Mensyukuri Hidup di Siriraj Medical Museum

Kamis, 27 Agustus 2015.

Bukan perkara mudah untuk menemukan tempat ini. Meski terletak di dalam area Siriraj Hospital, tapi tidak semua petugas di rumah sakit tersebut mengetahui keberadaannya. Untungnya, seorang satpam yang saya tanyai kemudian berinisiatif memanggil seorang dokter muda yang kebetulan lewat, untuk membantu saya mencapai museum yang kabarnya butuh nyali besar untuk mengunjunginya. Dan dengan penuh perjuangan untuk menemukan kata-kata yang tepat dalam bahasa Inggris, si dokter akhirnya berhasil memberikan gambaran rute menuju ke TKP.

Btw, sebenarnya sejak pertama kali si dokter memberikan petunjuk arah, saya sudah memahami maksudnya. Tapi melihat dia cukup bersemangat untuk membantu meski dengan ilmu bahasa Inggris yang terbatas, saya sekalian aja pasang muka bingung supaya dia lebih semangat lagi ngejelasinnya, hehehe. Maaf ya mas dokter 😀

Intinya sih, dari pintu masuk area rumah sakit Siriraj di bagian depan, kita tinggal lurus aja hingga menemui papan petunjuk untuk belok kanan. Museum tersebut terletak di lantai dua sebuah bangunan di sisi kanan jalan. Dan ternyata tidak hanya di bangunan itu saja. Saking banyaknya seksi museum, ada dua bangunan lagi yang ruangannya dipakai sebagai area museum. Namun karena lokasinya saya lihat lumayan jauh dari area utama yang saya masuki, saya memutuskan untuk tidak menyiksa kaki saya lebih ekstrim lagi.

Dua orang mbak-mbak manis yang ada di counter museum menyambut saya untuk memberikan brosur yang berisikan peta museum, sekaligus menagih uang tiket masuk sebesar 200 baht. Ia juga meminta saya untuk memasukkan ransel ke dalam loker yang tersedia di dekat pintu masuk.

Tiket masuk museum

Tiket masuk museum

Brosur yang diberikan ternyata berisi pula peta dan denah museum (gambar di bawah). Dan jika dilihat dari peta, maka akan lebih mudah mencapai museum jika masuk dari gerbang di sisi lain dari rumah sakit. Saya kebetulan diturunkan oleh tukang ojek (yang juga tidak mengetahui keberadaan museum ini) di gerbang yang berada di jalan Wang Lang, sehingga masih harus berjalan kaki lagi.

Peta Rumah Sakit dan Lokasi Museum

Peta Rumah Sakit dan Lokasi Museum

Ngomong-ngomong soal rumah sakit, berhubung struktur rumah sakit Siriraj ini bangunannya terpisah-pisah dan tidak ada penghubung antar bangunan, maka jangan kaget kalau banyak sliweran perawat ngedorong tempat tidur pasien (plus pasiennya tentunya). Di sisi lain, tersedia cafe, minimarket, dan bahkan food court (yang kalo diliat dari luar sepertinya lumayan luas).

Kembali ke museum. Siriraj Medical Museum, atau disebut juga dengan Museum of Death, terdiri dari lima bagian, yaitu (1) Ellis Pathological Museum; (2) Songkran Niyomsane Forensic Medicine Museum; (3) Parasitology Museum; (4) Congdon Anatomical Museum; dan (5) Sood Sangvichien Prehistoric Museum & Laboratory.

Setelah melewati pintu masuk dan loker, kita akan langsung menuju ke bagian pertama, Ellis Pathological Museum. Di bagian ini terdapat informasi mengenai penyakit-penyakit dalam, termasuk penyakit jantung, kanker, dan juga kelainan-kelainan tubuh seperti kembar dempet. Yang bikin greget? Informasi yang disajikan tidak sekedar berupa tulisan atau foto / gambar, melainkan tubuh manusia asli (atau potongan bagian tubuh yang bersangkutan) yang diawetkan! Yang gampang syok jelas tidak disarankan masuk ke sini karena di bagian depan sudah tersaji kotak kaca berisi jasad bayi kembar dempet yang diawetkan.

Bagian kedua, Songkran Niyomsane Forensic Medicine Museum, terletak di ruangan lain di sebelah kanan bagian pertama. Yang ini lebih greget lagi isinya karena menyajikan jasad tubuh atau potongan tubuh dari berbagai kasus kematian, baik yang alami maupun korban pembunuhan. Mulai dari tengkorak kepala yang retak karena dihantam benda tumpul, jari tangan yang hancur karena terkena gergaji, tulang dada yang terkena tusukan pedang, hingga tubuh yang terbakar hebat. Sebagian display bahkan dilengkapi dengan senjata atau benda yang menimbulkan kematian. Ada juga diorama dari pasca peristiwa tsunami di Thailand tahun 2004 silam — yang entah kenapa, meski tidak menyajikan tubuh asli yang diawetkan, justru yang paling bikin bulu kuduk merinding.

Sempat ada kejadian konyol ketika saya melewati lemari display, ternyata di baliknya ada beberapa gadis SMA yang sedang melihat-lihat, dan kita semua sama-sama kaget, hehehe. Yah, selain dua orang pengunjung yang sepertinya orang lokal dan sekelompok anak sekolah, memang tidak ada lagi pengunjung lain di tempat ini. Jadi ya agak-agak horor gimana gitu kesannya.

Bagian museum ketiga adalah Parasitology Museum yang pintu masuk ruangnannya terletak di dekat resepsionis. Di sini disajikan informasi seputar penyakit yang disebabkan oleh parasit dan protozoa. Termasuk informasi mengenai wabah penyakit yang ditimbulkan, contoh parasit dan diorama habitatnya, foto organ pasien yang terinfeksi, diet atau pola makan yang tidak sehat, dan sebagainya. Ada pula layar televisi yang memutar film tentang zombie or something, agak-agak gak jelas sih ceritanya. Yang jelas ada hubungannya sama makanan-makanan yang gak sehat gitu deh.

Untuk bagian keempat dan kelima berada di bangunan yang lain. Saya memilih untuk tidak mendatanginya karena sudah kebelet check-in di hotel dan membilas tubuh yang penuh keringat. Oh ya, terdapat pula satu museum lainnya yang bernama Siriraj Bimuksthan Museum. Letaknya di ujung, dekat sungai (lihat gambar peta sebelumnya di atas).

Sowan ke Siriraj Medical Museum memang sudah menjadi prioritas utama saya sejak Bangkok masuk ke dalam rute travelling. Selain bukan destinasi umum yang dikunjungi turis, saya yakin bakal mendapatkan sesuatu di museum ini. Dan memang benar, melihat segala bentuk penyakit, kasus pembunuhan, dan kematian membuat saya merasa bersyukur atas hidup yang saya jalani saat ini. Sehat, masih bernyawa, dan jelas bukan korban pembunuhan (atau pelaku). So, buat yang suka minder dengan segala yang dimiliki atau merasa hidupnya kurang berarti, main-mainlah ke museum ini. Dijamin, pola pikir teman-teman bakal berubah 180 derajat.

Catatan Penting

  • Museum buka setiap hari, tapi khusus untuk Congdon Anatomical Museum dan Sood Sangvichien Prehistoric Museum & Laboratory tutup pada hari Selasa dan hari libur nasional.
  • Tidak diperbolehkan untuk memotret atau merekam di dalam museum. Ada sih yang cuek, tapi saya takut kualat, jadi mending pasrah aja meski sebenernya pengen banget ngerekam videonya 🙁
  • Lokasi Siriraj Hospital dekat dengan Wat Arun, salah satu lokasi yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke Bangkok. Jadi tidak ada salahnya jika memasukkan museum ini ke dalam itinerary Anda. Jaraknya sekitar 1.5 km saja dari Wat Arun. Bisa dicapai dengan bis (harus jalan kaki agak jauh, tidak disarankan) atau ojek (sekitar 20-30 baht).
  • Seperti sudah disebutkan, biaya masuk 200 baht. Memang agak mahal, tapi menurut saya pribadi, jika harus memilih, dibanding ke Grand Palace yang tiketnya berbandrol dua kali lipatnya, lebih baik ke museum Siriraj Medical Museum ini.
  • Situs web museum dapat dikunjungi di http://www.si.mahidol.ac.th/museums/en/index.html. Terdapat info jadwal renovasi atau maintenance yang berguna apabila kita merencanakan untuk datang ke sana.
catper tripasiatenggara

2 Comments

Leave a Reply