Sehari setelah tiba di Pattaya, saatnya untuk berkeliling di kota yang baru pertama kali saya kunjungi ini.
Meski sudah membangun itinerari bayangan, saya putuskan untuk melangkahkan kaki sesuai mood.
Menggabungkan antara hasrat menjelajah dengan kebutuhan mengumpulkan data untuk konten Youtube dan blog.
Daftar Isi
Penelusuran Batman House
Destinasi pertama adalah Batman House. Yaitu sebuah bangunan diskotik yang terbengkalai dan tidak difungsikan lagi pasca mengalami insiden kebakaran parah di tahun 90-an.
Menariknya, seiring dengan perkembangan jaman, area di sekitar bangunan tersebut kini telah menjadi pemukiman warga. Bukan di pinggir jalan besar seperti pada awalnya.
Berangkat sekitar pukul 7 pagi, saya memilih untuk berjalan kaki. Menempuh jarak lebih dari 2 km dari BR Guesthouse, akomodasi tempat saya menginap.
Melewati South Pattaya Road, saya salfok dengan kondisi jalan yang lenggang. Sebagian besar toko sepertinya telah ditinggalkan. Efek dari pandemi, kah?
Alih-alih nuansa jalan raya dalam kota, saya malah merasa sedang berjalan kaki di luar kota. Saking sepinya.
Di sisi lain, saya sempat melintasi dua tempat yang tidak kalah menariknya.
Pertama adalah Masjid Toatillah. Yang dari luar sama sekali tidak terlihat sebagai tempat ibadah.
Kedua adalah gerai 7-Eleven yang bangunannya berbentuk kapal pesiar. Sayangnya, bagian dalamnya ternyata biasa saja. Tidak sekeren penampakan di luar.
Untuk Batman House sendiri saya sama sekali tidak kesulitan menemukannya. Titik lokasi di Google Maps berikut rutenya cukup akurat.
Lumayan seru karena menyatu dengan pemukiman. Di halaman yang sudah difungsikan menjadi lahan parkir warga, selain mobil, juga ada warga lokal yang tengah mengajak anjingnya jalan-jalan.
Atau sejumlah warga yang asik mengobrol.
Keberadaan saya sama sekali tidak dipedulikan. Membuat bisa tenang masuk ke dalam bangunan diskotik tanpa takut dituduh macam-macam.
Sayangnya, malam sebelumnya hujan turun dengan deras. Membuat bagian rooftop sepertinya dipenuhi air. Terlihat bagian tangga yang masih tergenang dengan aliran air dari lantai atas yang tidak sedikit.
Kondisi tersebut membuat saya tidak mungkin untuk naik ke rooftop. Mengingat hanya bepergian sendiri. Gak lucu kalau sampai terpeleset dan terluka di dalam bangunan yang tidak berpenghuni seperti itu.
Untungnya, lantai-lantai yang bisa dimasuki cukup memuaskan dahaga penelusuran.
Paling keren adalah adanya lubang besar di bagian tengah ruangan. Mungkin dulunya ada kaca tebal transparan di bagian tersebut. Atau malah semacam tiang untuk bisa meluncur turun ke lantai bawah. Ala Batman.
Overall, puas banget sih bela-belain blusukan ke tempat ini. Mungkin lain waktu kalau ke Pattaya lagi bakalan eksplor bagian rooftop-nya. Masih penasaran.
Penampakan bangunan diskotik Batman yang terbengkalai bisa dilihat pada video di bawah ini.
Belanja Boxer Termurah Tapi Berkualitas Di Buakhao Market
Dalam perjalanan pulang dari Batman House, masih dengan berjalan kaki, saya iseng mampir ke sebuah pasar yang belakangan saya ketahui bernama Buakhao Market.
Sama seperti kebanyakan street market di Thailand, hampir semua kebutuhan sehari-hari bisa ditemui di pasar ini.
Mulai dari makanan hingga pakaian. Bahkan sampai ada stand binatang peliharaan dan perawatan muka segala.
Karena kebetulan butuh, saya lantas membeli sebuah boxer di salah satu gerai.
Harganya hanya 40 THB. Alias 17 ribu rupiah. Padahal kualitasnya cukup bagus. Setara dengan yang dijual di department store Indonesia, yang berbandrol 100 ribuan.
Belakangan saya baru tahu itu adalah harga termurah yang bisa saya dapatkan di seantero Bangkok dan Pattaya.
Jadi nyesel karena hanya membeli sebiji.
Tepat di seberang Buakhao Market ada bangunan bernama Grand Hall. Isinya adalah gerai pakaian dan sepatu thrifting.
Cukup banyak warga lokal yang berbelanja di sana.
Ngiler Masuk ke Wahana Ripley’s Believe It! Or Not di Royal Garden Plaza
Setelah beristirahat sejenak di penginapan, siangnya saya lanjut berkeliling.
Pusat perbelanjaan Royal Garden Plaza yang menjadi tujuan.
Bukan untuk berbelanja. Namun karena penasaran dengan lantai atas yang sebagian besar dikuasai oleh wahana keluarga Ripley’s Believe It! Or Not.
Sayangnya, tiket masuk lumayan mahal. Alhasil cuma bisa ngiler saja melihat-lihat dari luar.
Tapi bagi teman-teman yang punya budget ekstra, saya sarankan untuk masuk saja. Tidak rugi sepertinya.
Cari Casing HP di Tukcom Pattaya
Tukcom Pattaya jadi destinasi berikutnya. Semacam WTC di Surabaya. Atau Roxy Square di Jakarta.
Isinya toko-toko penjual gadget dan alat komunikasi. Juga layanan servis atau purnajual.
Saya sempat mencari casing HP untuk ibu saya. Namun ternyata pilihannya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Skip deh.
Melipir Beli Makan Malam di Tree Town Market
Malamnya, saya mendatangi Tree Town Market yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari BR Guesthouse.
Kunjungan singkat saja. Untuk membeli nasi ketan dan ayam bakar sebagai menu makan malam.
Mau coba makan di salah satu gerai yang ada di pasar malam tersebut kok ya waswas. Takut harganya tidak sesuai dengan kantong, hehehe.
Penutup
Hujan yang datang dan pergi tiba-tiba membuat saya harus banyak melakukan penyesuaian itinerari di hari ke-delapan ini.
Ada beberapa yang terpaksa dilewati karena tidak memungkinkan.
Termasuk mencicipi resto-resto halal di Pattaya yang kebanyakan ternyata sudah tutup permanen akibat pandemi.
Semoga saja di hari berikutnya cuaca lebih bersahabat.
Leave a Reply