Justice League: Gods and Monsters Chronicles adalah serial film animasi yang dirilis di web, yang menayangkan aksi singkat para superhero Justice League: Superman, Batman, dan Wonder Woman; sebagai pelengkap dari film animasi utamanya, Justice League: Gods and Monsters. Serial ini diproduksi oleh DC Entertainment, Warner Bros. Animation, dan Blue Ribbon Content, sedangkan untuk channel penayangannya ada di kanal Machinima di YouTube.
Untuk season 1, Chronicles terdiri dari 3 episode, yaitu “Twisted”, “Big”, dan “Bomb”. Masing-masing episode berdurasi kurang lebih enam menit dan ‘dibintangi’ oleh satu pahlawan JL. Sama seperti seri komik pendukungnya yang mendapat sambutan hangat dari penggemar komik, web movie series ini juga mendapat respon yang baik, hingga akhirnya diputuskan untuk dibuat kelanjutannya, Chronicles Season 2, yang akan terdiri dari 10 episode dan dirilis pada tahun 2016 mendatang.
Seperti disebutkan di atas, video-video Chronicles dapat disimak secara gratis di kanal Machinima di Youtube (tautan ada di paragraf pertama). Tapi jika malas berpindah halaman, silahkan simak video dan juga reviewnya di bawah ini. Lengkap, dari episode 1 hingga episode 3. Oh ya, cukstaw aja, untuk pengisi suaranya sama saja dengan dubber di film utamanya. Ada Benjamin Bratt sebagai Superman, Michael C. Hall sebagai Batman, dan Tamara Taylor sebagai Wonder Woman. Dan cukstaw lagi, ketiganya adalah aktor dan aktris yang lumayan eksis, terutama di berbagai serial TV — Bratt di Law & Order, Hall di Dexter, dan Taylor di Bones.
Cekidot!
Daftar Isi
Episode 1: Twisted (8 Juni 2015)
Batman menyelidiki sebuah gudang tidak terpakai dimana ia menemukan potongan tubuh manusia yang termutilasi dan juga digunakan sebagai mainan atau boneka. Dalam salah satu kotak yang ada di basement, ternyata ada seorang korban yang masih hidup. Saat ia membebaskannya, muncullah Harley Quinn, sosok pembunuh yang bertanggungjawab atas semua pembunuhan itu.
Dengan palu besarnya, Harley menyerang Batman, namun ia berhasil menghindar. Harley kemudian kembali menyerang Batman, kali ini dengan menggunakan gergaji mesin. Tapi tidak sengaja gergaji mesin tersebut menghantam tembok dan potongan gergaji terlempar mengenai tubuhnya, sehingga ia pun menyerah dan menyilahkan Batman untuk menangkap dan membawanya ke penjara. Tapi, alih-alih menyerahkan Harley ke polisi, Batman tersenyum, mengeluarkan gigi taringnya, menggigit leher, dan menghisap darah Harley.
Ya, di jagat Gods and Monsters ini, Batman adalah Kirk Langstrom, seorang vampir. Langstrom sendiri, di jagat Batman sesungguhnya, adalah Man-Bat, salah satu musuh besar Batman, yang memiliki kekuatan seperti kelelawar. Dibanding karakter Justice League yang lain, saya sendiri agak kurang suka dengan Batman ini. Agak aneh aja liat mukanya yang lonjong, hehehe.
Ngomong-ngomong kostumnya Harley Quinn ‘bagus’ ya 😀
Episode 2: Bomb (10 Juni 2015)
Sebuah energy field berwarna merah tiba-tiba muncul dan menghancurkan Metropolis. Sumber kekuatan tersebut ternyata adalah Brainiac, yang merupakan ‘ciptaan’ pemerintah US sebagai pelindung mereka apabila ternyata suatu saat nanti mereka harus menghentikan Superman. Karena berpotensi untuk menghancurkan seluruh wilayah East Coast dan Superman entah kenapa tidak bisa dihubungi, Doctor Sivana merekomendasikan pada Preisden Amanda Waller untuk menghancurkan Brainiac dengan bom nuklir. Meski awalnya menolak karena memikirkan korban sipil yang akan berjatuhan, Waller pun akhirnya memutuskan untuk mengiyakan saran tersebut.
Sesaat sebelum bom dijatuhkan, Superman muncul di depan pesawat bomber dan minta diberi waktu 5 menit untuk menghentikan Brainiac. Ia pun terbang menuju Metropolis dan harus berjalan melawan angin ekstrim yang diproduksi oleh medan energi Brainiac. Di bagian ini kita sekali lagi diingatkan bahwa Superman yang ini berbeda dengan yang biasa kita kenal, seperti yang sudah saya tulis di review komik Justice League: Gods and Monsters – Superman kemarin. Saat berjalan mendekati energy field, ia melewati bis berisi penuh penumpang. Superman ‘normal’ pasti akan menolong mereka terlebih dahulu sebelum lanjut, tapi yang ini tidak. Lempeng aja nerusin perjalanannya.
Setelah berhasil masuk ke medan energi, ia menemui Brainiac yang ternyata ‘berbentuk’ anak kecil yang sedang menangis. Tubuhnya berupa cyborg dan lengan kirinya terputus. Si imut Brainiac mengatakan bahwa ia baru saja melarikan diri dari suatu tempat dan ia tidak bisa mengontrol kekuatannya. Superman mencoba membantu dengan memintanya untuk berkonsentrasi, namun ia tetap tidak bisa. Mau tidak mau Superman menawarkan solusi praktis bagi Brainiac yang disetujui olehnya. Dan dengan menggunakan heat vision, Superman pun membunuhnya…
Tidak ada aksi gebak-gebuk Superman di sini, tapi di antara ketiga episode Chronicles, bagi saya yang ini yang paling menyentuh. Dan sekali lagi, saya lebih setuju dengan pola pikir Superman di jagat Gods and Monsters ini, bahwa ada kalanya kita harus melakukan segala cara, yang terburuk sekali pun, untuk dapat menghentikan kejahatan (atau masalah yang lebih besar).
Tapi suer, ini Brainiac imut amat sihhhh :p
Episode 3: Big (12 Juni 2015)
Steve Trevor yang dikirim oleh President Amanda Waller untuk menghentikan pasukan Kobra tertangkap basah. Saat akan dieksekusi oleh Kobra yang berniat untuk meluncurkan senjata super untuk menghancurkan dunia, muncullah Wonder Woman melalui Boom Tube. Bersama mereka mengalahkan pasukan Kobra. Namun saat Wonder Woman membunuh pimpinan Kobra, sebelum mati ia sempat menekan sebuah tombol yang mengaktifkan senjata super tersebut, yang ternyata adalah sebuah robot tempur besar berwarna biru bernama Giganta.
Dengan pedenya Trevor berkata ingin mengatasinya seorang diri sehingga Wonder Woman pun mlipir nonton di pojokan. Aksi sok pedenya ini jelas gagal, lha wong manusia biasa kok mau ngelawan robot raksasa, hehehe. Saat Giganta menangkapnya dan akan meremukkan tubuh Trevor, ia akhirnya mau menghilangkan egonya dan minta bantuan Wonder Woman. Wonder Woman langsung menebas tangan Giganta hingga putus, tapi gerak reflek si biru berhasil menghantamkan tubuh Wonder Woman ke tembok, memukulnya, menghempaskannya ke tanah, plus disusul dengan menjatuhkan sebongkah tembok ke atas tubuh Wonder Woman sebelum ia injakkan kakinya di atasnya.
Trevor yang cuma bisa terdiam cantik melihat kejadian itu tak bergeming ketika Giganta mendekatinya dan akan menginjaknya. Saat itu juga muncullah Wonder Woman yang berteleport tepat di belakangnya. Dengan satu tarikan pada kabel kontrol yang ada di belakang si robot, berakhirlah aksi Giganta di film ini.
Seperti sudah direncanakan, masing-masing episode memberikan nuansa yang berbeda. Jika sebelumnya kita disuguhi aksi gelap dan menyentuh, di episode “Big” yang disajikan adalah aksi hajar-hajaran. Di ending film juga masih terlihat konsistensi karakter Wonder Woman / Bekka dengan yang ada di komik prekuelnya, Justice League: Gods and Monsters – Wonder Woman. Jika season kedua jadi diwujudkan, semoga DC dkk bisa melakukan hal yang sama seperti dengan yang mereka lakukan pada episode demi episode season pertamanya ini.
Leave a Reply