Sehari sebelum tiba di Bangkok, saya mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan ketika melewati gate imigrasi di Bandara Internasional Juanda.
Cuma gara-gara buku paspor yang masih fresh from the oven, pria yang bertugas tampak enggan untuk memberikan stempel.
Hatinya baru luluh setelah saya menunjukkan buku paspor lama yang hampir penuh.
Bikin overthinking. Kasihan sekali kalau ada yang benar-benar berniat untuk liburan pertama kalinya ke luar negeri. Berpotensi tidak diperbolehkan berangkat hanya gara-gara tidak mendapat stempel di negara sendiri.
Untungnya, penerbangan selanjutnya dari Singapura menuju Thailand berjalan lancar.
Tepatnya dari Changi Airport (SIN) ke Suvarnabhumi Airport (BKK).
Memang sempat diminta untuk menunjukkan bukti tiket pulang serta reservasi hotel oleh petugas imigrasi di sana. Namun prosesnya masih dalam tahap wajar.
Daftar Isi
Tertipu DTAC
Hal pertama yang saya lakukan saat tiba di sebuah negara adalah membeli kartu SIM beserta paket internet.
Pernah mencoba gaya gembel dengan mengandalkan internet gratisan. Ujung-ujungnya malah banyak waktu yang terbuang. Tidak praktis dan tidak efisien.
Yang saya lupa, ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bandar udara Suvarnabhumi. Biasanya di Don Mueang (DMK).
Nah, terakhir ke Don Mueang, deretan kios penjaja paket internet hanya ada di bagian luar.
Jadi begitu melihat deretan yang sama di Suvarnabhumi, saya pikir tidak ada opsi pedagang yang lain.
Ternyata saya salah. Area penjual layanan telekomunikasi di bandara tersebut ada di bagian luar DAN dalam.
Alhasil terpaksa merogoh kocek dengan harga yang sedikit lebih mahal dari seharusnya. Yang dijajakan di bagian dalam.
Berdasarkan pengalaman, kualitas layanan internet dari sejumlah ISP di Thailand tidak jauh berbeda. Pun begitu dengan harganya. Tinggal cari fitur paket yang sesuai dengan kebutuhan.
Pilihan waktu itu jatuh pada paket internet 30 hari dari DTAC. Banderolnya adalah 699 baht. Sekitar 313 ribu rupiah.
Tidak perlu repot memasang dan mengaktifkan SIM card. Cukup berikan ponsel kita pada petugas dan mereka yang mengurus semuanya.
Belakangan, saya baru sadar bahwa saya telah DITIPU.
Alih-alih memberikan paket internet berdurasi 30 hari, yang saya dapatkan adalah paket berdurasi 15 HARI.
Beruntung saya bisa menukar poin dari aplikasi DTAC dengan akses internet gratis untuk dua hari terakhir di Bangkok.
Tapi asli sebuah pengalaman yang mengecewakan. Gak akan deh beli paket internet dari DTAC lagi.
Kios Klook Yang Bikin Kaki Keok
Langkah selanjutnya adalah mengambil kartu Rabbit dan ARL Smart Pass yang sudah saya pesan sebelumnya melalui aplikasi Klook.
Keduanya berfungsi untuk mempermudah akses penggunaan kereta. Satu untuk jalur Sky Train (BTS). Satu lagi untuk jalur Airport Rail Link (ARL).
Tidak 100% dibutuhkan karena tidak ada potongan harga tiket. Sama saja tarifnya dengan membeli tiket single trip di mesin penjual tiket otomatis.
Di sisi lain, cukup bermanfaat apabila harus bepergian di jam sibuk. Dimana antrian ticket vending machine membludak. Bisa langsung melenggang masuk ke dalam stasiun.
Untuk menukar voucher Klook dengan kedua kartu tersebut, saya harus mendatangi kios Klook yang ada di bandara Suvarnabhumi.
Dan ribetnya, kios mereka berlokasi di terminal keberangkatan. Bukan kedatangan.
Harus berputar-putar terlebih dahulu untuk mencapainya.
Saya juga sempat salah memahami instruksi dimana saya kira kios Klook untuk penukaran ARL Smart Pass ada di samping loket stasiun yang bersangkutan.
Auto pegel deh karena harus naik turun dan berjalan mondar mandir.
Proses penukaran vouchernya sendiri cukup kilat. Tinggal tunjukkan voucher yang ada di aplikasi atau dalam bentuk fisik jika telah dicetak sebelumnya ke petugas Klook.
Kartu langsung diterima. Bahkan tanpa harus menunjukkan buku paspor sebagai bukti identitas.
Beres sudah persiapan awal menjelajahi kota Bangkok (dan Pattaya) di tahun 2022.
Chan Cha La 99 Hostel Yang Bikin Betah di Bangkok
Hotel tempat saya menginap untuk beberapa hari pertama di kota Bangkok adalah Chan Cha La 99 Hostel yang ada di area Bang Chak.
Tempatnya ternyata sangat strategis. Berjarak tidak sampai 100 meter dari pintu keluar stasiun BTS Bang Chak.
Setibanya di TKP, saya disambut oleh Annie, pemilik / pengelola hostel. Orangnya supel dan ramah.
Kamar yang saya pesan pun bersih. Fasilitas sesuai dengan yang dijanjikan. Dengan kamar mandi pribadi yang ada di luar. Auto betah.
Ulasan lebih detil mengenai Chan Cha La 99 Hostel bisa dibaca di sini.
Setelah mandi dan beristirahat sejenak, saya putuskan untuk berjalan berkeliling kota Bangkok. Melihat apakah hiruk pikuk keramaian kota yang telah saya rindukan selama ini masih tetap sama atau ada yang berubah akibat pandemi.
Ritual Beli Kaos di Terminal 21 Asok
Tidak ingin langsung ‘bekerja’ membuat konten, saya memilih untuk naik kereta BTS dan turun di stasiun Asok yang ada di pusat kota.
Tepat di depannya terdapat Terminal 21. Salah satu pusat perbelanjaan yang populer di kota Bangkok.
Mall ini mengandalkan interior yang tematik di setiap lantainya. Termasuk juga kamar mandinya.
Kaos distro jadi dagangan andalan di sini. Sebagian tidak dijual di tempat lain.
Saya pun punya ritual khusus setiap kali berkunjung ke pusat perbelanjaan ini. Yaitu membeli sebuah kaos.
Harganya memang sedikit di atas rata-rata. Namun worth karena kebanyakan punya desain yang unik.
Langganan saya adalah toko A Pick-Me-Up yang mengangkat tema bebek. Ada pakaian dan juga mainan bebek karet.
Sayangnya, mainan bebek karet berkostum Superman yang ingin saya beli sudah tidak tersedia. Padahal lumayan untuk disandingkan dengan bebek karet Batman yang pernah saya beli beberapa tahun lalu.
Penampakan Terminal 21 Asok selengkapnya bisa disimak pada video di bawah ini.
Penutup
Setelah mampir ke gerai 7-Eleven yang berada di dekat hostel untuk membeli makan malam, saya pun menutup hari pertama di Bangkok.
Segala yang saya rindukan di kota tersebut ternyata masih bisa ditemui.
Keramaian dan hingar bingar yang entah kenapa mampu membuat saya betah.
Hari berikutnya saya akan mulai untuk menjelajah kota sesuai dengan itinerari kasar yang sudah dirancang.
Tunggu ceritanya di catper Bangkok Pattaya 2022 edisi berikutnya, ya.
Leave a Reply