“Love Camp 7” adalah entri selanjutnya dalam sub-kategori anyar di Curcol.Co setelah “The Toolbox Murders“.
Keduanya sama-sama menjadi bagian dari 72 judul yang (sempat) dilarang tayang karena dianggap terlalu mesum.
Meski terdengar vulgar, nyatanya tidak semua film yang masuk dalam daftar benar-benar menggugah nafsu. Menurut saya pribadi sih.
Soalnya pas nonton “The Toolbox Murders” juga biasa-biasa saja. Malah kagum karena penempatan adegan buka-bukaannya natural dan sejalan dengan alur cerita.
Lantas bagaimana dengan film yang satu ini. Yang bercerita tentang penderitaan kaum hawa yang menjadi tahanan di kamp Nazi.
Apakah memang pantas masuk dalam kategori Video Nasty? Atau sebaliknya?
Simak yuk sinopsis Love Camp 7 beserta review singkatnya di bawah ini.
Sekilas Tentang
Film ini mengikuti dua perwira wanita Amerika yang secara sukarela memasuki kamp Nazi yang menyamar untuk mendapatkan informasi dari, dan mungkin menyelamatkan, seorang narapidana. Narapidana perempuan di kamp tersebut menjadi budak s3ks bagi perwira Jerman dan menjadi sasaran perlakuan yang memalukan, penyiksaan, dan pem3rkos4an. Ketika dua agen wanita mengetahui bahwa target mereka ditahan di tahanan isolasi, salah satu dari mereka mengatur untuk dihukum sehingga dia dapat melakukan kontak. Hal ini menyebabkan Lt. Harman dit3l4njangi dan digantung di pergelangan tangannya. Target menggunakan tubuhnya untuk membebaskan Harman dan mereka mencoba melarikan diri. Rencana pelarian berakhir dengan pertempuran klimaks.
Tanggal Rilis: 4 Oktober 1969
Durasi: 96 menit
Sutradara: Lee Frost
Produser: Bob Cresse, Wes Bishop
Penulis Naskah: Bob Cresse, Wes Bishop
Produksi: Olympic International Films
Pemain: Maria Lease, Kathy Williams, Bob Cresse, Phil Poth, John Alderman, Carolyn Appleby, David F. Friedman, Bruce Kimball, Natasha Steel
Untuk trailer bisa dilihat sendiri di Youtube, ya. Sengaja tidak saya tampilkan di sini karena adegannya terlalu vulgar.
Sinopsis / Alur Cerita Love Camp 7
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sejak Karl Stahl, ilmuan yang mengembangkan jet tempur Jerman meninggal, asistennya Martha Grossman, yang kebetulan seorang yahudi, terancam nasibnya.
Padahal, selama ini diam-diam Martha sebenarnya mengirimkan informasi pada Sekutu terkait dengan pengembangan roket Jerman.
Saat ini Martha ditahan di kamp khusus wanita di dekat kota Steingarten yang khusus difungsikan untuk memuaskan tentara Jerman.
Jenderal Olson (diperankan oleh Hugh Thelman) dan mayor Latham (diperankan oleh James E. McLarty) dari pasukan sekutu berencana untuk mengirimkan 2 orang tentara wanita ke kamp tersebut untuk menyamar dan mengambil informasi sebanyak-banyaknya dari Martha.
Yang kemudian ditunjuk adalah letnan Linda Harman (diperankan oleh Maria Lease) dan letnan Grace Freeman (diperankan oleh Kathy Williams).
Selain punya kemampuan beladiri dan bahasa yang mumpuni, keduanya juga telah belajar menghapal secara intensif.
Untuk membuktikannya, jenderal Olson meminta keduanya menghapal satu halaman buku. Dalam waktu singkat mereka berhasil melakukannya.
Setelah diberi instruksi, Linda dan Grace pun mulai bersiap untuk berangkat.
Sesuai rencana, tiba di dekat kota Steingarten, Linda dan Grace bertemu dengan kapten Robert Calais (diperankan oleh John Alderman) yang berasal dari pasukan Perancis.
Ia memberikan identitas palsu pada mereka, pakaian ganti, serta berbagai petunjuk untuk membantu keduanya menyelesaikan misi.
Setelah 5 hari berada di kamp, nantinya Robert dan anak buahnya akan datang untuk mengeluarkan mereka dari tempat tersebut.
Esok harinya, masih sesuai rencana, keduanya ditangkap oleh gestapo dan dibawa ke Love Camp 7, nama kamp khusus wanita di sana, bersama beberapa orang wanita lain.
Sejak menginjakkan kaki ke kamp, Linda dan Grace sudah langsung menerima pelecehan dan penyiksaan dari tentara Nazi.
Beruntungnya mereka masih diletakkan di sel yang sama.
Dari Reina dan Helga, dua tahanan yang lebih dulu ada di sana, para tahanan baru ternyata wajib melayani seluruh petugas di kamp sebelum nantinya diperbolehkan melayani tentara Jerman.
Walau acap mendapat perlakuan tidak menyenangkan, ada juga beberapa tahanan yang justru menikmati kehidupan di dalam kamp.
Tak lama, komandan kepala kamp (diperankan oleh Bob Cresse), kepala kamp, masuk bersama beberapa petugas.
Mereka membawa seorang wanita bernama Kauffman yang dianggap telah membangkang.
Sebagai hukuman, tangannya digantung dan tidak boleh ada seorang pun membantunya.
Alih-alih menurut, begitu petugas keluar dari sel, Linda yang iba berusaha memberi Kauffman minum.
Komandan mengetahui hal itu dan langsung menghukum semua yang ada di sel.
Mereka diminta untuk mengangkat ember tinggi-tinggi. Yang pertama menjatuhkan tangannya bakal dicambuk.
Dan Linda lah yang menerima cambukan tersebut.
Malam harinya, Linda dipaksa untuk melayani komandan.
Sementara Grace bersama dengan sersan Gotthardt (diperankan oleh Wes Bishop).
Berbeda dengan komandan yang kasar, Gotthardt justru bersikap lembut pada Grace. Ia mengaku melakukannya karena terpaksa.
Jika boleh memilih dan tidak diawasi, ia bahkan tidak berniat melakukannya.
Hari ke-2.
Gotthardt mengajukan permohonan transfer pada komandan. Terus terang ia menyatakan bahwa apa yang dilakukan terhadap para tahanan wanita di kamp tidaklah manusiawi.
Apalagi terungkap bahwa mereka juga menjadi bahan eksperimen dari dokter Chernov.
Komandan menolak permohonan tersebut. Ia juga memerintahkan Gotthardt untuk mulai sekarang menjadi asisten Chernov.
Setelah digantung semalaman, Kauffman akhirnya dilepaskan oleh komandan.
Sementara itu, Linda dan Grace mendapat informasi dari Reina bahwa Martha kemungkinan besar sedang ditahan di ruang tahanan khusus.
Malam harinya, saat sedang melayani sersan Karl Müller (diperankan oleh Rod Wilmoth), Linda sengaja memakinya agar ditahan di ruang khusus seperti Martha.
Walau sempat menerima siksaan dari komandan, Linda berhasil bertemu dengan Martha.
Ia juga mampu meyakinkannya bahwa ia bukanlah mata-mata Jerman.
Martha lantas memberitahu segala informasi mengenai teknologi roket Karl Stahl.
Hari ke-3.
Jenderal Erich Von Hamer (diperankan oleh Rodger Steel) tiba di Love Camp 7. Ia baru saja ditugaskan menjadi pemimpin di wilayah Steingarten.
Mengetahui kedatangannya, Rotthardt terlihat tersenyum. Ia juga meminta anak buahnya untuk tidak usah memberitahu komandan.
Tak lama kemudian Erich menemui komandan. Ia memberitahu bahwa seharusnya petugas di kamp dirotasi setiap 6 bulan sekali dengan mereka yang berada di medan perang.
Komandan yang sudah menjabat lebih dari 2 tahun sama sekali tidak ingin dipindahkan. Hal itu sempat membuat Erich geram.
Kendati demikian, ia mengizinkan komandan mempertahankan posisinya apabila nanti ia bisa melayani Erich dan anak buahnya dengan baik.
Grace dan 3 orang tahanan wanita diperintah komandan untuk saling bercinta di hadapan jenderal Erich.
Walau awalnya canggung, mau tidak mau mereka melakukannya.
Aksi mereka yang semakin lama semakin panas membuat Erich tersenyum puas.
Hari ke-5.
Linda dan Martha telah dikembalikan ke sel.
Sebelum seluruh tahanan wanita diminta menghibur Erich dan anak buahnya di kantor komandan, Grace mencoba membujuk Rotthardt untuk membantunya kabur.
Rotthardt menolak karena sebagai tentara ia tidak bisa melanggar perintah atasan.
Beberapa saat kemudian, waktu semakin mendekati pukul 3 pagi. Waktu yang direncanakan oleh Robert untuk mengeluarkan Linda dan Grace dari kamp.
Aksi menyusup Robert dan pasukannya ternyata mengaktifkan alarm tanda bahaya.
Linda dan Grace memanfaatkan momen tersebut untuk menghabisi satu demi satu tentara yang ada di ruangan. Termasuk komandan dan jenderal Erich.
Linda sempat berhadapan dengan Rotthardt. Ia terpaksa membunuhnya karena Rotthardt tidak mau menyingkir.
Walau beberapa tahanan menjadi korban, pada akhirnya Linda, Grace, dan Martha berhasil dikeluarkan dari Love Camp 7 dengan selamat.
Penutup
Well, berbeda dengan “The Toolbox Murders”, yang satu ini cocok banget masuk dalam kategori mesum, wkwkwk.
Dengan pengambilan gambar yang sengaja dilama-lamakan pada adegan-adegan ‘tertentu’, terlihat jelas bahwa tujuan utama dari “Love Camp 7” adalah untuk memuaskan hasrat penontonnya. Terutama yang berjenis kelamin pria.
Malah lebih mirip film semi sih ini.
Ceritanya sendiri sih terbilang rapi. Tidak ada plot hole atau kejanggalan di dalamnya.
Atau mungkin saya yang gagal fokus menemukannya karena terlanjur fokus ke hal-hal lain, hehehe.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply