Mengenal Light Packer | Konsep Backpacking Ala Minimalis

Light packer adalah konsep traveling yang tidak sengaja saya jalani beberapa tahun belakangan ini.

Kenapa saya katakan tidak sengaja? Karena saya sudah terlebih dahulu menerapkannya sebelum kemudian tahu kalau ada istilah tersebut.

Pada dasarnya, ini adalah versi minimalis dari backpacker dimana fokus kita adalah fleksibilitas dan juga mobilitas saat perjalanan.

Lebih jelasnya bisa disimak di bawah ini, ygy.

Apa Itu Light Packer / Light Backpacker?

Penggiat traveling pastinya sudah sering mendengar istilah backpacker.

Mereka adalah orang-orang yang melakukan perjalanan dengan berusaha menekan biaya pengeluaran serendah-rendahnya.

Dengan menginap di akomodasi yang berbandrol rendah seperti hostel misalnya. Atau memanfaatkan layanan sejenis CouchSurfing untuk menumpang di rumah orang yang tidak dikenal.

Kenyamanan jelas bukan menjadi prioritas. Karena yang ingin dikejar adalah pengalaman dan sensasi dalam melakukan perjalanan.

Itu sebabnya kebanyakan backpacker bepergian tanpa menggunakan koper.

Selain menambah beban biaya transportasi, khususnya pesawat, juga seringkali membatasi mobilitas kita dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Penggantinya adalah backpack atau ransel. Yang lantas menjadi asal mula istilah backpacking atau backpacker.

solusi traveling murah dengan menjadi backpacker

solusi traveling murah dengan menjadi backpacker

Pada prosesnya, seringnya seseorang melakukan perjalanan membuatnya memahami skala prioritas tentang apa yang sebaiknya dibawa dan, sebaliknya, apa yang tidak perlu untuk dibawa.

Para backpacker yang sudah paham mengenai kebutuhan diri ini yang kemudian bertransformasi menjadi light packer. Yaitu seseorang yang bepergian dengan benar-benar membawa barang secukupnya.

Yang tidak yakin akan digunakan, atau bisa diperoleh dengan mudah (dan murah) di kota atau negara tujuan traveling, akan ditinggalkan.

Dengan demikian, yang dimasukkan ke dalam ransel adalah sesuatu yang sifatnya mendasar, penting, dan tidak ada atau sulit dicari alternatifnya.

Peralatan mandi bagi yang kulitnya sensitif misalnya. Atau obat-obatan khusus.

Lebih lanjut akan dijabarkan di subbab berikutnya.

Tujuan utama naik kelas menjadi seorang light packer sebenarnya adalah untuk meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas yang mungkin saja belum optimal saat menjadi backpacker.

Saya dulu juga mengalaminya. Gara-gara terlalu terobsesi untuk menghemat pengeluaran, alhasil segala sesuatunya saya jejalkan ke dalam ransel.

Ujung-ujungnya banyak yang tidak terpakai dan hanya menambah beban di punggung.

Ngomong-ngomong, light packer tidak wajib menggunakan ransel, ya. Yang penting memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku,

Yaitu mudah untuk dibawa kemana-mana dan tidak melebihi ukuran kabin pesawat.

Apa Yang Perlu Dan Tidak Perlu Untuk Dibawa Saat Menjadi Seorang Light Packer?

Bisa memilih dan memilah barang yang perlu dibawa adalah skill yang hanya dimiliki oleh seorang light packer.

Umumnya butuh beberapa kali perjalanan untuk bisa meng-unlock kemampuan packing light ini.

light packer mengajarkan skala prioritas

light packer mengajarkan skala prioritas

Jika teman-teman ingin mencoba menjalaninya, berikut beberapa tips dasar yang bisa diikuti mengenai barang bawaan.

Pakaian

Semakin panjang durasi perjalanan bukan berarti semakin banyak pakaian yang harus dibawa.

Jangan lupa bahwa kita bisa memanfaatkan layanan laundry maupun mencuci sendiri pakaian kita.

Saya tidak pernah membawa kaos lebih dari 4 potong saat traveling. Entah itu seminggu, dua minggu, atau bahkan satu bulan.

Agar tidak terlihat menggunakan baju yang itu itu saja, bisa dikombinasikan dengan membawa 1 buah hem dan jaket. Atau sweater / hoodie jika tempat yang dikunjungi berhawa dingin.

Untuk celana biasanya saya sesuaikan dengan kondisi cuaca dan aktivitas yang akan dilakukan.

Jika bepergian dalam jangka waktu lama, saat musim hujan, atau berencana melakukan trekking dan sejenisnya, saya akan menyiapkan satu celana panjang / pendek ekstra.

Bagaimana jika ternyata nantinya kita membutuhkan pakaian tambahan? Gampang. Beli saja yang berbandrol murah di kota tersebut.

Saya pribadi pernah salah perhitungan. Hanya membawa satu celana panjang padahal ada jadwal trekking menyusuri hutan.

Dan salah satu kegiatan saat trekking tersebut adalah berjalan menyeberangi sungai.

Celana dan sepatu pun otomatis basah, hehehe.

Sepulang trekking mau tidak mau saya menyamar menjadi warga lokal. Berbelanja celana dan sandal di supermarket sekelas Giant atau Carrefour yang kebetulan tengah ada pesta diskon besar-besaran, wkwkwk.

Pengecualian adalah jika sedari awal kita berniat untuk berbelanja baju untuk dipakai sendiri.

Nah, untuk kasus ini, maka jumlah pakaian yang dibawa akan saya kurangi. Toh sudah pasti bakalan beli.

Tips lain adalah dengan membawa pakaian yang sebenarnya sudah tidak ingin kita pakai lagi.

Setelah dipakai traveling, pakaian-pakaian ini bisa kita tinggalkan saja di hotel atau penginapan. Tidak perlu ikut dibawa pulang.

Cara ini hampir selalu saya pakai. Lumayan untuk mengurangi beban ransel saat pulang.

Terakhir, untuk sandal maupun sepatu saya sesuaikan dengan kebutuhan. Yang jelas tidak akan lebih dari 1 pasang sandal dan 1 pasang sepatu.

Perlengkapan Mandi

Sebagai pemburu kamar hotel berbiaya rendah, tidak menemukan ketersediaan perlengkapan mandi sudah merupakan hal biasa.

Saya justru bingung kalau membaca ada tamu yang komplain karena perlengkapan mandi yang tidak lengkap di saat yang bersangkutan menginap di akomodasi kelas menengah ke bawah.

Saya pribadi beruntung tidak punya masalah dengan kulit sensitif. Sehingga bisa menggunakan sabun atau shampoo merk apapun.

Kendati demikian, saya biasanya tetap membawa secukupnya dari rumah. Dan baru membeli tambahan jika kemudian dibutuhkan.

Untuk sabun dan pembersih muka, saya bawa kemasan terkecil yang tersedia.

Sedang untuk shampoo, saya lebih sering membawa dalam bentuk sachet.

Bagi kaum adam, sedikit tips, kita bisa potong rambut cepak sebelum traveling. Khususnya dalam jangka panjang.

Lumayan untuk menghemat penggunaan shampoo, hehehe.

Untuk handuk, kita bisa menggunakan handuk jenis microfiber yang lebih ringan dan lebih cepat kering.

Alternatif ekstrim adalah dengan menggunakan kanebo. Yang baru tentunya, jangan yang bekas cuci motor atau mobil, ya.

Saya dulu menggunakannya saat bepergian ke Jepang. Untuk mengantisipasi maskapai yang kabarnya ketat dengan berat bawaan kabin.

Gadget

Tidak bisa dipungkiri bahwa jaman sekarang sulit bagi kita untuk lepas dari gadget.

Bisa mati gaya apabila tidak ada ponsel atau tablet di tangan.

Untuk kasus ini, silahkan prioritaskan dengan baik mana gadget yang benar-benar perlu dibawa dan mana yang tidak.

Laptop misalnya. Jika tidak 100% yakin dibutuhkan sebaiknya ditinggalkan.

Atau power bank. Ingat, walau mungil, namun bobot power bank lumayan berat.

Saya pribadi lebih memilih untuk membawa 2 ponsel dan meninggalkan power bank di rumah.

Lebih jelas manfaatnya dan, tentu saja, lebih ringan.

Namun kembali lagi ke aturan awal. Jika yakin dibutuhkan, ya jangan ditinggalkan di rumah. Lumayan itu kalau harus beli baru power banknya, wkwkwk.

Pertimbangan lain adalah dengan membawa gadget yang kebutuhan chargernya sejenis. Misalnya sama-sama membutuhkan USB tipe C.

Dengan demikian kita tidak perlu membawa beraneka macam kabel dan charger. Cukup satu.

Obat-obatan

Ini wajib dan tidak boleh sampai lupa. Lagipula, segepok obat-obatan pun tidak akan membuat ransel jadi berat.

Sesuaikan dengan kebutuhan dan riwayat medis masing-masing. Bawa juga yang sifatnya umum. Obat diare atau maag misalnya.

Untuk jumlah yang dibawa jangan lupa disesuaikan juga dengan durasi traveling.

Tidak perlu membawa 100 kapsul misalnya jika hanya bepergian selama 1 minggu.

Manfaatkan kotak obat kecil yang bisa dengan mudah dibeli di toko offline maupun online.

Perlukah Hijrah Menjadi Light Packer?

Lebih dari 10 tahun melancong di dalam dan luar negeri, saya percaya masing-masing orang memiliki caranya sendiri untuk membuat kegiatan traveling mereka menjadi nyaman.

Apa yang membuat si A nyaman belum tentu bakal dirasa nyaman untuk si B. Begitu pula sebaliknya.

Maka, jika ada pertanyaan perlukah seseorang mengubah konsep bepergiannya menjadi ala light packer?

Jawabannya ya dan tidak. Kembali lagi ke individu yang bersangkutan.

Seperti sudah disentil di atas, konsep packing light ini cocok diterapkan oleh traveler yang benar-benar ingin menikmati perjalanannya.

Bukan sekedar bepergian untuk pamer aksi healing di media sosial.

Yang hobi selfie dan bergaya di depan kamera dengan OOTD maksimal jelas tidak akan bisa menerapkannya. Atau sulit.

Juga untuk yang pergi bersama orang lain. Terutama keluarga.

Saya pribadi langsung bertransformasi menjadi pengabdi koper apabila traveling bersama keluarga, hehehe.

Selain karena kecil kemungkinan bakal berpindah lokasi dengan berjalan kaki, saat pulang seringkali harus menerima titipan barang dari anggota keluarga yang lain.

Dengan demikian, menjadi seorang light backpacker biasanya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bepergian secara solo.

Plus, yang sudah acap melakukan traveling.

Yang sudah sering melancong umumnya sudah hapal apa saja barang yang dibutuhkan dalam perjalanannya.

Dan lagi-lagi, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir.

Sebagai contoh, butuh beberapa kali perjalanan sebelum saya 100% meyakini bahwa saya tidak perlu membawa power bank.

Tapi jangan lupa. Light packer adalah sistem yang dinamis. Dimana yang kita bawa adalah barang-barang yang kita butuhkan dalam sebuah perjalanan.

Sehingga, bisa jadi daftarnya berbeda antara satu perjalanan dengan yang lain.

Walau dalam 4-5 tahun belakangan tidak pernah membawa power bank lagi misalnya, untuk perjalanan saya ke Thailand minggu depan saya pasti akan membawanya.

Kenapa? Karena saya membawa sebuah action cam untuk keperluan pembuatan konten Youtube2 Minggu 5 Negara 8 Kota 1 Backpacker.

Syulit kalau harus bolak balik penginapan atau cafe cuma untuk nge-charge baterai kamera tersebut.

Penutup

Packing light memang bukan sebuah keharusan. Lebih tepatnya sebuah pilihan.

Terutama bagi backpacker yang merasa perjalanannya selama ini kurang nyaman dari segi mobilitas.

Memilih dan memilah barang bawaan menjadi alternatif untuk meningkatkan fleksibilitas dan juga mobilitas tanpa meninggalkan sederet keunggulan lain dari backpacking.

Saya pribadi sudah melakukannya dan merasakan sendiri kenyamanan ekstra yang saya peroleh setelah berhijrah menjadi light packer.

Selamat traveling!

mengenal light packer

Leave a Reply