Gara-gara diuber rumor penutupan layanan Hooq yang mengalami likuidasi, jadwal menonton dan menulis artikel review film horor di Curcol.Co yang sebelumnya saya tetapkan cukup 2 judul saja per hari auto meningkat. Minimal 3-4 judul, bahkan kadang 5. Efeknya? Ada momen dimana saya muak dengan bobroknya kualitas kebanyakan film horor lokal. Sebaliknya, ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri saat menyaksikan beberapa di antaranya yang patut diberi acungan 4 jempol sekaligus.
Dampak lain, antrian artikel review film horor lokal di situs ini, yang dijadwalkan terpublikasi satu minggu sekali pada hari Minggu, pada saat artikel ini ditulis sudah cukup untuk mengisi kebutuhan hingga bulan April tahun depan. Saya sendiri awalnya tidak menyangka bakal ada sedemikian banyak film dalam genre tersebut yang bisa ditonton secara legal sebagai bahan ulasan. Saya bahkan belum menyentuh KlikFilm, dimana tersedia lebih banyak lagi film horor Indonesia di layanan streaming VoD tersebut.
Imbasnya, mulai bulan Mei ini, setiap hari Selasa akan saya hadirkan pula konten review film horor. Pun begitu setiap hari Kamis selama bioskop tidak beroperasi akibat pandemi COVID-19. Tidak hanya film Indonesia, melainkan juga horor yang berasal dari negara tetangga. Seperti Thailand dan Korea Selatan. Bergantian saja tergantung mood.
Kamus bahasa Bekasi yang sebelumnya direncanakan hadir di bulan April saya undur ke bulan Mei. Saya ganti dengan kamus bahasa Sasak (Lombok), yang sepertinya lebih banyak peminatnya. Menemani Bekasi nanti akan saya hadirkan kamus bahasa Singkawang di minggu terakhir bulan ini.
Konten lain yang juga sudah saya siapkan untuk rutin tayang adalah seri Kuliner. Bukan sekedar membahas resep, melainkan membedah manfaat bagi kesehatan dari sebuah hidangan yang biasa ditemui sehari-hari. Sayur sop, lodeh, bakso, dan lain sebagainya. Untuk saat ini, dengan jadwal hadir 2 kali dalam sebulan, sudah disiapkan materi hingga bulan Juni mendatang.
Oh ya, beberapa waktu lalu saya baru tahu jika layanan agregator manga MangaRock telah ditutup. Pupus sudah harapan untuk bisa melanjutkan seri konten mengenai manga survival di kemudian hari. Kecuali jika nanti ada layanan sejenis yang tidak kalah lengkapnya.
Masih ada hubungannya dengan komik, berhubung major publisher (DC Comics, Marvel) saat ini sedang menghentikan untuk sementara bisnis komik mereka, saya akan menghadirkan review seri komik Grimm Fairy Tales dari Zenescope yang sudah sejak lama memang ingin saya tulis. Meski covernya sering dihiasi dengan artwork menggoda, isi di dalamnya biasanya tidak ada buka-bukaannya kok. Ceritanya juga menarik, terutama bagi penggemar dongeng-dongeng klasik. Saya tidak tahu bakal sejauh mana pembahasannya mengingat total ada ratusan edisi dalam jagat tersebut. Target awal setidaknya mencakup Volume 1 (edisi #1-#6) dan Volume 2 (#7-#12).
Sampai jumpa di Blog Talk berikutnya.
Leave a Reply