginap di hotel berbintang beberapa hari lalu.
Pertama, industri perhotelan terasa banget berusaha untuk bertahan. Dari memberikan harga promo yang jauh di bawah standar mereka, memadamkan lampu di beberapa bagian, hingga melakukan pengurangan jumlah karyawan. Di dalam kamar memang terasa seperti kamar hotel berbintang. Namun di area lain lebih mirip bagai losmen atau penginapan di daerah terpencil. Tetap semangat ya bagi teman-teman yang bekerja di industri ini 🙂
Kedua, penerapan protokol kesehatan di hotel berbintang yang saya inapi tidak seketat yang saya bayangkan sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat publik lain. Hanya diwajibkan mengenakan masker dan dilakukan pengecekan suhu saat masuk. Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan, walau mungkin setidaknya bisa ditambahkan fasilitas hand sanitizer di DALAM lift. Butuh banget untuk sterilisasi pasca menekan tombol.
Habis ini kayaknya seru juga kalau nginep di hotel melati atau penginapan kelas backpacker buat ngebandingin pelaksanaan protokol kesehatannya, hehehe.
Leave a Reply