Meski jadwal posting masih keteteran, sinopsis The Legend Of The Blue Sea episode 1 ini jelas tidak boleh diabaikan. Lee Min Ho, gaes! Jalan ceritanya pun sepertinya menarik, melibatkan dua generasi yang jauh berbeda serta legenda putri duyung. Putri duyung beneran lagi, bukan ikan dugong, hehehe. Nah, seperti apa kira-kira jalan ceritanya? Simak yuk bersama-sama sinopsis drama Korea Remember the Blue Sea episode 1 kali ini.
Sinopsis Legend Of The Blue Sea Episode 1
Era kerajaan Joseon. Badai melanda sebuah desa nelayan yang ada di pesisir pantai. Beberapa saat kemudian, setelah badai reda, warga asyik memanen ikan-ikan yang terdampar di pantai. Namun tidak hanya ikan saja yang terdampar di sana. Beberapa orang warga yang sedang menyusuri pantai menemukan sesosok putri duyung yang terdampar di dalam sebuah gua.
—
Seorang pejabat desa tergopoh-gopoh berjalan dengan diiringi oleh beberapa orang warga. Tujuannya adalah sebuah kolam dimana putri duyung itu kini berada. Ia terkejut sekaligus senang melihat bahwa yang ada di hadapannya adalah putri duyung sungguhan. Saat hendak menyentuhnya, seorang kakek memintanya untuk berhati-hati karena katanya pada saat disentuh, putri duyung dapat mengambil alih jiwa manusia tersebut dan menghapus ingatannya. Itu adalah kemampuan mereka untuk melindungi diri dari manusia. Si pejabat percaya tidak percaya mendengarnya, namun mengatakan bahwa ia tidak berniat untuk menyentuhnya dengan tangan, melainkan dengan pedang. Putri duyung itu tiba-tiba menoleh ke arahnya.
Si pejabat kemudian berniat untuk mengadakan pesta bagi warga sebagai ucapan terima kasihnya. Ia pun menanyakan kapan dewan kota yang baru akan tiba.
—
Pejabat dewan kota yang dimaksud tiba dan langsung dihibur dengan pesta oleh pejabat desa di sana. Ia adalah Kim Dam Lim (Lee Min Ho). Pejabat desa memuji penampilan Dam Lim yang keren dan berbeda dengan dewan kota yang biasanya datang ke tempat mereka.
“Sejak aku belajar di Sungkyunkwan, aku tidak yakin dengan nilai akademikku, tapi aku tidak pernah kalah untuk penampilanku,” ujar Dam Lim penuh percaya diri, “‘Kepala dan pundak di atas segalanya’ atau ‘tinggi dan angkuh’ kalau boleh dibilang.”
Pejabat desa diam-diam mencibirnya, tapi kemudian lanjut menjilatnya.
“Sayang sekali orang sehebat ini sudah menjadi duda di usia muda. Anda pasti akan melelehkan hati banyak gadis di desa,” ujarnya.
“Tuan, mungkinkah Anda pernah mendengar tentang putri duyung?” tanya si pejabat.
“Putri duyung?” tanya Dam Lim.
Pejabat desa membenarkan.
“Nelayan mengatakan bahwa saat putri duyung naik ke daratan, mereka akan mendapatkan kaki manusia. Ada kasus mereka menikahi manusia,” ujar seorang warga.
“Itu adalah cerita lama, bukan?” timpal warga lainnya. “Meskipun ada rumor tentang keberadaan putri duyung, belum pernah ada orang yang benar-benar melihatnya. Jadi bagaimana itu berbeda dengan cerita hantu yang mengakibatkan orang-orang berkhayal?”
“Benarkah begitu?” respon pejabat desa yakin, “Hari ini adalah hari bahagia di saat dewan kota datang. Aku berpikir untuk menunjukkan pada semua orang sebuah pemandangan yang langka.”
Pejabat desa kemudian membawa Dam Lim ke kolam dan menunjukkan sosok si putri duyung, yang saat itu dalam kondisi terikat. Beberapa orang warga yang ada di belakangnya mendorong-dorong tubuhnya dengan menggunakan ranting kayu. Dam Lim sesaat terpaku melihatnya.
“Tuan, itu adalah putri duyung sungguhan,” jelas pejabat desa, “Bukan jenis putri duyung yang ada di cerita-cerita, melainkan putri duyung asli yang aku tangkap sendiri.”
Dam Lim lantas berjalan menuju jembatan yang ada di dekat putri duyung tersebut, dengan diikuti oleh pejabat desa. Ia lalu menanyakan apa yang hendak diperbuat pejabat desa terhadap putri duyung tersebut. Tanpa ragu, si pejabat desa mengaku bahwa ia akan membunuhnya dan mengambil ekstraknya untuk dijadikan mermaid oil (minyak putri duyung), yang kualitasnya dianggap sebagai yang terbaik, melebihi whale oil (minyak ikan paus).
“Setelah melakukan tugasku dan hidup dengan melakukan kebaikan, aku rasa keberuntungan seperti ini datang,” ujar pejabat desa sembari tertawa.
“Untuk orang sepertimu yang melakukan tugasnya dan hidup dengan melakukan kebaikan, aku berat hati untuk mengatakan ini, tapi…” potong Dam Lim.
“Apa yang hendak Anda katakan?”
Dam Lim meminta pejabat desa untuk mendekatkan kepalanya.
“Secara pribadi aku melakukan pengecekan sebelum memulai tugasku di sini. Kamu telah membayar lebih dari 1000 nyang pajak dan mendapat posisi di pemerintahan, lalu mendapatkan lebih dari tiga kali lipatnya dari para nelayan. Itu sungguh kejahatan buruk dan waktunya lebih buruk lagi. Baru-baru ini, Raja telah mendeklarasikan siapa saja yang mengambil untung dari pajak dan membuat warga menderita akan dihukum dengan kejam. Normalnya itu akan dihukum dengan 100 kali pukulan, tapi kali ini sepertinya akan diganti dengan pengambilan nyawa seseorang. Sungguh menyedihkan,” jelas Dam Lim.
Pejabat desa yang ketakutan kemudian meminta bantuan Dam Lim dan akan melakukan apa saja untuknya asalkan bisa lolos dari hukumannya. Dam Lim lantas menoleh ke arah putri duyung.
Tanpa diduga, Dam Lim membebaskan putri duyung itu kembali ke laut. Dari pantai, pejabat desa melihatnya dengan kesal.
“Beraninya ia datang ke wilayahku dan mempermalukanku. Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Putri duyung tidak bisa bertahan, meninggalkan laut. Aku pasti akan mendapatkan putri duyung itu lagi di tanganku. Aku akan menyingkirkannya (Dam Lim) dengan tanganku sendiri,” ujarnya kepada kakek warga yang sebelumnya mengingatkannya untuk tidak menyentuh putri duyung tersebut.
Putri duyung berenang mendekati perahu Dam Lim. Ia berhenti di hadapannya dan tangannya menggapai ke arah Dam Lim. Pejabat desa yang melihatnya menanyakan pada si kakek akankah Dam Lim akan mengalami hilang ingatan seperti yang sebelumnya ia katakan. Kakek tersebut menjelaskan bahwa putri duyung hanya akan melakukannya pada orang yang ia inginkan saja.
“Bagaimanapun, akan lebih baik untuk tidak menyentuh tangannya. Dunia yang ditinggali manusia dan putri duyung jelas berbeda, apakah itu takdir yang baik atau buruk, apa gunanya untuk menjadi bagian dari dunia itu?” ujar si kakek.
Dari atas perahu, Dam Lim menyambut uluran tangan si putri duyung. Mereka saling bertatapan tanpa berbicara apa-apa.
—
Cerita berpindah ke masa sekarang alias abad 21. Di sebuah bus, seorang ibu dan anaknya hendak turun di halte yang ada di depan mereka. Anaknya meminta agar ia saja yang memencet bel bus. Penumpang yang lain tersenyum memperhatikan ulah anak itu. Saat si anak sedang berusaha menggapai bel tersebut, tiba-tiba seseorang memencet bel tersebut begitu saja. Si anak kesal melihatnya, sementara orang tersebut, seorang pria, cuek saja seolah tidak bersalah.
Pria tersebut adalah Heo Joon-jae (Lee Min-Ho), seorang playboy dan juga penipu (con artist) yang punya skill sulap tingkat tinggi dan kemampuan hipnotis. Dalam melakukan aksinya, ia bekerjasama dengan Jo Nam-doo (Lee Hee-joon) dan juga Tae-O (Shin Won-Ho).
Saat ini Joon-Jae sedang berada di depan gedung kejaksaan untuk melakukan aksi tipu-tipu terbarunya. Dengan menyamar sebagai tukang reparasi, mereka bertiga menyusup masuk ke dalam gedung tersebut. Seorang security sempat menanyakan mengapa petugas yang biasanya tidak datang. Tapi dengan kemampuan hipnotisnya Joon-Jae bisa menipu si security dan membuatnya mengira bahwa petugas yang ia maksud sedang berdiri tidak jauh dari sana.
Setelah masuk ke dalam sebuah ruangan, Joon-Jae dan Nam-Doo segera berganti kostum sebagai jaksa penuntut umum sementara Tae-O melenggang ke rooftop untuk menghack sistem mereka. Seorang wanita bersama pengacaranya tiba tak lama kemudian. Tujuan Joon-Jae dan Nam-Doo ternyata adalah untuk menjebaknya agar mau membayar uang untuk menutup kasus yang menyerang anaknya. Dan seperti biasa mereka pun berhasil melakukannya.
—
Joon-Jae berada dalam sebuah penerbangan, sepertinya hendak berlibur ke Spanyol. Pramugari yang melayaninya, Min-Ji (Krystal), membukakan penutup jendela untuk menunjukkan laut di bawah mereka yang menurutnya sangat indah. Ia juga memberitahu Joon-Jae bahwa kabarnya laut tersebut dihuni oleh putri duyung. Joon-Jae tertawa tidak percaya. Min-Ji menambahkan bahwa yang tinggal bukan sembarang putri duyung, melainkan putri duyung terakhir yang ada di dunia.
—
Di suatu tempat di dasar samudera, putri duyung yang sebelumnya ada di era Joseon, Sim Chung (Gianna Jun), sedang berenang dan menemukan sebuah gelang giok di antara bebatuan. Ia memperhatikannya dengan seksama lantas membawanya. Sim Chung kemudian muncul ke permukaan air dan mengenakan gelang tersebut, yang ternyata pas di tangannya. Sebuah kapal pesiar tiba-tiba lewat tidak jauh dari tempatnya berada. Seorang anak kecil melihatnya dan memberitahu ibunya bahwa ada putri duyung, namun ibunya mengabaikannya. Si putri duyung tersenyum pada anak tersebut lalu kembali menyelam ke dalam laut.
Apes bagi Sim Chung, tak lama kemudian kembali muncul badai. Ia berusaha menghindar namun akhirnya tetap saja terseret dan lagi-lagi terdampar di pantai. Kali ini di dekat sebuah villa. Karena penasaran ia pun tanpa sadar berdiri dan melangkah. Sesaat kemudian ia baru sadar bahwa bagian bawahnya sudah berubah menjadi kaki manusia dan ia kini telanjang. Sim Chung segera meloncat masuk ke dalam kolam renang yang ada di villa tersebut dan mendapatkan kembali kakinya.
Joon-Jae tiba-tiba keluar dari villa dan menuju ke bebatuan yang ada di dekat kolam renang. Sim Chung segera menyelam ke dasar kolam agar tidak terlihat oleh Joon-Jae. Tak lama Joon-Jae masuk kembali ke dalam villa.
—
Joon-Jae yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun karena ada suara keras dari dalam villa. Perlahan ia berjalan menuju ke arah sumber suara dan menemukan ruang tengahnya sudah berantakan dan banyak sisa-sisa makanan berserakan di lantai. Tidak itu juga, bahkan walking closetnya pun juga berantakan.
Saat sedang memunguti pakaiannya, Joon-Jae terkejut melihat ada sepasang kaki di antara baju-bajunya. Begitu dibuka, ternyata Sim Chung yang sedang bersembunyi di sana. Ada bekas makanan di bibirnya.
“Siapa kamu?” tanya Joon-Jae.
Sim Chung terdiam.
“Aku bertanya siapa kamu pikir dirimu sampai bisa berada di sini?” bentak Joon-Jae.
Putri duyung itu perlahan mengambil baju yang ada di sebelahnya, mengelap bibirnya, lalu menutupi mukanya dengan baju tersebut.
“Kamu orang Cina? Orang Jepang? Tidak, kamu bukan. Kamu seperti orang Korea,” tebak Joon-Jae.
Joon-Jae baru menyadari bahwa yang sedang dipakai oleh gadis yang ada di hadapannya adalah salah satu baju favoritnya. Saat dimarahi, Sim Chung malah menyeringai. Joon-Jae jadi kesal dan hendak menariknya. Tanpa diduga, Sim Chung menendangnya hingga terlontar ke ujung ruangan, lantas kembali menutupi wajahnya dengan baju lain.
Setelah hilang kagetnya, Joon-Jae segera berdiri kembali.
“Jadi kamu menendang orang saat mereka tidak melihat, ya,” ujar Joon-Jae kesal.
Sim Chung segera memasang kuda-kuda mendengar perkataan Joon-Jae. Melihat tangannya yang mengepal seperti sedang menggenggam sesuatu, Joon-Jae jadi penasaran dan memintanya untuk membuka tangannya. Karena tidak kunjung melakukannya, Joon-Jae menariknya kembali. Dan kembali, gadis tersebut menendangnya. Kali ini lebih keras, hingga Joon-Jae terlempar ke kamar sebelah dan jatuh tepat di atas kursi.
Setelah bersusah payah bangun kembali, Joon-Jae mengomel dan hendak balik ke walking closet. Tapi dari pintu perlahan Sim Chung muncul, masih dengan kuda-kudanya. Sudah kapok kena tendang, Joon-Jae langsung balik badan.
“Aku sekarang sudah siap, tapi aku sedang tidak ingin berkelahi di pagi hari,” dalih Joon-Jae. “Jadi, jika kamu meletakkan apapun itu yang ada di tanganmu, aku akan berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Apa itu? Jam tangan? Cincin?”
Alih-alih mendengarkan Joon-Jae, Sim Chung menoleh ke arah jendela dan melihat ada laut di sana. Mengira itu adalah jalan, dengan segera ia berlari melewati Joon-Jae dan menuju ke jendela. Alhasil, tubuhnya menabrak jendela dan ia pun terjatuh pingsan. Joon-Jae melihatnya dengan heran.
Tak lama kemudian Sim Chung terbangun dan mendapati tangannya dalam keadaan terikat. Joon-Jae menghubungi polisi dan meminta mereka untuk datang karena ia baru saja menangkap seseorang yang masuk ke tempatnya tanpa ijin. Setelah memotretnya, dengan paksa Joon-Jae membuka genggaman tangan Sim Chung. Ia pun tertawa tidak percaya begitu mengetahui yang ada di sana hanyalah sebiji permen, yang langsung dilahap oleh Sim Chung begitu Joon-Jae menjatuhkannya.
Polisi datang dengan ditemani oleh manajer hotel yang meminta maaf pada Joon-Jae atas kejadian tersebut. Joon-Jae sempat galau melihat polisi memborgol tangan Sim Chung serta melihat ada luka di kakinya. Sepeninggal mereka, Joon-Jae melihat-lihat foto si gadis dan tertarik memperhatikan gelang giok yang dipakainya.
—
Di dalam mobil polisi, Sim Chung bingung sekaligus tertarik melihat kondisi kota yang berbeda dengan dunianya. Ia juga menirukan bunyi-bunyian yang ia dengar sepanjang perjalanan, termasuk bunyi klakson dan bunyi mobil direm.
Setibanya di kantor polisi, Sim Chung sempat ketakutan menghadapi pintu yang bisa terbuka sendiri. Polisi yang mengawalnya akhirnya tidak sabar sendiri dan mendorongnya melewati pintu tersebut.
—
Di villa, Joon-Jae menghubungi rekannya dan meminta memeriksa foto gelang yang ada di tangan gadis yang tadi masuk ke villanya karena ia yakin itu adalah jadeite.
—
Kembali ke kantor polisi, Sim Chung membuat polisi yang hendak menanyainya kesal karena ia sibuk sendiri memperhatikan sekelilingnya tanpa menghiraukan pertanyaan si polisi. Melihat salah satu polisi mengambil tisu dari kotak tisu yang ada di meja, dengan penasaran Sim Chung ikut mengambilnya. Ia lantas tertawa geli sendiri sembari mengambili satu persatu kertas tisu yang ada. Polisi yang satu lagi jadi emosi dan membentaknya. Reflek, Sim Chung memukulnya hingga terlempar ke tembok.
Rekan-rekan polisi lain segera menolongnya, tanpa menyadari pistol si polisi yang terjatuh. Sim Chung perlahan mengambil pistol tersebut dan mengarahkannya ke arah para polisi, yang langsung tiarap ketakutan sambil memintanya untuk menurunkan pistol tersebut. Dengan heran Sim Chung lalu meletakkan pistol tersebut, lantas kembali duduk dan bermain tisu.
—
Joon-Jae bertemu dengan Min-Ji di sebuah restoran. Ia sedang merayu Min-Ji saat rekannya memberitahu via SMS bahwa gelang giok yang ia tanyakan sebelumnya berusia setidaknya 400 tahun dan 99% murni. Nilainya bisa mencapai $62,000 di pasaran. Joon-Jae jadi syok sendiri membacanya. Tanpa mempedulikan Min-Ji yang kesal, Joon-Jae dengan santai meninggalkannya.
—
Dalam perjalanan menuju kantor polisi, rekan Joon-Jae memberitahunya bahwa tulisan yang ada di gelang giok tersebut adalah ‘Dam Ryeong’. Joon-Jae terlihat kaget mendengar nama tersebut.
Tak lama ia tiba di kantor polisi dan mendapati Sim Chung sedang tidur di lantai sel tahanan dengan menggenggam kotak tisu. Setelah menghipnotis polisi yang tadi dipukul oleh Sim Chung agar membuka sel tahanan, Joon-Jae pun membawanya pergi.
Di luar, Joon-Jae mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan. Tapi Sim Chung hanya terdiam melihatnya hingga ia jadi salting sendiri. Saat menyinggung gelang giok yang dipakai dan hendak menyentuhnya, lagi-lagi Sim Chung langsung memasang kuda-kuda. Joon-Jae pun mengurungkan niatnya dan ganti mengajaknya jalan mengikutinya. Kali ini ia melakukannya dengan menarik baju Sim Chung agar tidak kena tonjok.
Saat mereka hendak menyeberang jalan, Sim Chung mengamati gambar orang yang ada di lampu traffic light dan ia mengikuti gaya orang tersebut. Joon-Jae jadi makin heran dengan kelakuannya.
Mereka pun tiba di sebuah mall. Saat naik ke eskalator, Sim Chung kaget karena tangganya bisa berjalan sendiri sehingga ia kembali turun ke bawah. Joon-Jae lantas kembali ke bawah dan menggendongnya. Pengunjung mall yang melihatnya bertepuk tangan dan menyorakinya. Melihat luka lecet di kaki Sim Chung yang makin parah, Joon-Jae memutuskan untuk terus menggendongnya hingga tiba di sebuah butik.
Joon-Jae kemudian memilihkan sepatu untuknya dan memintanya mencobanya. Gadis putri duyung yang tidak tahu maksudnya lantas mengenakan sepatu tersebut di tangannya dan menggunakannya untuk menutupi dadanya serta mengkorek telinganya sembari tertawa. Joon-Jae akhirnya membantu mengenakan sepatu tersebut ke kaki Sim Chung.
Berikutnya adalah baju. Saat diminta berganti pakaian, alih-alih mengenakannya, Sim Chung malah meletakkannya begitu saja di kepalanya. Penjaga toko mati-matian menahan tawanya saat melihatnya. Joon-Jae pun kembali mendorong Sim Chung masuk ke ruang ganti.
Rekan Joon-Jae tiba-tiba menelpon sehingga ia meninggalkan butik untuk menerimanya. Tak lama, Sim Chung, yang kini sudah berhasil mengenakan baju tersebut dan sudah sempat berganti-ganti pose di depan cermin, keluar dan tidak mendapati Joon-Jae di sana. Ia lantas pergi keluar butik dan mengikuti seorang badut yang sedang berkeliling mall menghibur anak-anak.
Begitu Joon-Jae kembali ke butik, ia pun kebingungan mencari Sim Chung. Saat berputar-putar di mall, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang bapak yang menggendong anaknya yang sedang menangis. Melihat bapak tersebut melangkah keluar dari area bermain anak-anak, Joon-Jae langsung feeling bahwa Sim Chung ada di sana. Dan ternyata benar. Sim Chung sedang duduk sambil menjilati lolipop yang sepertinya ia copet dari anak yang tadi menangis.
Joon-Jae kemudian menghampiri Sim Chung.
“Kenapa kamu, orang dewasa, berada di sini?” tanyanya. “Aku memintamu untuk menunggu. Apa kamu tidak tahu apa artinya menunggu? Jika kamu pergi tanpa pesan aku jadi terkejut. Kamu baik-baik saja? Kamu tidak terluka?”
Sim Chung tidak menjawab. Joon-Jae diam-diam melirik ke arah gelang giok Sim Chung dan lega begitu mengetahui gelang itu masih ada di sana.
“Yeah, kamu tidak terluka,” ujar Joon-Jae.
Tanpa diduga, kali ini Sim Chung membalasnya dengan senyuman.
“Apa ini? Kamu tahu bagaimana caranya tersenyum,” respon Joon-Jae, sedikit terpana dengan manisnya senyuman Sim Chung.
Ia pun mengajaknya makan. Dan kali ini Joon-Jae kembali dibikin malu karena Sim Chung makan spaghetti langsung dengan tangan, bahkan sampai berdiri-berdiri segala. Joon-Jae lantas duduk di sampingnya.
“Apa kamu berasal dari hutan? Apa kamu gadis serigala? Kenapa kamu begitu naluriah?” tanya Joon-Jae seraya mengelap mulut Sim Chung dengan tisu.
Ia lalu mengajarkan Sim Chung cara makan spaghetti dengan menggunakan garpu. Perlahan Sim Chung mencobanya dan berhasil. Ia jadi kegirangan sendiri.
Saat Sim Chung sedang makan cake, yang lagi-lagi dengan menggunakan tangan kosong, Joon-Jae mencoba merayunya dengan menggunakan sulap kalung. Tanpa disadari Sim Chung, gelang gioknya kini sudah berpindah ke tangan Joon-Jae.
Joon-Jae lantas mengajak Sim Chung kembali masuk ke mall dan memintanya untuk menunggu di kursi sementara ia hendak pergi sejenak. Tidak tahu bahwa Joon-Jae berniat meninggalkannya, Sim Chung tetap duduk menunggunya di sana.
—
Joon-Jae kembali ke villa dan berkemas. Sementara itu, Sim Chung masih terus menunggu di mall dan memperhatikan setiap kali pintu lift terbuka. Seorang petugas mall kemudian mendatanginya dan memintanya untuk pergi karena mall hendak tutup.
Tidak tahu harus kemana, ia menuju ke tempat bermain anak dan kembali menunggu Joon-Jae di sana. Namun ia ketahuan oleh petugas keamanan dan akhirnya dipaksa untuk keluar dari mall.
Karena saat itu sedang hujan deras, Sim Chung memilih untuk duduk jongkok di depan pintu mall. Tanpa diduga, seseorang tiba-tiba mendatanginya dan memayunginya. Sim Chung memandang ke atas dan orang tersebut ternyata adalah Joon-Jae.
Sim Chung tersenyum lantas mengulurkan tangannya ke atas. Joon-Jae menyambutnya.
Sambil teringat saat ia mengambil lolipop milik anak kecil di mall, Sim Chung hari itu belajar kata baru.
‘Tunggu’ adalah kata yang berarti sesuatu yang baik akan terjadi. Kata yang bahkan ketika, seperti gelombang, aku pergi ke suatu tempat yang jauh untuk sejenak, temanku akan menemukanku. Kata yang bahkan ketika ada sesuatu yang menakutkan seperti hiu di sekitar, kamu tidak perlu merasa takut atau mencari sesuatu di sekitarmu. Kata yang berarti temanku mengharapkanku untuk tidak terluka. Kata yang menghangkatkan hati. Kata yang berarti sesuatu yang baik akan terjadi.
[wp_ad_camp_1]
Preview Legend Of The Blue Sea Episode 2
Berikut ini adalah preview eps 2 dari drakor Legend Of The Blue Sea:
Leave a Reply